Pesta
perayaan ulang tahun sebuah perusahaan roti di sebuah hotel, pukul 22:00
Pesta yang berlangsung
meriah pada malam yang ceria itu tengah dinikmati oleh sejumlah undangan.
Mereka mengenakan pakaian resmi seperti gaun malam yang anggun dan tuxedo
berdasi yang semakin membuat menawan si pemakainya. Para undangan yang tengah
berbaur di antara satu sama lainnya itu tampak menikmati hidangan dan
pertunjukan musik yang tak tanggung-tanggung menyewa para penyanyi profesional
untuk turut memeriahkannya.
Namun para undangan
tersebut tak menyadari jika ada seseorang yang turut berbaur di antara mereka,
seseorang yang muncul dari balik kegelapan dan tak mempunyai kepentingan apa-apa
untuk menghadiri pesta itu. Jika diperhatikan baik-baik, gerak-gerik orang yang
mengenakan pakaian serba hitam dengan jaket membaluti postur tubuhnya,
berkacamata silver samar, dan topi rajutan itu terlihat mencurigakan.
Penampilannya membuat sosok asli sesungguhnya dari tubuh itu terlihat samar.
Tapi orang-orang yang melihatnya sepertinya berpikiran jika orang tersebut
adalah teman anak si pemilik perusahaan yang turut diundang.
Sosok misterius itu
kemudian memandangi puncak gedung seberang dari balik kacamatanya. Memang tak
terlihat apa-apa di sana selain kegelapan, tapi orang tersebut lebih tahu
pastinya. Ia lalu pura-pura mengambil sebuah minuman, kemudian terlihat
melakukan percakapan.
“Ayolah, apa kamu bisa menghargai
waktuku sedikit? Cepat katakan di mana orang itu?” desaknya sambil berbisik
pada lawan bicaranya. Rupanya ia sedang bertelekomunikasi dengan seseorang
melalui handsfree yang tersembunyi di
balik topi rajutannya.
Lawan bicaranya yang entah
berada di mana itu tampak santai menanggapinya, meskipun jemarinya tengah sibuk
menari gesit di atas keyboard sebuah
laptop. Kondisi di sekitarnya gelap, hanya ada cahaya berkas dari LCD laptop
yang meneranginya. Sosoknya pun tampak samar karena hanya punggungnya yang
terlihat jelas.
“Sudahlah! Santai
sedikit, kenapa? Bagaimana kalau kau menikmati pestanya dulu?”
“Aku tidak main-main!
Jangan buang-buang waktu lagi!” seru orang misterius itu dalam bisikan. Karena
saking emosinya, ia pun meminum minumannya. Namun tak lama kemudian, ia
langsung menyemburkannya. “Minuman apa ini? Grmbl!”
“Hei, jangan buru-buru
begitu! Kenapa kau harus mengambil gelas dari meja yang diperuntukkan khusus
anggur? Kita kan belum cukup umur untuk—”
“Anggur? Kenapa kau tak
bilang daritadi sementara kau melihatnya?” kesal orang misterius itu.
“Tentu saja. Aku kan
sudah memasang kamera di pakaianmu. Dengan sistem GPS-nya juga, aku bisa
mengetahui posisimu kini di laptopku. Belum lagi, aku tahu betul isi gedung
itu. Jadi wajar saja kan kalau aku bisa menebak kamu mengambil minuman di area
anggur?”
“Sudahlah. Cepat beritahukan
di mana orang itu berada!”
“Iya. Oke. Tapi kamu
jangan teriak-teriak seperti itu. Kamu jangan memancing kecurigaan mereka, ya.”
“Kurasa takkan ada yang
mencurigaiku. Kau tak lihat mereka semua sedang asyik berpesta?”
“Mungkin…”
Tapi orang misterius
itu salah. Seorang gadis berpenampilan anggun dan mengenakan gaun merah tampak
serius mengawasinya sambil bersandar di pojok sana. Rambut panjang berombaknya
terurai indah. Ia juga sedang memegang segelas anggur merah seperti warna
gaunnya malam itu.
