Article by Eka Kurniawan
Jika seorang penulis sudah memutuskan ia ingin memperoleh penghasilan dari tulisannya, juga sudah memilih apakah ia akan menyesuaikan selera tulisannya dengan selera pembaca atau membuat selera pembaca mengikuti seleranya, ia bisa mulai bertanya: berapa yang bisa ia peroleh dari tulisan? Beberapa teman saya yang masih pemula sering menanyakan hal ini, dan itu wajar sebab ia tak ingin penghasilannya tiba-tiba drop (maklum ia harus menghindari kemarahan istri dan kerewelan anak yang minta uang saku).
Sejauh ini, ada beberapa cara memperoleh uang dari tulisan yang sudah umum, dan penghasilan yang diperoleh juga tergantung dari hal itu:
Pertama, menulis buku. Pada umumnya, penghasilan dari penjualan buku untuk penulis adalah royalti sebesar 10% dari harga buku (bisa kurang bisa lebih, tergantung negosiasi). Bayangkan jika seorang menulis buku cerita yang sangat digemari: bukunya terjual katakanlah 15.000 kopi dengan harga Rp. 30.000,-. Itu artinya ia memperoleh Rp. 30.000 x 15.000 x 10% = Rp. 45.000.000. Jika ia menulis 2 buku setahun, penghasilannya Rp. 90.000.000 setahun (hayo, jangan lupa bayar pajak penghasilan). Penulis mestinya bisa memperkirakan secara kasar, kira-kira berapa banyak bukunya bisa terjual. Dengan cara itu, penulis juga bisa memperkirakan penghasilannya. Tidak bisa memperkirakan? Sebagai gambaran, buku puisi (dengan sedih harus saya katakan), barangkali hanya bisa terjual 1000 kopi (menurut yang saya dengar dari beberapa penerbit) dengan harga rata-rata tak lebih dari Rp. 20.000. Silakan menghitung sendiri.
Kedua, menulis untuk media massa. Secara umum, penghasilannya sangat tergantung dari medianya. Sebagai gambaran, honorarium tulisan di Kompas berkisar antara Rp. 500.000 hingga Rp. 2.000.000. Koran Tempo rata-rata Rp. 850.000. Majalah seperti Playboy membayar cerita pendek saya Rp. 2.000.000. Majalah Esquire dan Java Kini membayar tulisan Rp. 1.000.000. Tapi jangan dilupakan, masih ada surat kabar lokal yang barangkali hanya membayar tulisan Rp. 100.000. Katakanlah, kita membuat rata-rata setiap media membayar Rp. 500.000. Untuk memperoleh penghasilan Rp. 3.000.000 setiap bulan, seorang penulis hanya perlu menulis 6 tulisan per bulan. Ia bisa menulis cerita pendek, puisi, esai, resensi buku, bahkan catatan perjalanan! Banyak hal bisa ditulis. Sebagai tambahan: bagi yang gemar makan, bisa menulis catatan kuliner. Bagi yang menyukai gossip, menulis tentang gaya hidup. Apa pun bisa ditulis, kan? Bahkan kalau menulis cerita bersambung, honornya bisa sekitar Rp. 200.000 per pemuatan (kalikan saja, jika dimuat selama 365 hari!) atau dibayar rata sebesar Rp. 10.000.000. Hmm …
Ketiga, menulis untuk televisi. Untuk penulis yang malas bekerja di kantor tapi tak keberatan dengan tekanan kerja dan jadwal deadline, menulis naskah untuk acara televisi bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. Seperti sudah saya bilang, saya pernah bekerja sebagai editor naskah di satu rumah produksi, karena itu saya bisa dikatakan tahu penghasilan para penulis naskah televisi (tapi saya tak akan menyebut nama-nama penulisnya, sebab ini menyangkut rahasia dapur mereka). Honorarium dihitung per episode acara: untuk pemula barangkali Rp. 1.000.000 per episode, untuk yang sudah punya nama bisa sampai Rp. 10.000.000 (jangan lupa bayar pajak juga! hehe) per episode. Biasanya ini berlaku untuk sinetron. Hitung sendiri, jika sinetron itu ditayangkan per minggu! Hitung pula berapa jika sinetronnya ditayangkan 4 hari dalam satu minggu seperti sering terjadi sekarang-sekarang ini! Jangan heran kalau penghasilan penulis jauh melebihi penghasilan editornya, hehe.
