Lomba menulis merupakan salah satu event yang paling ditunggu oleh para penulis. Boleh dibilang, “lomba menulis” merupakan salah satu istilah yang paling SEXY di mata para penulis
Karena sexy itulah, ada sejumlah oknum yang membuat trik menyesatkan. Mereka mempublikasikan acara yang diberi nama LOMBA MENULIS. Tapi dari semua penjelasannya, ketahuan bahwa itu cuma proyek pengumpulan naskah untuk buku antologi.
NB: Bahkan ada yang pakai istilah lebih keren: Beasiswa Penerbitan Buku
Agar lebih jelas, berikut saya uraikan perbedaan keduanya.
Karena sexy itulah, ada sejumlah oknum yang membuat trik menyesatkan. Mereka mempublikasikan acara yang diberi nama LOMBA MENULIS. Tapi dari semua penjelasannya, ketahuan bahwa itu cuma proyek pengumpulan naskah untuk buku antologi.
NB: Bahkan ada yang pakai istilah lebih keren: Beasiswa Penerbitan Buku
Agar lebih jelas, berikut saya uraikan perbedaan keduanya.
Lomba Menulis
Bukan cuma lomba menulis, tapi semua lomba di bidang apapun pada dasarnya punya konsep sebagai berikut:
1. Pendaftaran peserta. Biasanya gratis. Sekali lagi, gratis!
.
2. Ada hadiahnya. Sekali lagi: ada hadiahnya!
Konsep lomba yang baik sebenarnya hanya sebatas itu. Tak lebih dan tak kurang.
Catatan untuk Lomba Menulis:
1. Biasanya, panitia lomba sudah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk HADIAH untuk pemenang. Untuk menyediakan hadiah, tentu butuh dana. Karena itu, mereka pun sudah menyiapkan sumber dananya. Bisa dari sponsor, kas panitia, dan sebagainya.
.
2. Lomba yang baik itu hadiahnya berupa materi. Bisa uang, barang yang berharga (handphone, sepeda motor, dst), beasiswa, umroh, jalan-jalan gratis ke objek wisata terkenal (misalnya Bali), dan sebagainya.
.
Jangan terkecoh oleh “lomba” yang hadiahnya HANYA bersifat nonmaterial, seperti (contoh) “pemenang akan mendapat anugerah Penulis Sejati Award”
.
Oke, bolehlah bila hadiah lomba bentuknya seperti itu. Tapi yang namanya anugerah, award dan sebagainya, seharusnya tetap ada unsur hadiah materi. Buat apa dapat award kalau tak ada hadiah materinya?
.
3. Kalau ada lomba yang mengharuskan peserta membayar biaya pendaftaran, maka kemungkinannya ada tiga:
.
(1) Mereka penipu
.
(2) Mereka orang jujur dan amanah, tapi kurang modal. Mereka tidak bisa menyediakan dana untuk hadiah para pemenang. Dengan kata lain, hadiah untuk pemenang diambil dari biaya pendaftaran.
.
Sampai di sini, Anda mungkin mulai mencium sebuah ketidakadilan. Sebab iuran SEMUA peserta hanya dinikmati oleh SEGELINTIR pemenang. Bagi yang tidak menang, mereka tidak dapat apa-apa, tapi di depan sudah berkorban sejumlah uang.
.
Benar-benar tidak adil, kan?
.
(3) Para peserta mendapat fasilitas tertentu. Misalnya ada lomba mewarnai untuk anak, yang pakai biaya pendaftaran, dan peserta diberi fasilitas pensil warna dan kertas untuk mewarnai. Nah, biaya pendaftaran bisa dianggap bayaran untuk fasilitas tersebut.
.
Menurut saya:
.
A. Kalau kondisinya seperti nomor (3), tentu tak masalah, karena uang yang kita keluarkan memang jelas tujuannya.
.
B. Kalau kondisinya seperti nomor (2), saran saya lupakan saja. Sebab panitianya pasti tidak bonafid.
.
4. Tanya: Bagaimana kalau para pemenang dijanjikan HADIAH “Naskah Anda akan diterbitkan menjadi buku”?
Jawab: Penerbitan buku BUKAN bagian dari lomba menulis. Kalaupun naskah para pemenang akhirnya dibukukan, kita bisa menganggapnya sebagai BONUS TAMBAHAN. Itu saja.
.
“Penerbitan buku” TIDAK BISA dianggap sebagai hadiah lomba menulis. Apalagi kalau “hadiah” yang dijanjikan hanya berupa penerbitan buku, tak ada hadiah berupa materi, maka waspadalah! Kemungkinan besar itu bukan lomba menulis, tapi hanya sebuah audisi penulis buku.
.