Orang misterius tadi
segera meninggalkan ruangan pesta dan keluar melalui pintu darurat. Orang itu
terus berjalan mengikuti instruksi rekannya di suatu tempat. Rekannya itu dapat
mengawasi perjalanannya dengan mudah berkat kamera tersembunyi yang berada di
kerah jas orang itu. Ia mengamatinya melalui layar laptopnya.
Rekannya itu membuka
sebuah tombol hingga layar laptopnya berganti gambar menjadi sebuah peta
bangunan. Tampak peta 3 dimensi tertera di layarnya, lengkap dengan situasi
lokasi dan penggambaran lokasi di dalamnya.
“Kawan,
apakah kamu yakin kalau orang itu adalah…”
Orang misterius
tersebut tertegun, meski masih tetap terus melangkah. “Aku yakin salah seorang
anak buah si pengusaha itu adalah ‘orang’ itu. Aku akan terus mengejarnya
hingga ke ujung dunia. Pokoknya ia tak akan bisa lepas dariku!”
“Iya,
sih! Masalahnya, kenapa kau begitu yakin?”
Orang misterius itu
menarik napas. “Karena aku pernah melihat luka salah seorang anak buahnya itu
pada bagian lengannya. Hanya saja aku tak tahu persis yang mana.”
“Tapi
… orang yang memiliki luka di bagian lengan itu kan ada banyak. Kau jangan
nekat beginilah! Masih ada waktu untuk mundur sebelum kau dalam bahaya.”
“Kenapa kau begitu
mencemaskanku?”
Rekannya itu tergagap. “So-soalnya ini … ini kan pertama kalinya
kamu terjun ke lokasi berbahaya. Jadi wajar saja kan kalau aku mencemaskanmu?”
“Oh, begitu? Kamu
tenang saja. Tapi aku tak akan mundur, bahkan sebelum melihat wajah orang itu!”
teguh orang misterius itu.
Rekannya menghela napas,
kehabisan kata untuk mengurungkan niat orang misterius tadi. “Baiklah. Aku tak punya hak untuk membujukmu
lagi, dasar keras kepala. Semoga sukses, ya!” ucapnya.
“Sukses? Bagaimana pun
juga, semuanya ini tergantung padamu,” sahut si orang misterius santai.
Orang misterius itu
terus melangkah sesuai intruksi rekannya tadi dengan tenangnya. Rekannya tadi
yang sudah mempreteli CCTV yang ada di sana melalui teknologi di laptopnya yang
bisa membuat si orang misterius tadi tak tampak di monitor mana pun. Namun
mereka tak menyadari tak jauh dari sana, seseorang tengah menguntit orang
misterius tadi.
“Sekarang
kamu masuk ke jalan rahasia.”
Si orang misterius lalu
melompat dan memanjati cela tembok dengan mantapnya kemudian membuka sebuah
plafon. “Oh, jadi ini jalan rahasianya? Kau benar-benar mata-mata profesional!”
komentarnya sinis. Kemudian ia pun memasuki jalan rahasia itu.
Orang yang mengikutinya
tadi hanya bisa terhenti sampai di situ. Ia hanya bisa menatap si orang
misterius menghilang dari atap plafon. Si penguntit itu kemudian berbalik arah,
mencari jalan yang lain.
Si orang misterius itu
kemudian berada di sebuah terowongan sempit hingga memaksanya untuk merayap
agar bisa tiba di tempat tujuan. “Ck! Sampai berapa lama aku harus merayap
seperti cicak begini? Sudah sampai, belum?”
“Jangan
merengek seperti itu. Bersabarlah, ini baru setengah perjalanan!”
Si orang misterius
menghembuskan napas panjang. “Ini sudah hampir setengah jam!”