Menulis untuk televisi tak hanya berarti menulis naskah sinetron. Hampir setiap acara pasti membutuhkan penulis. Saya sendiri pernah menulis naskah untuk acara jalan-jalan memperkenalkan produk. Lumayan, kerjanya jalan-jalan masuk ke toko-toko di mall. Naskahnya cuma satu halaman ketik. Honornya Rp. 1.000.000 per naskah. Lumayan, kan?
4. Beberapa Alternatif Lain
Kebanyakan penulis menggabungkan semua itu untuk menambah penghasilan mereka. Seorang teman penyair (nama tidak usah disebut, ya), yang barangkali tidak bisa mengharapkan royalti daru dua buku puisinya, menulis artikel di surat kabar paling tidak 5 kali dalam sebulan. Ia juga menjadi pembicara berbagai acara diskusi penulisan (honornya dari Rp 500.000 hingga Rp. 2.000.000) yang bisa dilakukannya paling tidak sekali sebulan.
Alternatif lain? Menjadi penulis hantu (ghost writer). Banyak public figur yang ingin menulis untuk menambah-nambah reputasinya. Kebanyakan dari mereka mungkin benar-benar tidak bisa menulis, beberapa di antaranya tak punya waktu untuk menulis. Mereka biasanya menyewa penulis hantu, yakni menyewa penulis untuk menulis atas nama si public figur. Bisa sekadar artikel untuk media massa, bisa pula menulis buku. Honornya tergantung negosiasi.
Dan jangan dilupakan kemungkinan untuk menulis naskah teater (saya belum pernah melakukannya, tapi lagi mau belajar dengan anak-anak Taeter Garasi), menulis lirik lagu, menulis press release (banyak perusahaan tak bisa menulis release dengan baik, juga tak memiliki kontak dengan media), atau menulis company profile. Ada juga kemungkinan memperoleh penghasilan tambahan jika karyamu meraih penghargaan (karya terbaik Khatulistiwa Literary Award mencapai Rp. 100.000.000). Atau cobalah mengirim aplikasi untuk residensi atau felowship (novel pertama saya, Cantik itu Luka, ditulis dengan grant dari Akademi Kebudayaan Yogyakarta).
5. Saya?
Saat ini saya penulis penuh waktu, dalam arti saya tak terikat dengan perusahaan apa pun dan sebagian besar waktu saya didedikasikan untuk menulis. Saya menulis buku, satu buku saya sudah diterjemahkan ke bahasa Jepang (ini bisa menjadi gambaran, selain cetak ulang, penerjemahan juga bisa melipatgandakan penghasilan penulis buku dari royalti — juga hitung seandainya novel diapdaptasi ke bentuk lain, misalnya film). Saya juga menulis untuk koran maupun majalah. Saya menjadi pembicara berbagai topik penulisan. Kadang saya menulis naskah untuk televisi. Saya juga kadang menjadi penulis hantu (saya menulis untuk orang lain tanpa menyebut nama saya). Oh ya, saya juga menulis blog (yang ini pro bono, hehe)!
Tapi saya harus jujur, tidak semua penghasilan saya berasal dari menulis. Saya juga memiliki proyek desain grafis, meskipun juga tidak terikat. Saya juga tak keberatan bekerja kantoran, tapi jika saya memerlukan waktu lebih luang (biasanya untuk proyek penulisan yang panjang seperti novel), saya berhenti dan mengurangi aktivitas yang lain.
Bagaimanapun, jika kamu punya pekerjaan yang menyenangkan (buatmu), mungkin ada baiknya tidak ditinggalkan. Kadang-kadang hal itu sangat membantu penulisan — paling tidak memberi perspektif yang lebih luas untuk tulisan. Gabriel Garcia Marquez seorang wartawan — kita bisa melihat pekerjaannya sebagai wartawan memberi pengaruh yang positif untuk karya-karya kreatifnya. Jorge Luis Borges penjaga perpustakaan — dan tanpa itu saya kira cerpen-cerpennya tak akan seperti yang kita kenal. Umberto Eco seorang dosen. Ahmad Tohari seorang pemimpin sebuah pesantren. Dewi Lestari (Dee), seorang penyanyi. Dan mereka tetap bisa menulis, bukan? Bagus pula!
Semoga kamu juga!!!
