THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 30 Juni 2013

Tips Ikut Lomba Menulis: Mengalir Saja

Kali ini lombaapasaja berhasil mewawancarai Dian Ekawati, salah seorang pemenang lomba menulis. Kalau ingin tahu lomba menulis apa yang dimenangkannya, bisa klik di sini.

Yang menarik, Dian Ekawati tak tahu jika dirinya menjadi pemenang lomba tersebut. Dirinya tahu jika menang lomba dari lombaapasaja yang berniat ngobrol dengannya seputar tips menang lomba.

Nah berikut ini hasil obrolan dengannya via message facebook




@lombaapasaja: Bagaimana ceritanya Anda bisa ikut lomba menulis yang diadakan oleh female circle?

Dian: Awalnya itu saya melihat ada teman share pengumuman tentang lomba yang diadakan Female Circle di FB.

@lombaapasaja: Apa yang mendorong Anda untuk ikut lomba menulis tersebut?

Dian: Karena pengen dan kebetulan punya ide

@lombaapasaja: Kenapa Anda memilih menulis soal Ngatemi itu?

Dian: Karena saya kagum dengan semangatnya yang gigih menyekolahkan putri-putrinya sampai meraih gelar sarjana. Sementara buanyakkk orang yang secara ekonomi lebih mampu, malah tak bersemangat seperti itu.

@lombaapasaja: Sudah sering ikut lomba menulis? Sudah lama juga suka nulis?

Dian: Gak sering sih, baru 1-2 kali aja. Karena saya baru aktif menulis lagi sekitar bulan April lalu (bisa dilihat di blog saya yang masih ‘belia’ di dianesuryaman.wordpress.com

@lombaapasaja: Apa saja lomba yang udah pernah dimenangkan?

Dian: Radio Program Award 2003 kategori minifeature yang diselenggarakan Friedrich Naumann Stiftung.

@lombaapasaja: Apa tips yang bisa Anda bagikan kepada pembaca blog lombaapasaja agar bisa menang lomba seperti Anda?

Dian: Mengalir saja, tulis apa saja menurut kita menarik. Menang atau tidak urusan belakangan

========================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
 

Sabtu, 29 Juni 2013

Soal penerbit indi atau POD itu

Pagi ini sebuah status FB yang saya baca berisi tentang curhatan sipemilik tentang betapa kesalnya dia dengan lakon seorang pengelola penerbitan indi yang sampai dua bulan lebih tidak mengirimkan buku yang sudah di pesannya; dan tentu saja dia sudah membayar sejumlah uang ke rekening yang bersangkutan. Di FB lain saya baca bagaimana dia sudah mentransfer uang ratusan ribu rupiah untuk biaya layout dan desai kaver, namun sampai sekarang bukunya tidak terbit juga. Di FB lainnya lagi saya lihat sebuah status yang curhat kalau layout halaman bukunya berantakan, masak di halaman satu fontnya X dan di halaman lain ada dua fontnya Z, padahal ia sudah membayar setengah juta untuk biaya itu semuanya.
Aih, apakah yang terjadi di dunia penulisan cum penerbitan saat ini?
Semua bermuara dari kemajuan teknologi pencetakan. Sebuah buku saat ini tidak lagi harus melalui cara, prosedur, dan kuantitas konvensional. Dulu, dengan hitung-hitungan bisnis, sebuah buku harus dicetak minimal 2000 atau 3000 oleh sebuah penerbit mayor. Jumlah itu akan didistribusikan ke toko buku dan jumlah itu juga memuat berapa hitung-hitungan angka yang harus dibagi ke berbagai pihak, seperti biata operasional, penulis, distributor, toko buku, sampai bayar rekening listrik kantor.