5. Tanya: Bagaimana kalau para pemenang dijanjikan HADIAH “royalti atas penjualan buku hasil lomba ini”?
Jawab: Royalti memang HAK PENULIS. Tanpa ada lomba atau audisi atau acara khusus apapun, memang aturan penerbitan buku seharusnya seperti itu. Jadi kalau ada yang menyebut royalti sebagai hadiah lomba, ho… ho… ho…. Mari tertawa terbahak-bahak sambil tetap waspada!
Audisi Penulis (Pengumpulan Naskah Antologi)
Buku antologi adalah buku yang isinya merupakan kontribusi dari sejumlah penulis. Misalnya, ada buku tentang “kasih sayang ibu” yang ditulis oleh 30 penulis wanita. Atau buku kumpulan cerpen yang berisi cerpen dari 15 penulis dari Yogyakarta. Dan seterusnya. Intinya, buku antologi adalah BUKU KEROYOKAN.
Salah satu contoh audisi penulis buku (BUKAN lomba menulis)
.
Dalam setiap buku antologi, biasanya ada seseorang yang berperan sebagai PENYUSUN. Tugas dia adalah:
1. membuat konsep dan tema buku;
2. mengumpulkan naskah dari para penulis;
3. menyeleksi naskah-naskah yang masuk;
4. menerbitkan naskah-naskah yang lolos seleksi;
5. dan memberikan royalti atau honor kepada penulis yang naskahnya diterbitkan.
Kenapa saya memberi warna biru untuk poin 2 dan 3 di atas? Karena kedua poin inilah yang saat ini sering disebut AUDISI PENULIS BUKU.
Tak ada yang salah dengan istilah audisi penulis buku. Yang salah adalah ketika si penyusun atau panitia mengubah istilah ini menjadi LOMBA MENULIS (atau ada juga yang pakai istilah Beasiswa Penerbitan Buku).
Mungkin si penyusun/panitia punya tujuan agar informasi yang mereka sampaikan menjadi lebih ”sexy”. Tapi dengan mengubah istilah seperti itu, segala sesuatunya menjadi sangat rancu. Sebab target audisi penulis adalah untuk menerbitkan buku antologi. Sedangkan target lomba menulis adalah untuk mencari pemenang yang akan diberi hadiah.
Keduanya sangat berbeda, bukan?
Scary Moment, salah satu contoh buku antologi yang naskah-naskahnya diperoleh lewat acara audisi penulis buku (BUKAN lomba)
Untuk lebih jelasnya, coba baca uraian berikut ini.
Catatan untuk Audisi Penulis Buku:
1. Tak ada istilah HADIAH, sebab hadiah itu sejatinya untuk lomba.
.
2. Naskah yang lolos seleksi akan diterbitkan menjadi buku. Dan penerbitan buku ini BUKAN hadiah. Sekali lagi, ini bukan hadiah!
.
3. Penulis yang naskahnya lolos seleksi, biasanya mendapat royalti atas naskah mereka yang diterbitkan. Jadi prinsipnya sama saja seperti penerbitan buku pada umumnya.
.
4. Tidak ada pungutan biaya apapun terhadap para peserta audisi.
.
5. Kalaupun ada biaya, dikenakan kepada penulis yang naskahnya lolos seleksi dan diterbitkan. Untuk peserta yang naskahnya tidak lolos, tentu tidak wajib menyetor biaya apapun.
.
6. Biaya yang dikenakan kepada para penulis buku antologi, biasanya digunakan sebagai urunan atau saweran biaya percetakan. Kenapa harus saweran? Karena panitia atau penyusun tak punya modal untuk mencetak bukunya. Kenapa tak punya modal? Karena biasanya si penyusun bukan penerbit mayor yang bermodal kuat, melainkan hanya penulis biasa atau layanan self publishing yang modalnya sangat terbatas.
.
7. Kalau Anda diwajibkan membayar saweran biaya percetakan untuk menerbitkan sebuah buku antologi, KETAHUILAH bahwa Anda telah ikut MENANAM MODAL. Artinya, Anda status Anda bukan sebatas penulis buku, melainkan juga PEMODAL.
.
Dengan kata lain:
.
(1) Sebagai penulis buku, Anda mendapat royalti.
.
(2) Sebagai pemodal, Anda mendapat bagi hasil dari keuntungan penjualan buku.
.
Nomor (1) dan (2) merupakan dua hal yang berbeda. Artinya, bila Anda adalah penulis sekaligus ikut membayar biaya penerbitan buku, maka Anda harus mendapatkan (1) dan (2) sekaligus. ITU HAK ANDA.
.
8. Bila yang menerbitkan buku antologi adalah sebuah penerbit mayor, biasanya para kontributor tidak dikenakan biaya apapun. Sebab penerbit mayor umumnya kan bermodal kuat.
.
