Kret. Diam-diam
kumasuki kamar itu sambil celingukan ke kanan dan ke kiri. Kamar tersebut
memang gelap dan tentu saja aku tak mau ceroboh dengan menyalakan lampunya
segala. Tidak sedang mati lampu juga sih, tapi kan namanya juga diam-diam!
Apalah gunanya senter
kalau begitu? Tentu saja di waktu seperti ini! Bukan menyusahkan diri namanya,
tapi demi keamanan. Ah sudahlah, kurasa kalian sendiri sudah bisa tangkap apa
maksudnya.
Kita lanjutkan!
Sambil mengendap-endap,
kudekati rak buku di dekat jendela. Aku harus bergegas mencari buku itu sebelum
si pemilik kamar ini datang. Aku tahu yang kususupi ini kamar sang jawara
kelas—Anwar. Aku juga tahu dia itu berhati lembut. Hanya saja, ini semua harus
kulakukan diam-diam. Aku harus segera mendapatkan rumus itu. Hm, aku tahu ini
tak benar dengan mencuri rumus rahasia yang didapatkannya dengan pemikiran
sendiri. Tapi aku terpaksa karena ini semua demi…
Sambil mencari-cari,
kemudian kuteringat masa kecilku.
…
Pagi itu kuterbangun
dan langsung ingat seketika apa tujuan sebenarnya aku hidup. Bergegas
kuberangkat ke sekolahku tanpa basa-basi lagi. Aku masih kelas 6 SD waktu itu,
tapi tidak dengan otakku. Agar tak membuat orang curiga, sebelum masuk kelas
kusempatkan diri untuk bermain dengan teman-teman lainnya. Biarlah mereka
melihatku seperti tengah bersenang-senang dengan mereka. Semoga dengan begini,
mereka tak menyadari apa yang sebenarnya kupikirkan. Tubuhku bolehlah kecil,
tapi tidak dengan akalku.
Pagi itu kubermain
dengan Melodi dan kawan-kawannya—kagome-kagome. Kami melingkar. Meskipun tengah
bermain, isi kepalaku berada di tempat lain. Tentu saja aku tak fokus pada
permainan itu. Mungkin yang sempat kuperhatikan adalah dalaman anak-anak itu.
Dalaman berupa kaos berwarna merah terlihat samar di balik seragam putih
mereka. Ya, pakaian olahraga yang akan berlangsung pada jam pelajaran ketiga.
Biasanya, anak-anak menjadikannya dalaman agar praktis saat berganti pakaian.
Sedangkan aku? Aku tak
membawanya. Ya, sebenarnya sebuah misi harus segera kutuntaskan saat jam
olahraga berlangsung, bagaimana pun caranya. Kembali lagi kupandangi
teman-temanku ini dan tersentak begitu melihat wajah mereka sama semua seperti
Melodi dengan rambut pendek selehernya yang kaku.
Kugosok-gosokkan
mataku. Ah, sepertinya aku kurang tidur!
Tanpa terasa, jam
pelajaran olahraga pun berlangsung. Sambil celingukan dengan hati-hati, kuawasi
koridor. Sepertinya aman. Tak ada seorang pun lagi berada di sana. Aku tak
boleh terlambat!
Begitu kupalingkan
wajahku ke tempat tujuanku di daerah kantin, kumelebarkan mata begitu melihat
sudah ada seorang anak yang memasuki tempat itu. Keke! Itu adik kelasku
sekaligus ponakanku pula. Ya, ia masih kelas 1 SD, tapi pola pikirnya, tak usah
ditanyakan lagi. Bagaimana pun ia sedarah denganku. Ia tak sepolos yang diduga
orang. IQ-nya tinggi, loh! Dan ia adalah sainganku dalam misi ini. Aku tak
boleh ketinggalan.
Segera kukejar ia di
dalam sana. Ia tak boleh mendapatkannya terlebih dahulu. Huh, malu kan kalau
aku bersaing dengannya. Tapi kuakui kalau ia memang luar biasa.
Namun setibanya aku di
dalam kantin kosong itu, aku tak menemukan siapa-siapa di sana. Kucelingukan.
Ke mana bocah ajaib itu? Cepat amat menghilangnya. Tapi tak boleh! Ia tak boleh
mengelabuiku seperti ini. Aku harus segera mendapatkannya. Semoga saja ia belum
berhasil menemukan rumus rahasia itu, kalau tidak, aku tak akan punya muka
untuk pulang ke rumah…
Tapi kalau perlu sih,
aku akan merebutnya dari bocah itu. Jadi apa ruginya kalau memanfaatkannya
untuk mendapatkan rumus rahasia itu? Kumengubah niatku seketika. Lebih baik aku
terus mengikutinya saja! Lebih baik aku cari tahu saja penyelidikannya itu
sudah sampai mana dan begitu ia mendapatkannya, aku akan mengakalinya agar aku
bias mendapatkan rumus rahasia itu.
***
hy! baca karya THIRTEEN yang lainnya di aplikasi NOVELME ya. judulnya UMURKU 13 TAHUN DAN KAMU? genre horor. menarik, loh! silakan didonlod dulu lah. makasih dukungannya :=(D
0 komentar:
Posting Komentar