Namun, saat ini, dengan kemajuan mesin cetak sesuai permintaan atau istilahnya Print On Demand (POD), menyebabkan jumlah buku yang dicetak bukan menjadi persoalan. Mudahnya menggunakan tenaga lepas seperti desainer dan layouter serta gratisnya pengurusan ISBN menyebabkan semua urusan yang berbelit dan memakan waktu lama seperti dalam penerbitan mayor menjadi seperti menjentikkan jempol-telunjuk: klik, buku pun bisa terbit saat itu juga.
Sistem POD juga menyebabkan kemudahan penulis untuk menerbitkan karyanya. Bahkan jika yang ditulisnya tidak bermutu pun bukan jadi persoalan, asal punya duit kita bisa bikin buku sendiri. Ini berbeda dengan ‘tradisi’ penulis yang menawarkan naskah di penerbitkan mayor. Bahwa semua naskah harus mengalami seleksi yang super ketat, tidak hanya dari sisi konten semata melainkan juga dari aspek bisnis. Biarpun kontennya jelek, asal itungan bisnis bagus, maka naskah itu akan dijadikan buku dan dijual oleh penerbit mayor. Ini berbeda dengan POD, jika mengambil simpulan seramnya; biar kontennye buruk dan nilai bisnisnya buruk, buku tetap bisa terbit.
Kondisi ini menjadi semacam angin surga bagi para (calon) penulis atau mereka yang sudah putus asa karena naskahnya sering ditolak penerbit-penerbit mayor. Nah, dengan POD ia bisa tiba-tiba menjadi penulis; menjadi seseorang yang memiliki buku dan dengan bangganya memasang kaver di FB hanya untuk menegaskan bahwa bukunya sudah terbit dan mendapat endors dari pengunjung FB bahwa mereka pun turut senang dengan pencapaian tersebut. Sampai pada akhirnya yang komen di FB pun mengikuti jejak si (calon) penulis tersebut; mulai membongkar file lama di komputer, disusun menjadi sebuah naskah, dan diproses menjadi buku dengan sistem POD atau jika memiliki modal banyak dicetak dengan jumlah ratusan bahkan ribuan. Intinya dia menulis, dia mengeluarkan duit, dan dia yang berpromosi. All in one.
Peluang inilah yang dilihat oleh si insting bisnis. Banyaknya (calon) penulis yang benar-benar ingin bukunya diterbitkan dan melihat namanya terpampang di kaver buku menjadi semacam peluang bisnis yang luar biasa. Mulailah berdiri satu-dua “penerbitan” yang bisa menyediakan cara mudah bagi (calon) penulis untuk menerbitkan bukunya secara POD atau istilahnya indi, penerbit minor. Mereka menyediakan jasa layout, desain, edit, dan promosi. Sebaliknya penulis hanya menyediakan naskah saja.. ups, dengan duit secukupnya.
Tapi, apa daya…. para penerbit minor dadakan ini lupa bahwa proses sebuah buku itu tidak hanya asal POD saja di mesin cetak, atau malah mesin fotokopian. Sebuah buku harus mengalami proses sunting yang baik, tataletak yang enak di pandang, kaver yang sesuai, dan tentu saja sebuah naskah yang memuat konten baik, baik di sisi isi dan baik di sisi penjualan.
Persoalan kedua, bagi penerbit minor yang punya mesin POD atau sudah bekerjasama dengan percetakan yang memiliki mesin POD, soal menyetak berapapun eks buku bukan menjadi persoalan. Nah, bagi mereka yang tidak punya rekanan mau tidak mau harus bekerjasama dengan percetakan biasa yang punya batas minimal pemesanan buku. Hal ini terkait dengan jumlah tinta, lama bekerja mesin, kertas yang dibeli, dan sdm yang dipakai. Maka akhirnya si penerbit minor inipun mengambil langkah ajaib: meminta penulis mengeluarkan biaya sendiri untuk mencetak bukunya. Modusnya bisa macam-macam, salah satunya dengan membuat lomba untuk menjaring puluhan dan bahkan ratusan orang (calon) penulis. Jika ada 100 orang yang ikut dan masing-masing “menyumbang” Rp50.000 maka tertutupilah biaya produksi satu buah buku. Itupun kalo urusannya bener, kalo nggak.. ya lagi-lagi si penerbit minor ini angkat tangan dan buku pun tak kunjung nongol.
Lalu, apakah salah dengan angin surga POD itu?
Seseorang teman di FB sempat menulis bahwa ia tidak ada masalah berada di “kasta terendah” karena menerbitkan buku secara POD atau indi. Terlepas dari ada tidanya kasta dalam cara menerbitkan, yang pasti sistem POD atau indi tetap punya nilai positifnya.
