THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 13 Juni 2020

R.E.D - 2



Pesta perayaan ulang tahun sebuah perusahaan roti di sebuah hotel, pukul 22:00
Pesta yang berlangsung meriah pada malam yang ceria itu tengah dinikmati oleh sejumlah undangan. Mereka mengenakan pakaian resmi seperti gaun malam yang anggun dan tuxedo berdasi yang semakin membuat menawan si pemakainya. Para undangan yang tengah berbaur di antara satu sama lainnya itu tampak menikmati hidangan dan pertunjukan musik yang tak tanggung-tanggung menyewa para penyanyi profesional untuk turut memeriahkannya.
Namun para undangan tersebut tak menyadari jika ada seseorang yang turut berbaur di antara mereka, seseorang yang muncul dari balik kegelapan dan tak mempunyai kepentingan apa-apa untuk menghadiri pesta itu. Jika diperhatikan baik-baik, gerak-gerik orang yang mengenakan pakaian serba hitam dengan jaket membaluti postur tubuhnya, berkacamata silver samar, dan topi rajutan itu terlihat mencurigakan. Penampilannya membuat sosok asli sesungguhnya dari tubuh itu terlihat samar. Tapi orang-orang yang melihatnya sepertinya berpikiran jika orang tersebut adalah teman anak si pemilik perusahaan yang turut diundang.
Sosok misterius itu kemudian memandangi puncak gedung seberang dari balik kacamatanya. Memang tak terlihat apa-apa di sana selain kegelapan, tapi orang tersebut lebih tahu pastinya. Ia lalu pura-pura mengambil sebuah minuman, kemudian terlihat melakukan percakapan.
“Ayolah, apa kamu bisa menghargai waktuku sedikit? Cepat katakan di mana orang itu?” desaknya sambil berbisik pada lawan bicaranya. Rupanya ia sedang bertelekomunikasi dengan seseorang melalui handsfree yang tersembunyi di balik topi rajutannya.
Lawan bicaranya yang entah berada di mana itu tampak santai menanggapinya, meskipun jemarinya tengah sibuk menari gesit di atas keyboard sebuah laptop. Kondisi di sekitarnya gelap, hanya ada cahaya berkas dari LCD laptop yang meneranginya. Sosoknya pun tampak samar karena hanya punggungnya yang terlihat jelas.
“Sudahlah! Santai sedikit, kenapa? Bagaimana kalau kau menikmati pestanya dulu?”
“Aku tidak main-main! Jangan buang-buang waktu lagi!” seru orang misterius itu dalam bisikan. Karena saking emosinya, ia pun meminum minumannya. Namun tak lama kemudian, ia langsung menyemburkannya. “Minuman apa ini? Grmbl!”
“Hei, jangan buru-buru begitu! Kenapa kau harus mengambil gelas dari meja yang diperuntukkan khusus anggur? Kita kan belum cukup umur untuk—”
“Anggur? Kenapa kau tak bilang daritadi sementara kau melihatnya?” kesal orang misterius itu.
“Tentu saja. Aku kan sudah memasang kamera di pakaianmu. Dengan sistem GPS-nya juga, aku bisa mengetahui posisimu kini di laptopku. Belum lagi, aku tahu betul isi gedung itu. Jadi wajar saja kan kalau aku bisa menebak kamu mengambil minuman di area anggur?”
“Sudahlah. Cepat beritahukan di mana orang itu berada!”
“Iya. Oke. Tapi kamu jangan teriak-teriak seperti itu. Kamu jangan memancing kecurigaan mereka, ya.”
“Kurasa takkan ada yang mencurigaiku. Kau tak lihat mereka semua sedang asyik berpesta?”
“Mungkin…”
Tapi orang misterius itu salah. Seorang gadis berpenampilan anggun dan mengenakan gaun merah tampak serius mengawasinya sambil bersandar di pojok sana. Rambut panjang berombaknya terurai indah. Ia juga sedang memegang segelas anggur merah seperti warna gaunnya malam itu.
Orang misterius tadi segera meninggalkan ruangan pesta dan keluar melalui pintu darurat. Orang itu terus berjalan mengikuti instruksi rekannya di suatu tempat. Rekannya itu dapat mengawasi perjalanannya dengan mudah berkat kamera tersembunyi yang berada di kerah jas orang itu. Ia mengamatinya melalui layar laptopnya.
Rekannya itu membuka sebuah tombol hingga layar laptopnya berganti gambar menjadi sebuah peta bangunan. Tampak peta 3 dimensi tertera di layarnya, lengkap dengan situasi lokasi dan penggambaran lokasi di dalamnya.
“Kawan, apakah kamu yakin kalau orang itu adalah…”
Orang misterius tersebut tertegun, meski masih tetap terus melangkah. “Aku yakin salah seorang anak buah si pengusaha itu adalah ‘orang’ itu. Aku akan terus mengejarnya hingga ke ujung dunia. Pokoknya ia tak akan bisa lepas dariku!”
“Iya, sih! Masalahnya, kenapa kau begitu yakin?”
Orang misterius itu menarik napas. “Karena aku pernah melihat luka salah seorang anak buahnya itu pada bagian lengannya. Hanya saja aku tak tahu persis yang mana.”
“Tapi … orang yang memiliki luka di bagian lengan itu kan ada banyak. Kau jangan nekat beginilah! Masih ada waktu untuk mundur sebelum kau dalam bahaya.”
“Kenapa kau begitu mencemaskanku?”
Rekannya itu tergagap. “So-soalnya ini … ini kan pertama kalinya kamu terjun ke lokasi berbahaya. Jadi wajar saja kan kalau aku mencemaskanmu?”