“Ah,
kamunya saja yang lambat. Aku bisa menempuhnya sambil merayap dalam waktu 10
menit, kok!”
Orang misterius itu
menghentikan keluhannya dan terus merayap lebih cepat lagi. Akhirnya ia melihat
sebuah lubang dengan cahayanya yang samar menyambutnya. “Itu jalan keluarnya?”
“Kalau
nggak salah…”
“Hei! Jangan bilang
kalau kau salah mengarahkanku ke arah yang lain!”
“Ah,
tidak juga. Sekarang kamu turun!”
Orang misterius itu
mengikuti instruksi rekannya dan turun dengan mantapnya ke sebuah koridor yang
temaram. “Ini di mana? Apa kau yakin tempat ini aman?”
“Ini
tempat rahasia yang aman. Kau bersembunyi saja di sana sampai…”
Plok plok plok…
“A-aman katamu?!”
Mereka berdua tersentak
begitu terdengar suara tepukan tangan perlahan yang kemudian disusuli oleh
datangnya beberapa orang pria berjas ke koridor itu.
“Bagus! Bagus sekali
caramu mempermainkan kamera. Tapi kaupikir kami bisa terkecoh begitu saja?!”
seorang pria bercerutu yang paling depan angkat suara. “Apa kau tersesat, Nak?”
Namun orang misterius
tersebut menjawabnya dengan gerakan lincah. Dengan mengeluarkan bela diri
seperlunya, ia melumpuhkan orang yang tampaknya paling lemah di antara mereka
untuk menerobos kepungan mereka. Kemudian ia melarikan diri menuju pintu keluar
lainnya.
“Cepat kejar bocah
itu!” si pria bercerutu mengarahkan para anak buahnya.
Orang misterius itu
terus berlari kencang, tanpa arah yang pasti. “Jud! Judit! Ke mana lagi aku
harus menuju?!” Namun ia tak mendengar respon dari rekannya itu. “Jud?! Sial!”
Dor! Dor! Dor!
Orang tersebut terus
berlari semakin kencang, menghindari tembakan yang diarahkan padanya. Ia telah
berlari cukup jauh. Hanya suara napasnya yang menderu-deru yang menemani
perjuangannya.
“Sial! Judit ke mana,
sih?! Perutku sudah mulai sakit, lagi!” keluhnya sambil terus berlari. “Aku tak
kuat lagi!”
Dor! Dor!
Dua peluru di antaranya berhasil membekuk
orang misterius tersebut tepat di bagian punggungnya hingga membuat orang itu
terjerembab tak berdaya…
“Cepat kalian habisi
orang mencurigakan itu!” pinta si pria bercerutu mengerahkan anak buahnya.
Para anak buahnya
bergegas menghampiri orang misterius yang telah tak berdaya itu selama
kesempatan itu masih ada. Namun…
“Suit-suit!”
“Kalian tunggu apa
lagi? Ayo cepat bunuh orang itu sebelum ia mengacaukan rencana kita! Dia itu
pasti polisi suruhan yang akan menggagalkan kita!”
“Tapi, Bos! Tapi…”
Salah seorang anak buahnya tergagap-gagap sambil bergantian menatap orang
misterius itu dan bosnya.
“Tapi-tapi apa?! Kalau
kalian tak mau, biar aku saja yang menghabisinya!”
Pria bercerutu itu lalu
mendekati orang misterius tersebut, berniat menghabisinya dengan mengeluarkan
pistol di tangannya ke arah kepala orang itu, namun…
“Astaga!” pekiknya
sambil urung menembakkan isi pistolnya ke orang itu. “Cantik sekali gadis ini!”
***
HY! mau tahu karya THIRTEEN lainnya yang tak kalah serunya? saksikan di aplikasi NOVELME, silakan didonlod dan search karya horor saya berjudul UMURKU 13 TAHUN DAN KAMU? dijamin seru dan menegangkan!
0 komentar:
Posting Komentar