POD ataupun indi memberikan jalan alternatif bagi siapa saja untuk menerbitkan buku. Ingat, jumlah penerbit yang terbatas sementara mungkin ada jutaan dan puluhan juta orang yang ingin menulis, menerbitkan buku, dan membagikan hasil pikirannya itu tidak mungkin bisa menampung naskah-naskah dari mereka. Bagi mereka yang sudah pengalaman menerbitkan buku pasti menyarankan untuk pilih penerbit mayor, tapi bagi mereka yang nggak tahu apa-apa pilihan POD dan indi menjadi lebih tepat. Karena persoalan tema atau konten berbeda menurut “siapa”. Bagi penerbit ada unsur bisnis dalam sebuah konten sementara bagi penulis ada unsur “ini penting dan layak dibaca”.Bagi penerbit males rasanya menerbitkan buku “Memelihara Jangkrik” karena siapa yang mau beli dan jangan berharap akan ada cap best seller jika buku ini terbit. Namun, bagi penulis buku ini ada pangsa pasarnya, yakni mereka yang hobi dengan ikan, jangkrik bisa jadi makanan ikan. Nah, karena unsur yang tidak nyambung ini, tak berlebihan kalau penulis memilih jalur POD atau indi. Begitu juga dengan nilai pasar naskah-naskah puisi yang ditulis oleh orang yang tidak dikenal tapi mau berkarya.
Persoalan mengeluarkan uang? Ini adalah salah satu risiko. Sebuah penerbitkan indi atau POD selalu ada uang yang dikeluarkan. Minimal uang untuk mendesai kaver, atau melayout isi, atau untuk mencetak buku. Kalau pun ada penerbitan indi yang tidak menarik uang tetap saja ia akan menagih harga buku jika penulisnya beli ke mereka, tidak seperti penerbit mayor yang memberikan 5 atau 10 buku sebagai contoh cetak-terbit. Artinya ada kesepakatan dalam melakukan ‘bisnis’ buku. Penulis menyediakan naskah dan uang, penerbit indi menyediakan jasa buku sampai terbit atau istilah kerennya pubslihing services. Rasanya tidak penerbitan indi, POD, dan atau publishing services benar-benar gratis dalam memberikan layanannya. Jika menilik teori komodifikasi Vincent Moscow atau Adorno, jika greatispun sebenarnya penulis sedang dikomodifikasi oleh sang penerbit sedang dibuat seolah-olah penulis tidak keluar sepeserpun padahal penerbit menarik keuntungan non-materi dari sipenulis, ya sekecil-kecilnya keuntungan adalah brandcommunication dari si penulis yang memberitakan bahwa “layanan penerbit ini oke” dan ‘beli dong buku saya di sini”.
Kondisi ini yang menyebabkan beberapa penerbitkan mayor besar menyediakan layanan ini. Meski pada awalnya beberapa penerbit tersebut menyediakan jasa POD hanya untuk melihat kualitas dummy dari sebuah buku, tapi apa yang dilakukan oleh Gramedia di Jakarta atau Kanisius di Yogyakarta merupakan dua contoh perusahaan penerbitan besar yang melayani sistem POD atau cetak sesuai jumlah pesanan, yang biasnaya terbatas. Konon kabarnya Penerbit Mizan mulai terjun ke usaha POD  atau publsihing services ini. Atau saat ini saya lihat beberapa tempat fotokopi di Jakarta, Depok, Bandung, Surabaya, Malang, atau Yogyakarta juga menyediakan jasa pubslihing services yang bisa mewujudkan impian (calon) penulis menerbitkan buku.
Jika ditilik kembali dari latar historis, kebiasaan POD ini memang dilakukan oleh penerbit mayor terlebih dahulu. Juga, bagi lembaga/institusi periklanan yang biasanya mengerjakan laporan tahunan perusahaan atau buku profil perusahaan. Dan toh, kalau mau jujur, banyak juga penerbit besar yang merelakan logo penerbitnya dipakai demi menyetak buku pesanan dari calon gubernur atau kepala daerah menjelang pilkada. Sama saja kan. Lagi-lagi ini adalah publsihing services dan semua sah-sah saja asal kedua belah pihak sama-sama puas.
Biarkan menjadi angin surga