9. Sebaliknya bila buku tersebut diterbitkan secara self publishing, biasanya unsur (1) royalti dan (2) bagi hasil digabung menjadi satu. Dan karena mereka belum sanggup memberikan uang tunai, biasanya para kontributor mendapat pembayaran dalam bentuk lain. Salah satu contohnya adalah seperti yang selama ini diterapkan Indie Publishing; Para kontributor buku antologi mendapat bagi hasil 30% dari harga jual buku.
.
Menurut saya ini sah-sah saja. Yang penting semua transparan, sistemnya jelas dan terbuka, serta menguntungkan semua pihak. Tak ada yang didzolimi.
* * *
Kesimpulan:
Ciri-ciri Audisi Penulis Buku Berkedok Lomba Menulis:
(Atau ada juga yang pakai istilah Beasiswa Penerbitan Buku)
1. Tak ada hadiahnya. Kalaupun ada, hanya bersifat nonmaterial, seperti award, anugerah, dan sebagainya.
.
2. Dijanjikan: Naskah para pemenang akan diterbitkan menjadi buku. Ya iyalah! Namanya juga audisi penulis buku antologi! Kalau naskah pemenang tidak diterbitkan, justru aneh kan?
.
3. Para pemenang dijanjikan royalti atas naskah mereka yang diterbitkan. Ya iyalah! Royalti memang hak penulis buku. Sangat konyol bila royalti disebut hadiah lomba!
.
4. Para peserta dipungut biaya pendaftaran. Tragisnya, panitia atau penyusun sama sekali tidak memberitahu bahwa biaya pendaftaran tersebut sebenarnya untuk saweran biaya cetak. Dan karena itu saweran, seharusnya biaya tersebut HANYA dibebankan kepada penulis yang naskahnya diterbitkan. Masa biaya cetak dibebankan juga kepada penulis yang naskahnya tidak lolos seleksi? Enggak adil dong ah!
.
NB: Jika peserta tidak dipungut biaya pendaftaran, sekilas memang tak ada hal yang merugikan peserta. Tapi tetap saja curang karena si panitia/penyusun telah menipu dengan cara menggunakan istilah lomba menulis, padahal aslinya itu hanya audisi penulis buku untuk penerbitan buku antologi.
* * *
Oke, demikian informasi dari saya. Inti tulisan di atas adalah: Jangan terkecoh oleh istilah, tapi pahami konsep dasarnya.
Semoga bermanfaat, ya.
Salam Sukses Selalu!
jonru web...
==================================================================
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Buku antologi adalah buku yang isinya merupakan kontribusi dari sejumlah penulis. Misalnya, ada buku tentang “kasih sayang ibu” yang ditulis oleh 30 penulis wanita. Atau buku kumpulan cerpen yang berisi cerpen dari 15 penulis dari Yogyakarta. Dan seterusnya. Intinya, buku antologi adalah BUKU KEROYOKAN.
Salah satu contoh audisi penulis buku (BUKAN lomba menulis)
.
Dalam setiap buku antologi, biasanya ada seseorang yang berperan sebagai PENYUSUN. Tugas dia adalah:
1. membuat konsep dan tema buku;
2. mengumpulkan naskah dari para penulis;
3. menyeleksi naskah-naskah yang masuk;
4. menerbitkan naskah-naskah yang lolos seleksi;
5. dan memberikan royalti atau honor kepada penulis yang naskahnya diterbitkan.
Kenapa saya memberi warna biru untuk poin 2 dan 3 di atas? Karena kedua poin inilah yang saat ini sering disebut AUDISI PENULIS BUKU.
Tak ada yang salah dengan istilah audisi penulis buku. Yang salah adalah ketika si penyusun atau panitia mengubah istilah ini menjadi LOMBA MENULIS (atau ada juga yang pakai istilah Beasiswa Penerbitan Buku).
Mungkin si penyusun/panitia punya tujuan agar informasi yang mereka sampaikan menjadi lebih ”sexy”. Tapi dengan mengubah istilah seperti itu, segala sesuatunya menjadi sangat rancu. Sebab target audisi penulis adalah untuk menerbitkan buku antologi. Sedangkan target lomba menulis adalah untuk mencari pemenang yang akan diberi hadiah.
Keduanya sangat berbeda, bukan?
Scary Moment, salah satu contoh buku antologi yang naskah-naskahnya diperoleh lewat acara audisi penulis buku (BUKAN lomba)
Untuk lebih jelasnya, coba baca uraian berikut ini.
Catatan untuk Audisi Penulis Buku:
1. Tak ada istilah HADIAH, sebab hadiah itu sejatinya untuk lomba.
.
2. Naskah yang lolos seleksi akan diterbitkan menjadi buku. Dan penerbitan buku ini BUKAN hadiah. Sekali lagi, ini bukan hadiah!