===================================================================
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Jika seorang penulis sudah memutuskan ia ingin memperoleh penghasilan dari tulisannya, juga sudah memilih apakah ia akan menyesuaikan selera tulisannya dengan selera pembaca atau membuat selera pembaca mengikuti seleranya, ia bisa mulai bertanya: berapa yang bisa ia peroleh dari tulisan? Beberapa teman saya yang masih pemula sering menanyakan hal ini, dan itu wajar sebab ia tak ingin penghasilannya tiba-tiba drop (maklum ia harus menghindari kemarahan istri dan kerewelan anak yang minta uang saku).
Sejauh ini, ada beberapa cara memperoleh uang dari tulisan yang sudah umum, dan penghasilan yang diperoleh juga tergantung dari hal itu:
Pertama, menulis buku. Pada umumnya, penghasilan dari penjualan buku untuk penulis adalah royalti sebesar 10% dari harga buku (bisa kurang bisa lebih, tergantung negosiasi). Bayangkan jika seorang menulis buku cerita yang sangat digemari: bukunya terjual katakanlah 15.000 kopi dengan harga Rp. 30.000,-. Itu artinya ia memperoleh Rp. 30.000 x 15.000 x 10% = Rp. 45.000.000. Jika ia menulis 2 buku setahun, penghasilannya Rp. 90.000.000 setahun (hayo, jangan lupa bayar pajak penghasilan). Penulis mestinya bisa memperkirakan secara kasar, kira-kira berapa banyak bukunya bisa terjual. Dengan cara itu, penulis juga bisa memperkirakan penghasilannya. Tidak bisa memperkirakan? Sebagai gambaran, buku puisi (dengan sedih harus saya katakan), barangkali hanya bisa terjual 1000 kopi (menurut yang saya dengar dari beberapa penerbit) dengan harga rata-rata tak lebih dari Rp. 20.000. Silakan menghitung sendiri.
Kedua, menulis untuk media massa. Secara umum, penghasilannya sangat tergantung dari medianya. Sebagai gambaran, honorarium tulisan di Kompas berkisar antara Rp. 500.000 hingga Rp. 2.000.000. Koran Tempo rata-rata Rp. 850.000. Majalah seperti Playboy membayar cerita pendek saya Rp. 2.000.000. Majalah Esquire dan Java Kini membayar tulisan Rp. 1.000.000. Tapi jangan dilupakan, masih ada surat kabar lokal yang barangkali hanya membayar tulisan Rp. 100.000. Katakanlah, kita membuat rata-rata setiap media membayar Rp. 500.000. Untuk memperoleh penghasilan Rp. 3.000.000 setiap bulan, seorang penulis hanya perlu menulis 6 tulisan per bulan. Ia bisa menulis cerita pendek, puisi, esai, resensi buku, bahkan catatan perjalanan! Banyak hal bisa ditulis. Sebagai tambahan: bagi yang gemar makan, bisa menulis catatan kuliner. Bagi yang menyukai gossip, menulis tentang gaya hidup. Apa pun bisa ditulis, kan? Bahkan kalau menulis cerita bersambung, honornya bisa sekitar Rp. 200.000 per pemuatan (kalikan saja, jika dimuat selama 365 hari!) atau dibayar rata sebesar Rp. 10.000.000. Hmm …
Ketiga, menulis untuk televisi. Untuk penulis yang malas bekerja di kantor tapi tak keberatan dengan tekanan kerja dan jadwal deadline, menulis naskah untuk acara televisi bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. Seperti sudah saya bilang, saya pernah bekerja sebagai editor naskah di satu rumah produksi, karena itu saya bisa dikatakan tahu penghasilan para penulis naskah televisi (tapi saya tak akan menyebut nama-nama penulisnya, sebab ini menyangkut rahasia dapur mereka). Honorarium dihitung per episode acara: untuk pemula barangkali Rp. 1.000.000 per episode, untuk yang sudah punya nama bisa sampai Rp. 10.000.000 (jangan lupa bayar pajak juga! hehe) per episode. Biasanya ini berlaku untuk sinetron. Hitung sendiri, jika sinetron itu ditayangkan per minggu! Hitung pula berapa jika sinetronnya ditayangkan 4 hari dalam satu minggu seperti sering terjadi sekarang-sekarang ini! Jangan heran kalau penghasilan penulis jauh melebihi penghasilan editornya, hehe.