Di tengah munculnya kasus ‘penipuan’ atau ‘layanan sembarangan’ atau ‘penulis harus keluar uang’ yang kelihatannya mulai muncul, ada baiknya untuk tidak menjatuhkan penilaian bahwa penerbit mayor lebih baik dari penerbit minor yang menggunakan sistem POD atau INDI. Banyak contoh bagaimana sebuah buku yang diterbitkan secara POD sangat sukses, sebagai misal buku cara membetulkan konsol gim meski dijual dengan bentuk buku elektronik telah menghasilkan puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah, atau bagaimana buku Harry Potter edisi pertama juga hanya dicetak 500 buah, karena belasan tolakan dari penerbit mayor, dan disebarkan di perpustakaan sekolah, atau bagaimana salah seorang anggota FLP setelah keluar dari posisi di penerbitan mayor membuat penerbitan sendiri, mengelola sendiri, menyetak dengan duit sendiri, mendistribusikan sendiri, dan akhirnya bisa mengeruk keuntungan… sendiri. Di lain lokasi ada novelis yang mengeluarkan uang sampai puluhan juta rupiah dan memakai jasa publishing services dengan penerbit indi dia juga puas kok dengan hasilnya; meski uang itu tidak kembali semuanya, tetapi dengan penjualan buku dan apa yang didapat dari sekadar uang (teman baru, relasi baru, karya terbit) sudah cukup untuk membayar jumlah nominal yang digelontorkan.
Yang harus dipastikan adalah sebuah konten yang kita tulis untuk diterbitkan dalm bentuk POD atau indi haruslah konten yang baik. Untuk membahas konten yang baik ini adadi ruang dan waktu khusus ya.. dengan konten yang baik akhirnya buku yang dicetak terbatas pun akan tetap menjadi bahan bacaan yang bagus dibaca dan berarti untuk orang lain. Meski yang membelinya hanya 5 orang, toh 5 orang itu sudah bisa mengambil manfaatnya. Tapi kalau ditulis, diterbitkan, dan hanya dibaca oelh si penulisnya sendiri itu sih namanya….
Tetapi jangan pula lengah dengan jasa publishing services yang marak menawarkan diri dengan label “penerbit” ini. Perhatikan 1) bagaimana kualitas pengelolaan mereka dengan melihat rekam jejak si pengelola dengan seksama. Diharapkan dengan si pengelola punya pengalaman dalam dunia penerbitan atau percetakan akan mampu memberikan layanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan. 2) Untuk itu perlulah banyak-banyak bertanya kepada siapa saja yang sudah pernah memakai jasa publishing services tersebut. Jangan karena semangat tinggi karena mau nerbitin naskah dan akan punya buku perdana membuat mata kita buta untuk langsung order ke penyedia jasa tersebut. 3) Kalaupun kita mengeluarkan uang, perhatikan apakah uang itu layak atau tidak dan atau akan digunakan sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Pastikan dengan sangat teliti berapa jumlah uang untuk keperluan X, berapa yang untuk keperluan Y, dan berapa yang untuk keperluan Z. Syukur-syukur kalau ada perjanjian hitam di atas putih. Tapi, kalau uang sudah keluar, kita tidak teliti, dan hasilnya membuat kecewa ya jangan marah-marah belakangan… toh, siapa suruh setuju langsung bayar. 4) Di sinilah perlunya membaca, memahami, atau bertanya soal apa yang dibayar dan apa yang didapat. Tak ada salahnya kita teliti dahulu seseksama mungkin sebelum kecewa di kemudian hari.
Toh, intinya kalau kita ikutan penerbit mayor atau minor, indi atau ternama, POD atau batas psikologis, itu sama saja tak ada bedanya. Jangan dikira penerbit mayor tak pernah bikin jurus tipu-tipu. Jangan menyangka naskah kita tidak akan diobrak-abrik penerbit ternama. Jangan dikiran buku kita akan ditangani secara tepat meski sudah dicetak dengan batas psikologis.
Juga, jangan mengira memasuki bisnis penerbitan indi itu mudah. Jangan dikira POD itu memudahkan segalanya. Jangan dikira mendistribusikan buku itu mudah. Jangan dikira semua bisa dilakukan, misalnya menerbitkan buku, hanya karena kita punya …. uang!
So, jika ingin angin surga, maka telitilah dengan seksama. Sebab, penerbit mayor atau minor sama-sama bisa meniupkan angin surga dan juga suatu saat bisa memberika hawa neraka.
Saya, secara pribadi, sangat percaya dan yakin kutipan seorang penulis ternama yang akhirnya memulai bisnis secara penerbitan minor (meski sekarang lebih tepatnya bermetamorfosis menjadi penerbitan mayor) bahwa “yang penting mau memulainya…”. Toh, banyak jalan ke Roma, dan tidak semuanya harus memiliki pengalaman pertama di penerbitan mayor, bukan?
 (dari notes fb...)

=======================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
 

Kamis, 27 Juni 2013

10 langkah mimpi menjadi nyata (dalam hal nulis menulis)

Perjuangkanlah mimpi-mimpimu dengan perjuangan sampai titik akhir. Jika kau punya mimpi jangan hanya kau khayalkan semata. Tapi berbuatlah sesuatu dan yakinlah mimpi itu kelak akan menjadi nyata 


1. MIMPI
Seorang tak punya mimpi apa yang mesti ia perjuangkan dalam hidupnya? Gak ada bukan? So, bermimpilah, bentuk masa depanmu dengan cita-cita atau keinginan yang kau inginkan. Hal ini sebagai rencana awal sebelum kita berjuang.
2. NIAT
Orang yang punya mimpi tapi tak punya niat, apa guna sebuah mimpi itu? Ya, paling-paling hanya akan teronggok sepi menjadi bunga tidur semata. So, jika kita sudah punya mimpi, berniatlah kita akan mewujudkan mimpi itu.
3. YAKIN / KEYAKINAN
Kita sudah punya mimpi dan niat yang kuat. Agar niat itu tidak kendor, tanamkanlah keyakinan bahwasanya kita akan berhasil menjadi seperti apa yang kita impikan. Karena hal ini sangat penting untuk kita agar lebih berani menerima risiko ke depannya. Apa pun rintangannya, asalkan kita yakin dan yakin mimpi itu bukan hanya mimpi, tapi bisa kita wujudkan. Pasti bisa.
4. SEMANGAT
Keyakinan sudah ada. Sudah tertanam kuat dalam hati bahwasanya mimpi kita akan kita raih. Jadi, kita butuh yang namanya semangat untuk lebih menggairahkan mimpi kita itu. Meskipun kita sudah yakin mimpi itu akan nyata, tapi kita berpenampilan lesu tak ada semangat sedikit pun, apa yang akan dikatakan oleh orang-orang sekitar kita. So, bersemangatlah. Semangat itu GRATIS kok.
5. KONSEP / PERENCANAAN
Ini yang penting, bagaimana kita bisa mengerjakan sesuatu tanpa punya rencana sebelumnya. So, desain, buatlah konsep, perencanaan, atau apalah mengenai jalan mimpimu kelak. Buatlah target yang ingin kau capai.
6. ACTION / TINDAKAN
Setelah perencanaan itu kita buat. Hal yang paling penting yang harus kita lakukan selanjutnya adalah tindakan yang real untuk mewujudkan mimpi itu. Tanpa sebuah tindakan, mimpi itu akan sia-sia. Ya, akan berujung dalam dunia fantasi mimpi kita. So, buatlah mimpi itu, ciptakan mimpi itu dengan tindakan.
7.  TERBUKA
Jadilah pribadi yang terbuka menerima apa pun yang menjadi kritik dan saran untuk kita. Jangan tutup mata, telinga, dan mulut kita. Hal ini penting untuk kita bisa menjalin kerjasama dengan lingkungan sekitar. Hal ini harus kita imbangi dengan:
1.    Lapang dada
2.    Memahami kekurangan kita
3.    Bersabar, dll
8. PANTANG MENYERAH
Jangan jadikan kritik itu sebagai hal yang menghancurkan mimpi itu. Tapi buatlah kritik itu pondasi yang kuat agar mimpi itu kelak bisa lebih sempurna dengan memahami kekurangan kita. So, sikap pantang menyerah inilah yang harus ada dalam jiwa kita sebagai pejuang.
9.  TERUS BELAJAR
Jangan bersikap kita sudah cukup berpengalaman yang memadai. Sejatinya kita sebagai manusia harus terus menimba ilmu dan terus berlajar. WAJIB. Hal ini sebagai referensi pengetahuan tentang perjuangan mimpi kita.
10. DOA / IKHTIAR / TAWAKKAL
Setelah kesemuanya kita penuhi, jangan serta merta meninggalkan yang satu ini ya. Bagaimanapun juga kita hanya manusia biasa, “Human proposes, God disposes”. So, apa pun hasilnya serahkan semuanya kepada Tuhan.

 (dari fb...)

========================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422