.
3. Penulis yang naskahnya lolos seleksi, biasanya mendapat royalti atas naskah mereka yang diterbitkan. Jadi prinsipnya sama saja seperti penerbitan buku pada umumnya.
.
4. Tidak ada pungutan biaya apapun terhadap para peserta audisi.
.
5. Kalaupun ada biaya, dikenakan kepada penulis yang naskahnya lolos seleksi dan diterbitkan. Untuk peserta yang naskahnya tidak lolos, tentu tidak wajib menyetor biaya apapun.
.
6. Biaya yang dikenakan kepada para penulis buku antologi, biasanya digunakan sebagai urunan atau saweran biaya percetakan. Kenapa harus saweran? Karena panitia atau penyusun tak punya modal untuk mencetak bukunya. Kenapa tak punya modal? Karena biasanya si penyusun bukan penerbit mayor yang bermodal kuat, melainkan hanya penulis biasa atau layanan self publishing yang modalnya sangat terbatas.
.
7. Kalau Anda diwajibkan membayar saweran biaya percetakan untuk menerbitkan sebuah buku antologi, KETAHUILAH bahwa Anda telah ikut MENANAM MODAL. Artinya, Anda status Anda bukan sebatas penulis buku, melainkan juga PEMODAL.
.
Dengan kata lain:
.
(1) Sebagai penulis buku, Anda mendapat royalti.
.
(2) Sebagai pemodal, Anda mendapat bagi hasil dari keuntungan penjualan buku.
.
Nomor (1) dan (2) merupakan dua hal yang berbeda. Artinya, bila Anda adalah penulis sekaligus ikut membayar biaya penerbitan buku, maka Anda harus mendapatkan (1) dan (2) sekaligus. ITU HAK ANDA.
.
8. Bila yang menerbitkan buku antologi adalah sebuah penerbit mayor, biasanya para kontributor tidak dikenakan biaya apapun. Sebab penerbit mayor umumnya kan bermodal kuat.
.
9. Sebaliknya bila buku tersebut diterbitkan secara self publishing, biasanya unsur (1) royalti dan (2) bagi hasil digabung menjadi satu. Dan karena mereka belum sanggup memberikan uang tunai, biasanya para kontributor mendapat pembayaran dalam bentuk lain. Salah satu contohnya adalah seperti yang selama ini diterapkan Indie Publishing; Para kontributor buku antologi mendapat bagi hasil 30% dari harga jual buku.
.
Menurut saya ini sah-sah saja. Yang penting semua transparan, sistemnya jelas dan terbuka, serta menguntungkan semua pihak. Tak ada yang didzolimi.
* * *
Kesimpulan:
Ciri-ciri Audisi Penulis Buku Berkedok Lomba Menulis:
(Atau ada juga yang pakai istilah Beasiswa Penerbitan Buku)
1. Tak ada hadiahnya. Kalaupun ada, hanya bersifat nonmaterial, seperti award, anugerah, dan sebagainya.
.
2. Dijanjikan: Naskah para pemenang akan diterbitkan menjadi buku. Ya iyalah! Namanya juga audisi penulis buku antologi! Kalau naskah pemenang tidak diterbitkan, justru aneh kan?
.
3. Para pemenang dijanjikan royalti atas naskah mereka yang diterbitkan. Ya iyalah! Royalti memang hak penulis buku. Sangat konyol bila royalti disebut hadiah lomba!
.
4. Para peserta dipungut biaya pendaftaran. Tragisnya, panitia atau penyusun sama sekali tidak memberitahu bahwa biaya pendaftaran tersebut sebenarnya untuk saweran biaya cetak. Dan karena itu saweran, seharusnya biaya tersebut HANYA dibebankan kepada penulis yang naskahnya diterbitkan. Masa biaya cetak dibebankan juga kepada penulis yang naskahnya tidak lolos seleksi? Enggak adil dong ah!
.
NB: Jika peserta tidak dipungut biaya pendaftaran, sekilas memang tak ada hal yang merugikan peserta. Tapi tetap saja curang karena si panitia/penyusun telah menipu dengan cara menggunakan istilah lomba menulis, padahal aslinya itu hanya audisi penulis buku untuk penerbitan buku antologi.
* * *
Oke, demikian informasi dari saya. Inti tulisan di atas adalah: Jangan terkecoh oleh istilah, tapi pahami konsep dasarnya.
Semoga bermanfaat, ya.
Salam Sukses Selalu!
jonru web...
==================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan
idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan,
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital, huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin
normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari
kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri,
kan?
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut
bahwa editor bukunya adalah MENULIS
BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku
koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu
(persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk
mendiskusikannya:
Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF
& MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
0 komentar:
Posting Komentar