Menulis untuk televisi tak hanya berarti menulis naskah sinetron. Hampir setiap acara pasti membutuhkan penulis. Saya sendiri pernah menulis naskah untuk acara jalan-jalan memperkenalkan produk. Lumayan, kerjanya jalan-jalan masuk ke toko-toko di mall. Naskahnya cuma satu halaman ketik. Honornya Rp. 1.000.000 per naskah. Lumayan, kan?
4. Beberapa Alternatif Lain
Kebanyakan penulis menggabungkan semua itu untuk menambah penghasilan mereka. Seorang teman penyair (nama tidak usah disebut, ya), yang barangkali tidak bisa mengharapkan royalti daru dua buku puisinya, menulis artikel di surat kabar paling tidak 5 kali dalam sebulan. Ia juga menjadi pembicara berbagai acara diskusi penulisan (honornya dari Rp 500.000 hingga Rp. 2.000.000) yang bisa dilakukannya paling tidak sekali sebulan.
Alternatif lain? Menjadi penulis hantu (ghost writer). Banyak public figur yang ingin menulis untuk menambah-nambah reputasinya. Kebanyakan dari mereka mungkin benar-benar tidak bisa menulis, beberapa di antaranya tak punya waktu untuk menulis. Mereka biasanya menyewa penulis hantu, yakni menyewa penulis untuk menulis atas nama si public figur. Bisa sekadar artikel untuk media massa, bisa pula menulis buku. Honornya tergantung negosiasi.
Dan jangan dilupakan kemungkinan untuk menulis naskah teater (saya belum pernah melakukannya, tapi lagi mau belajar dengan anak-anak Taeter Garasi), menulis lirik lagu, menulis press release (banyak perusahaan tak bisa menulis release dengan baik, juga tak memiliki kontak dengan media), atau menulis company profile. Ada juga kemungkinan memperoleh penghasilan tambahan jika karyamu meraih penghargaan (karya terbaik Khatulistiwa Literary Award mencapai Rp. 100.000.000). Atau cobalah mengirim aplikasi untuk residensi atau felowship (novel pertama saya, Cantik itu Luka, ditulis dengan grant dari Akademi Kebudayaan Yogyakarta).
5. Saya?
Saat ini saya penulis penuh waktu, dalam arti saya tak terikat dengan perusahaan apa pun dan sebagian besar waktu saya didedikasikan untuk menulis. Saya menulis buku, satu buku saya sudah diterjemahkan ke bahasa Jepang (ini bisa menjadi gambaran, selain cetak ulang, penerjemahan juga bisa melipatgandakan penghasilan penulis buku dari royalti — juga hitung seandainya novel diapdaptasi ke bentuk lain, misalnya film). Saya juga menulis untuk koran maupun majalah. Saya menjadi pembicara berbagai topik penulisan. Kadang saya menulis naskah untuk televisi. Saya juga kadang menjadi penulis hantu (saya menulis untuk orang lain tanpa menyebut nama saya). Oh ya, saya juga menulis blog (yang ini pro bono, hehe)!
Tapi saya harus jujur, tidak semua penghasilan saya berasal dari menulis. Saya juga memiliki proyek desain grafis, meskipun juga tidak terikat. Saya juga tak keberatan bekerja kantoran, tapi jika saya memerlukan waktu lebih luang (biasanya untuk proyek penulisan yang panjang seperti novel), saya berhenti dan mengurangi aktivitas yang lain.
Bagaimanapun, jika kamu punya pekerjaan yang menyenangkan (buatmu), mungkin ada baiknya tidak ditinggalkan. Kadang-kadang hal itu sangat membantu penulisan — paling tidak memberi perspektif yang lebih luas untuk tulisan. Gabriel Garcia Marquez seorang wartawan — kita bisa melihat pekerjaannya sebagai wartawan memberi pengaruh yang positif untuk karya-karya kreatifnya. Jorge Luis Borges penjaga perpustakaan — dan tanpa itu saya kira cerpen-cerpennya tak akan seperti yang kita kenal. Umberto Eco seorang dosen. Ahmad Tohari seorang pemimpin sebuah pesantren. Dewi Lestari (Dee), seorang penyanyi. Dan mereka tetap bisa menulis, bukan? Bagus pula!
Semoga kamu juga!!!
===================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan
idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan,
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital, huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin
normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari
kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri,
kan?
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut
bahwa editor bukunya adalah MENULIS
BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku
koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu
(persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk
mendiskusikannya:
Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF
& MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
0 komentar:
Posting Komentar