“Oh, begitu? Kamu tenang saja. Tapi aku tak akan mundur, bahkan sebelum melihat wajah orang itu!” teguh orang misterius itu.
Rekannya menghela napas, kehabisan kata untuk mengurungkan niat orang misterius tadi. “Baiklah. Aku tak punya hak untuk membujukmu lagi, dasar keras kepala. Semoga sukses, ya!” ucapnya.
“Sukses? Bagaimana pun juga, semuanya ini tergantung padamu,” sahut si orang misterius santai.
Orang misterius itu terus melangkah sesuai intruksi rekannya tadi dengan tenangnya. Rekannya tadi yang sudah mempreteli CCTV yang ada di sana melalui teknologi di laptopnya yang bisa membuat si orang misterius tadi tak tampak di monitor mana pun. Namun mereka tak menyadari tak jauh dari sana, seseorang tengah menguntit orang misterius tadi.
“Sekarang kamu masuk ke jalan rahasia.”
Si orang misterius lalu melompat dan memanjati cela tembok dengan mantapnya kemudian membuka sebuah plafon. “Oh, jadi ini jalan rahasianya? Kau benar-benar mata-mata profesional!” komentarnya sinis. Kemudian ia pun memasuki jalan rahasia itu.
Orang yang mengikutinya tadi hanya bisa terhenti sampai di situ. Ia hanya bisa menatap si orang misterius menghilang dari atap plafon. Si penguntit itu kemudian berbalik arah, mencari jalan yang lain.
Si orang misterius itu kemudian berada di sebuah terowongan sempit hingga memaksanya untuk merayap agar bisa tiba di tempat tujuan. “Ck! Sampai berapa lama aku harus merayap seperti cicak begini? Sudah sampai, belum?”
“Jangan merengek seperti itu. Bersabarlah, ini baru setengah perjalanan!”
Si orang misterius menghembuskan napas panjang. “Ini sudah hampir setengah jam!”
“Ah, kamunya saja yang lambat. Aku bisa menempuhnya sambil merayap dalam waktu 10 menit, kok!”
Orang misterius itu menghentikan keluhannya dan terus merayap lebih cepat lagi. Akhirnya ia melihat sebuah lubang dengan cahayanya yang samar menyambutnya. “Itu jalan keluarnya?”
“Kalau nggak salah…”
“Hei! Jangan bilang kalau kau salah mengarahkanku ke arah yang lain!”
“Ah, tidak juga. Sekarang kamu turun!”
Orang misterius itu mengikuti instruksi rekannya dan turun dengan mantapnya ke sebuah koridor yang temaram. “Ini di mana? Apa kau yakin tempat ini aman?”
“Ini tempat rahasia yang aman. Kau bersembunyi saja di sana sampai…”
Plok plok plok…
“A-aman katamu?!”
Mereka berdua tersentak begitu terdengar suara tepukan tangan perlahan yang kemudian disusuli oleh datangnya beberapa orang pria berjas ke koridor itu.
“Bagus! Bagus sekali caramu mempermainkan kamera. Tapi kaupikir kami bisa terkecoh begitu saja?!” seorang pria bercerutu yang paling depan angkat suara. “Apa kau tersesat, Nak?”
Namun orang misterius tersebut menjawabnya dengan gerakan lincah. Dengan mengeluarkan bela diri seperlunya, ia melumpuhkan orang yang tampaknya paling lemah di antara mereka untuk menerobos kepungan mereka. Kemudian ia melarikan diri menuju pintu keluar lainnya.
“Cepat kejar bocah itu!” si pria bercerutu mengarahkan para anak buahnya.
Orang misterius itu terus berlari kencang, tanpa arah yang pasti. “Jud! Judit! Ke mana lagi aku harus menuju?!” Namun ia tak mendengar respon dari rekannya itu. “Jud?! Sial!”
Dor! Dor! Dor!
Orang tersebut terus berlari semakin kencang, menghindari tembakan yang diarahkan padanya. Ia telah berlari cukup jauh. Hanya suara napasnya yang menderu-deru yang menemani perjuangannya.
“Sial! Judit ke mana, sih?! Perutku sudah mulai sakit, lagi!” keluhnya sambil terus berlari. “Aku tak kuat lagi!”
Dor! Dor!
 Dua peluru di antaranya berhasil membekuk orang misterius tersebut tepat di bagian punggungnya hingga membuat orang itu terjerembab tak berdaya…
“Cepat kalian habisi orang mencurigakan itu!” pinta si pria bercerutu mengerahkan anak buahnya.
Para anak buahnya bergegas menghampiri orang misterius yang telah tak berdaya itu selama kesempatan itu masih ada. Namun…
“Suit-suit!”
“Kalian tunggu apa lagi? Ayo cepat bunuh orang itu sebelum ia mengacaukan rencana kita! Dia itu pasti polisi suruhan yang akan menggagalkan kita!”
“Tapi, Bos! Tapi…” Salah seorang anak buahnya tergagap-gagap sambil bergantian menatap orang misterius itu dan bosnya.
“Tapi-tapi apa?! Kalau kalian tak mau, biar aku saja yang menghabisinya!”
Pria bercerutu itu lalu mendekati orang misterius tersebut, berniat menghabisinya dengan mengeluarkan pistol di tangannya ke arah kepala orang itu, namun…
“Astaga!” pekiknya sambil urung menembakkan isi pistolnya ke orang itu. “Cantik sekali gadis ini!”

***


HY! mau tahu karya THIRTEEN lainnya yang tak kalah serunya? saksikan di aplikasi NOVELME, silakan didonlod dan search karya horor saya berjudul UMURKU 13 TAHUN DAN KAMU? dijamin seru dan menegangkan!

0 komentar: