THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 30 Juli 2015

Sinopsis Ashoka Samrat episode 17 by Jonathan Bay.

kemaren ga nonton n posting ashoka, soalnya kemaren dulunya tuh kebanyakan jadi aku libur aja deh di puasa syawal keduaku kemaren. btw ngomongin soal duga-menduga! aku dah duga sih awalnya kalo siamak tuh anaknya justin hanya prakiraan aja aku ga nyangka kalo beneren hehe. n sebenarnya si awalnya aku menduga si iblis itu justin pelakunya. tapi kemudian aku berubah pikiran, ah napa juga si justin lakuin itu, kurang kerjaan amat deh. dy kan dah gede. hanya karna liat matanya yang kelabu, tapi kan memang mata orang india getu. lalu dugaanku jatuh ama susima karna kan mamanya tu ahli sihir suka nyantet kanan kiri, kan anaknya juga pasti getu. rupanya aku bener kan. ne ceritanya bener2 bagus n penuh pemikiran bagaimana canakya buat ashoka cari tahu ndiri bagaimana ayahnya bagaimana mendekatkan mereka dengan buat dy penasaran. lalu kupikir2 juga tuh siamak, dy campuran yunani n khurasan yang sama2 jahatnya, kok bisa ngelahirin anak sebaik itu sih? kirain dy murni anaknya bindusara makanya dy bae getu...
 
https://www.youtube.com/watch?v=yLtjb5407rs&index=17&list=ELklHI1DlGOftEFqF6SNgLmQ
 
Sinopsis Ashoka Samrat episode 17 by Jonathan Bay. Di hadapan semua orang achari Chanakya membeberkan yang sebenarnya, "kebenarannya adalah ketidakadilan itu terjadi pada Ashok. Ini bukan hukuman, tapi kekejaman..." Bindu melihat luka di punggung Ashok dengan hati perih. Charu terlihat putus asa. Chanakya masih terus bicara untuk Ashok. Sushim menunduk ketakutan. Ashok membalikkan badan. Bindusara dengan gusar menanyai Sushim, "mengapa kau menyembunyikan semua ini dariku Sushim?" Sushim menjawab dengan gugup kalau Ashok menghina dirinya. Bindu berkata, "lalu kau pukul dia hingga seperti ini? Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?" Sushim hendak membela diri, tapi Bindu dengan suara tegas menyuruh Sushim meminta maaf pada Ashok. Semua orang terkejut. Ratu noor tersenyum mengejek. Sushim kaget, "a..apa?" Bindu kembali berkata, "minta maaf pada Ashok!" Charu dengan binggung menyela, "tidak Samrat, apa yang kau katakan?" Bindu menatap Charumitra dengan tajam, "ratu Charumitra, anakmu menyembunyikan kebenaran dariku dan ini seperti mencurangi aku. Kalau achari chanakya tidak memberitahuku tentang hal itu maka aku akan melakukan ketidakadilan. Sushim telah mempermalukan aku. Jika dia tidak maaf pada Ashok. Maka aku yang akan meminta maaf padanya." Untuk yang terakhir kali, Bindu menyuruh Sushim meminta maaf pada Ashok. Sushim terlihat enggan dan hanyut dalam kemarahan. Tapi rasa takut pada Bindu mengalahkan rasa takutnya. Sushim menatap Charu meminta dukungan. Charu mengangguk dengan sedih. Ratu Noor meyerigai senang. Ashok melirik Sushim yang berdiri disampingnya. Di saat bersamaan Sushim sedang menatapnya dengan marah. Lalu dengan sangat terpaksa, Sushim menyatukan tanganya di dada sambil berkata, "maafkan aku Ashok." Semua orang melihat dengan tatapan prihatin pada Sushim. Justin tersenyum melihat Noor menyerigai puas. Bindu memperingatkan Sushim kalau mulai sekarang dia tak ingin mendengar tentang kekejamannya lagi. Setelah itu dia menyuruh Sushim pergi dari hadapannya. Sebelum pergi, Sushim menyempatkan diri menatap Ashok dengan tatapan begis, lalu dengan geram meninggalkan ruang pengadilan. Ashok melirik Chanakya dan tersenyum. Chanakya mengangguk.
Di kandang kuda, anak-anak mengelu-elukan Ashok, "hidup samrat vanraj!" sambil membopong tubuh Ashok. Ashok tersenyum dan turun dari bopongan teman-temannya. Bal Ghovin berkata, "kau rela di persalahkan demi menyelamatkan kami semua. Kau pria sejati, Ashok." Anak-anak yang lain juga ikut memuji Ashok dan mengucapkan terima kasih. Mereka yakin mulai sekarang Sushim tidak akan menyiksa mereka lagi. Ashok tersenyum. Mereka semua juga tertawa sambil mengelu-elukan Ashok lagi. Tiba-tiba muncul beberapa orang prajurit menemui Ashok, memberitahu kalau Bindusara memanggilnya. Ashok terlihat bingung, anak-anak menjadi cemas.
Ashok menemui Bindu di ruang tahta. Mereka hanya berdua. Bindu berkata, "kau bisa mengeluh tentang Sushim padaku, tetapi tidak kau lakukan. Kenapa?" Dengan kalem Ashok menyahut, "bagaimana mungkin aku mengeluh tentang seorang anak pada ayahnya, samrat?" Bindu mengatakan kalau dirinya adalah raja dulu, baru ayah, "mengapa kau tidak mengatakan apa-apa di pengadilan?" Ashok menjawab, "anda selalu baik padaku. Ketika aku melihat kepercayaan dimata anda untuk Sushim, aku tidak mau merusak kepercayaan anda dengan mengatakan yang sebenarnya." Bindu ingin minta maaf pada Ashok karena apa yang telah di lakukan Sushim. Ashok melarangnya, "tidak, Samrat, tidak baik bagi seorang samrat  meminta maaf dari seorang pelayan." kata Ashok dengan nada memohon. Samrat tersenyum, "bukan pada pelayan,...ini adalah permintaan maaf dari seorang samrat pada samrat lainnya." Ashok tersenyum, "kita sama-sama samrat. Sehingga kita adalah teman. Sesama teman tidak perlu ada maaf." Bindu bertanya, "jadi.. maukah kau menjadi temanku?" Bindu mengulurkan tanganya. Ashok tertawa, "aku akan melakukannya dan tidak akan mengecewakan anda." Ashok menyambut tangan samrat, keduanya saling berjabatan tangan dan tertawa bahagia. Chanakya menyaksikan semua itu sambil tersenyum haru.
Di daerah kekuasaan Nikator, seorang utusan dari Magadha datang, dengan tatapan waspada dia menunjukan logo singa pada seorang petugas. Petugas itu menatap kiri kanan dengan waspada juga, setelah itu dia mengajak si utusan pergi bersamanya menemui Nikator. Pada Nikator utusan itu mengatakan kalau dirinya membawa pesan dari ratu Helena.
Charu sedang meliliti sebuah boneka dengan benang ketika Sushim datang menemuinya. Charu mengingatkan Sushim agar menyelamatkan masa depannya, "sudah kubilang kalau ayahmu tidak pernah mencintaiku, tidak pernah memfavoritkan aku. Hari ini, telah terukti kalau keadilan lebih penting baginya daripada anaknya sendiri. Kalau kau tidak bisa menjadi samrat, maka kau harus merebutnya. Kau harus menjadi seseorang yang layak menjadi samrat. Mengenai Ashok, aku akan melemparnya keluar sebentar lagi." Sushim tersenyum senang dan memeluk Charumitra yang balas memeluknya sambil meremas boneka kecil di tanganya dengan tatapan kejam.
Dharma menemui Bindusara untuk meminta maaf karena telah bicara dengan nada tinggi padanya. Bindu menyahut, "tidak. Karena dirimu aku bisa melakukan keadilan. Aku yang marah padamu, karena itu aku yang minta maaf padamu." Dharma berkata kalau tidak baik bagi seorang samrat meminta maaf pada pelayan. Bindu tersenyum, "ashok mengatakan hal yang sama." Dharma terkejut, "anda juga meminta maaf padanya?" Bindu menjawab, "ya. Aku telah melihat banyak bakat Ashok beberapa hari ini. Dia gemilang. Aku ingin dia belajar banyak hal. Aku akan mendaftarkannya di sekolah kerajaan." Mendengar rencana Bindusara, dharma terlihat cemas, karena itu artinya akan ada banyak masalah untuk Ashok.
Utusan yang menyampaikan pesan pada Nikator telah kembali, dia mengembalikan kuda ke kandang. Pelayan yang memata-matainya menjadi heran, karena utusan itu pergi keluar dengan kuda berwarna putih, tapi kembali dengan kuda berwarna hitam. Pelayan melaporkan penemuannya itu pada Chanakya. Di depan radhagupta dan Nirjara Chanakya mengungkapkan kerisauannya, "Ratu Helena mengirim surat pada Nikator, itu artinya dia sedang merencanakan sesuatu." Radhagupta mengangguk setuju. Pada Nirjara Chanakya memberi perintah agar dia selalu mengawasi Ashok, "jangan sampai dia terlibat masalah."
Utusan menemui Helena dan menyerahkan surat balasan dari Nikator. Helena membaca surat itu dan tersenyum gembira. Helena tahu kalau Chanakya memata-matai nya karena itu dia menggunakan sandi saat menyampaikan pesannya. Helena memberitahu Justin kalau Nikator ingin menemui mereka.
Dharma memberitahu Chanakya kalau Bindusara akan mengirim Ashok ke sekolah kerajaan. Chanakya setuju dengan keputusan Bindu, "ini keputusan yang hebat. Ashok akan belajar banyak hal di sana." Dharma berkata kalau dirinya sangat senang Ashok pergi ke sekolah, "tapi disana dia akan belajar olah keprajuritan. Saya ingin Ashok bekerja untuk perdamaian, bukan kekerasan." Chanakya bertanya, "apa yang anda maksud dengan perdamaian? orang-orang berencana untuk menentang dirinya dan dia diam saja? Apakah menurut anda, Ashok harus diam saja melihat segala ketidakadilan ini? Di sekolah nanti, dia akan belajar bagaimana menghentikan ketidakadilan. Ini hak Ashok. Biarkan dia pergi kesana."
Keesokan harinya, Bindu memberitahu perdana menteri kalau dirinya telah mengambil keputusan untuk mendaftarkan Ashok di sekolah kerajaan, "Magadha akan mendapatkan seorang prajurit hebat." Perdana menteri terlihat keberatan, "kita bahkan tidak tahu keluarga Ashok, latar belakangnya, kastanya. Lalu bagaimana kita bisa mendaftarkan dia ke sekolah kerajaan?" Chanakya menyela, "bagaimana latar belakang keluarga bisa di kaitkan dengan masalah pendidikan? Setiap anak punya hak untuk belajar dan ini tidak ada hubungannya dengan asuhan." Bindu setuju dengan Chanakya, "anda benar, achari. Saya memberi anda tanggungjawab untuk mengirim Ashok kesana. Anda akan mengurus segala sesuatunya." Chanakya mengangguk dan berkata kalau dirinya suah menyiapkan segalanya untuk Ashok.
Helena lewat di depan Aula kerajaan, dia melihat Bindu, Chanakya dan perdana menteri yang sedang diskusi, dia menghampiri mereka. Bindu tersenyum menyambut Helena. PM memberi hormat hingga membungkuk. Hanya Chanakya yang terlihat sedikit tegang. Helena menyapa dan bertanya apa yang mereka diskusikan. Bindu dengan gembira memberitahu Helena kalau dirinya akan mengirim Ashok pergi kesekolah kerajaan. Helena dengan heran berkata, "tapi Ashok kerja di kandang kuda." Semua tertegun mendengar kata-kata Helena, begitu juga Chanakya. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas di benak chanakya. Dia memuji Helena di depan Bindu karena telah memberinya ide, "Maharaj, kenapa tidak memberi Ashok nama baru? Semua orang memangil dia penjaga kuda. Di sekolah anak-anak akan mengejeknya kemudian Ashok akan merasa sedih karena dia tidak berasal dari keluarga kerajaan. Mengapa tidak membuat Ashok terlihat seperti anak-anak keluarga kerajaan? Memberinya pakaian kerajaan dan menyuruhnya tinggal di istana?" PM dan Helena tertegun mendengar ide Chanakya. Bindu terlihat berpikir sebentar lalu menganguk-angguk sambil tertawa gembira, "ide ini sangat bagus, achari." Chanakya turut tersenyum. Lalu dia menoleh kearah Helena yang terlihat kesal. Dalam hati Helena berkata, "..segera dia akan membuat Ashok duduk disinggasana, tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi."

Trio maut sedang berkonspirasi, Guru, Justin dan Helena. Mereka sedang berencana akan keluar dari istana untuk menemui Nikator. Detail rencanapun di buat. Dengan mengenakan jubah agar tak ada yang mengenali, Helena dan Justin keluar dari istana melalui pintu rahasia yang ada di kamar Helena. Di luar pintu rahasia itu, Guru sudah menunggu. Bertiga mereka berjalan menyusuri lorong menuju istana Nikator. Nikator menyambut Helena dan Justin dengan senang hati. Dia berkata, "Helena, kalau kau meragukan achari Chanakya dan Ashok, maka itu akan menjadi masalah. Katakan, apa yang kau inginkan." Helena mengatakan kalau dirinya ingin chanakya dan Ashok di singkirkan dari istana, "aku punya rencana yang akan membuat samrat bindusara percaya kalau Achari berencana menjadikan Ashok sebagai Samrat berikutnya. Dengan begitu, samrat bindusara akan menganggap mereka sebagai penipu dan akan memberi mereka hukuman mati." Justin berkata kalau Chanakya sangat cerdik, "dia tidak akan membiarkan kita sukses." Nikator tersenyum tipis, "kalian tidak akan memainkan game ini sendirian. Aku memiliki seseorang yang akan melakukan tugas ini. ia adalah seseorang yang sangat membenci Achari Chanakya. Chanakya telah menipu dan mengalahkannya, kini dia akan punya kesempatan untuk balas dendam. Itu dia..!" Nikator menunjuk ke arah gerbang, di mana seorang pria dengan langkah panjang-panjang berjalan kearah mereka. Helena dan Justin serta Guru dengan penasaran menoleh kearah pria itu. Saat pria itu tiba di depan Nikator, dia memberi salam... Nikator memperkenalkan ia pada Helena dan Justin, "dia..Bhutprov Mahamatre Rakhasa, dia mengenal Chanakya dengan sangat baik." Justin dengan heran bertanya, "Mahamatre? Aku tidak pernah mendengar namanya." Guru memberitahu Justin kalau semua itu karena politik Chanakya, "di masa Dinasti Chana Nand dia adalah perdana menteri. Tetapi ketika Dinasti Maurya muncul dengan Rajanya Chandragupta Maurya yang di bantu achari, Rakhasa hendak dijadikan perdana menteri. Tapi Chanakya mencuranginya dan hanya menjadikan dia penjabat pengadilan saja. Mahamatre merasa terhina dan meninggalkan Magadha. Lalu beliau membangun kekuatan dan kini siap untuk membalas dendam." 
Rakhasa berkata kalau dirinya akan membuat Chanakya kalah, "pertama kita harus mengirim pasuka ke Patliputra." Justin berkata kalau keamanan Patliputra sangat ketat. Rakhasa mengatakan kalau Guru yang akan melakukan itu. Guru mengangguk dan membayangkan kalau dirinya akan memberikan stempel kerajan pada beberapa prajurit Nikator agar bisa masuk ke patliputra. Rakhasa berkata kalau prajurit-prajurit itu akan menaruh berbagai jenis herbal ke dalam danau yang di gunakan sebagai sumber air minum. Sehingga yang meminum airnya akan jatuh sakit, "mereka tidak akan mati, tapi akan membuat kekacauan. Chanakya akan menyelidiki danau itu dan menemukan penyebabnya. Dia akan mencari pelakunya. Lalu prajurit akan memberi informasi tentang surat yang mengatakan kalau orang Yunani berencana menyerang Magadha.." Nikator melanjutkan, "lalu achari Chanakya akan memberitahu Bindu. Bindu akan  marah, dan perang internal akan berlangsung dalam kota. Chanakya akan menyarankan agar Bindu mengirim utusan ke Yunani. Dan aku akan berkata kalau aku tidak punya rencana untuk menyerang Patliputra. Aku datang hanya untuk menemui putriku saja. Lalu Helena akan membisiki Bindu bahwa Chanakya ingin agar dia bertengkar dengan keluarganya..." Helena menyahut, "aku yang akan melakukan itu. Sebab Bindu sangat bodoh, dia menganggap aku sebagai Yasodha." Justin berkata kalau Bindusara sangat mempercayai Chanakya, "apa jadi dengan achari Chanakya?" Rakhasa berkata kalau mereka akan membuat Ashok memiliki herbal itu sehingga Bindu akan menganggap dia pengkhianat. Justin yang akan meletakkan herbal itu bersama barang-barang Ashok, lalu mengirim pembunuh untuk menyerang Bindusara. Bindu akan menangkap pembunuh itu dan si pembunuh akan mengatakan kalau Chanakya yang mengutusnya untuk membunuh Bindu sehingga Ashok bisa jadi samrat. Helena berkata kalau dirinya yang akan mengisi kepala Bindu agar melawan Chanakya. Rakhasa berkata kalau setelah itu Bindu akan mengirim orang untuk menyelidiki chanakya dan menemukan bukti yang menentang Chanakya. Mereka akan meletakan surat palsu di kamar Chanakya yang menyatakan kalau Chanakya bersekongkol dengan orang kalinga untuk menjadikan Ashok sebagai samrat dan menggulingkan Bindusara. Justi menyerigai senang, "lalu Chanakya dan Ashok akan mendapat hukuman mati karena mencoba membunuh samrat Bindusara." 
Semua mengangguk puas dengan rencana yang mereka buat. Rakhasa berpesan agar mereka semua mengikuti rencana kata per kata karena kesalahan sekecil apapun akan menghancurkan keseluruhan rencana... Sinopsis Ashoka Samrat episode 18

kamar / kantor

hay, ne kamarku! aku ngetik/nulis di meja ala lesehan. itu ada miyung-nya. laptopku ada 2 sih. yang 1 buat nulis n 1 lagi buat ol. dua2nya punya papalah tapi papa ga mo pake ya udah deh jatuh ke aku. laptop sulungku menemaniku sejak kuliah tahun 2007, dah lama amat main ama aku. ke mana2 dibawa2, kkn, pbl, nonton bareng temen dibawa mulu, terutama saat ngetiklah, namanya juga ana kampus ya bawa laptop mululah. pacarnya si laptop tuh si printer namanya canon kelahiran feb 2011, dah lama juga. dy bisa fotokopi, scanner, terutama ngeprintlah. di bawahnya ada koleksi buku medis. rapi banget, kan kayak deretan gigiku? tuh ada kacamata juga hanya kupake kalo ngetik n nonton aja, sisanya aku gak pake. gorden tebalku selalu kubiarkan terbuka meski dah malam, entah napa. mau aja...
 
nih ada lemari fiksiku di situ berjejer. napa rata2 warna hitam? tuh karna rata2 ya koleksiku ya horor. tiap minggu beli 1. muanya si lumayan bagus si. hanya aja tuh aku protes tiap kali hantunya selalu aja penampilannya mainstream getu, pake seragam puti2, berdarahlah, rambutnya panjanglah, muka ancur, belatunglah, hihihi, kompakan de. jadi ga serem kan kalo dah bisa ditebak penampilan hantunya kayak apa. sebelum baca penampilan hantunya juga pasti aku dah bisa tebak dalam hati seperti apa hantunya. aku buat yang antimainstream, misalnya hantu berambut pendek dll. ada buku yang ide ceritanya dah bagus, gak pasaran, tapi di mataku jatuh yah karena hantunya mainstream! horor kan ga harus seragam hantunya, juga bisa jadi ga usa pake hantu ga apa. aku punya ide horor yang antimainstream...

nih kacamataku lair akhir tahun 2009, dah 3 kali ganti, nih yang paling awet! aku minus 4, tapi masi bisa ngeliat kok meski ga pake hanya aja kalo tersenyum ama aku tapi kalo aku ga balas jangan marah ya, ga liat soalnya. di laptop tuh kotak harta karunku di situ ada ratusan draft novelku, mule dari horor, action, epik, kolosal, dorama dll. aku penulis full time n membagi waktu 7 kali nulis hal yang berbeda, jadi kayak ngampus aja deh. misalnya ne tengah malam nulis tuk lomba nulis, subuh nulis jurnal mimpi sehabis bangun, paginya nulis tuk media massa offline mau pun online, siangnya nulis kumcer, sorenya nulis novel, petang ya freelance misalnya jadi pj lomba nulis, malamnya nulis semacam kisah nyata / diari. nih hanya contoh. jadwalku si rahasia! kalo jadwal nulismu gemana?

antagonis


semalam aku digrebek ama mama! kenapa?! waktu mo solat isya, langsung digedor2 pintuku, kirain ada apa. kaget amat! rupanya, aku disuru cepat ganti baju mo foto keluarga di studio sinar warna ama ponakan tuh 5 orang. aku kaget karna ga tahu, ne tiba2 aja. rupanya kakaku lupa kasi tahu! nah udah deh dikejer dedlen aku didandanin ampe kamarku kaco balo...
pas pulang, dah main ashoka! abis tu jodha akbar n kulihat labony lagi maka aku iseng aja foto ekspresi bengis kayak labony. jadi nih ceritanya ratu jodha (huek) yang kerasukan labony, gene deh jepretannya. riasannya sengaja kuberantakin dikit agar belepotan celaknya n gincu yang merah. wow!

Rabu, 29 Juli 2015

baby


nih bayi dari seoul korea selatan. namanya hafizh, lucu bangets! lair bulan 11 tahun 2012. kalo ngomong au-au. aku menyebutnya adik bayi, boy band, namja dll. kalem banget kalo dipukul diam aja, malah yang mukul yang nangis. suka bangun pagi. suka bobo di lante. kalo sahur dy juga bangun yang laen gak...

Selasa, 28 Juli 2015

Sinopsis Ashoka Samrat episode 16 by Jonathan Bay

hm, penulisnya lain2 lagi. aku si ga ada lagi kesempatan nulis sinopsis karna fokus dulu nulis novel2ku. btw dah mo tanggal 1 lagi tu ntar lagi mo ganti jadwal tapi kayaknya ga bakal ada yang berubah drastis de paling hanya beberapa skedul dari 7 itu yang kuganti (cus skedulku sehari tu 7, sesuai solat 5 waktu plus 2 solat sunah, ikutin yang itu aja skedulnya). skedulku bulan juli tuh aku kerjain 3 fiksi horor sekaligus (2 kumcer, 1 novel) n baru selesai episod 1 ya aku dah seneng amatlah, kan tiap draft tu rencananya ada 12 episod sesuai dengan panjang karakter namaku tu kan 12 huruf juga. antimainstreamlah! mo curhat dikit soal horor, kan tiap baca horor tu aku merasa mainstream banget hantunya selalu seragam pake baju puti, pasti rambut panjang acak2an, darahnya keluar, mata melotot, ya ntar aku punya ciri khas hantu yang antimainstream. penasaran?! pokoke hantu yang kupake tu ga mainstream n pake seragam getuan, kayak dah wajib aja hantu tu harus pake baju puti2, berdarahlah, rambutnya panjanglah. tapi aku menggambarkannya beda! penasaran? doain ya cepet kelar. amin! :=(D
 
https://www.youtube.com/watch?v=9kac5TykWvc&index=16&list=ELklHI1DlGOftEFqF6SNgLmQ
 
Sinopsis Ashoka Samrat episode 16. Guru memuji Sushim di depan Samrat karena telah mengalahkan iblis. Menurut guru itu bukti kalau Dinasti Maurya mempunyai masa depan yang gemilang. Chanakya menatap Sushim dengan sangsi. Bindu tersenyum, "Sushim, aku bangga padamu." Sushim tersenyum bangga. Ashok tertawa geli. Charumitra meminta izin untuk mengajak Sushim peri. Bindusara mengangguk. Charu kemudian menghampiri Sushim dan mengandengnya pergi meninggalkan aula kerajaan. Di telinga Sushim, Charu berisik, "siapa yang memukulimu?" Sushim balas bebisik, "aku akan cari tahu, ma." Ashok menatap kepergian Sushim dan ibunya dengan senyum lebar.
Sambil tertawa-tawa, Ashok dan Bal Ghovin kembali ke istal (kandang kuda). Keduanya menjatuhkan diri di tepi kolam. Bal mengucapkan terima kasih pada Ashok, karena mengembalikan rasa percaya dirinya. Ashok tertawa. Tiba-tiba tawanya lenyap dan dia terlihat tegang. Buru-buru dia berdiri, "aku akan kembali." Lalu bergegas pergi meninggalkan Bal Ghovin yang menatap kepergiannya dengan heran.
Chanakya mengutarakan rasa sangsinya pada Radhagupta, "aku tidak percaya kalau Sushim mengalahkan binatang itu. Kebenarannya pasti berlawanan. Dia pasti telah di hajar." Ashok muncul di depan Chanakya dan Radhagupta. Dengan wajah polosnya dia melipat tangan di dada dan berkata, "acharya, saya datang kesini untuk memberitahu anda, bahwa saya tidak akan pergi kemana-mana sampai saya bisa berhasil membuat iblis pergi dari sini." Chanakya dengan heran berkata, "tapi Sushim mengatakan kalau dirinya telah membuat iblis itu melarikan diri dari Patliputra." Ashok tersenyum, "aku diatas segalanya, maka apa yang kupikirkanpun jauh diatas mereka." Chanakay dengan rasa ingin tahu bertanya sampai berapa lama waktu yang dia punya untuk tinggal di Patliputra? Ashok menjawab sampai dirinya berhasil menangkap iblis itu, sampai saat itu pula dia tidak akan meninggalkan Patliputra. Setelah berkata begitu, Ashok memberi hormat pada Chanakya, lalu pergi dari hadapannya. Chanakya menatap kepergian Ashok sambil berguman, "Ashok akan segera pergi dari tempat ini, Radhagupta.." Radhagupta mengangguk kecil. Keduanya hendak melangkah ketika Helena muncul dri belakang mereka. Chanakya segera menoleh. Helena menatap Chanakya dan berkata, "aku telah memahami permainan politikmu achari. Dulu anda membawa seorang anak dan membuat raja waktu itu kalah dari anak itu. Lalu anda menjadikan anak itu sebagai Samrat. Sekarang anda membawa Ashok, ide anda adalah merebut tahta Bindusara dan memberikannya pada anak itu. Tapi anda tidak akan berhasil kali ini." Chanakya tersenyum dan balas berkata, "aku mengerti maksudmu. Tapi apakah anda punya bukti untuk membuktikan teori anda itu? Bahkan aku merasa bahwa anda dan Justin menyerang Samrat Bindusara sehingga anda bisa menjadikan Justin raja. Tapi aku tidak punya bukti untuk melawanmu waktu itu karena itu tak bisa melakukan apa-apa. Dalam peperangan ini, hanya orang yang punya bukti dan strategi saja yang bisa menang. Anda tahu itu dengan sangat baik. Anda memainkan permainan ini bertahun-tahun dan bertahun-tahun pula aku telah mengalahkan anda. Dan permainan yang anda mainkan saat ini, aku akan membuat anda kalah dengan mengikuti aturanmu saja. Aku akan menyapu bersih anda." Chanakya tersenyum kalem pada Helena sebelum beranjak pergi dari depannya, di iringi tatapan penuh kebencian dari sang Ratu.
Helena sedang menulis surat. Justin mengutarakan rasa tidak sukanya melihat Helena berbicara dengan Chanakya, "apa perlunya?" Guru setuju dengan ucapan Justin, "sekarang achari Chanakya pasti akan bersikap lebih hati-hati." Helena menyahut kalau itu adalah rencananya, "aku ingin Achari Chanakya kosentrasi pada keselamatan Ashok saja." Helena mengulurkan surat yang telah selesai di tulisnya pada Justin dan menyuruh dia membacanya. Justin bertanya, "apa ini?" Helena berkata kalau Justin tak akan mengerti. Lalu dia menyuruh Guru mengirimkan surat itu pada ayahnya, Nikator.
 Seorang prajurit masuk ke kandang kuda dan menunjukan  logo Singa pada penjaga. Penjaga mengizinkan dia masuk. Seorrang pelayan memata-matainya. Prajurit itu mengambil kuda putih dan membawanya pergi.
Sushim di kelilingi oleh teman-temannya. Salah seorang teman Sushim bertanya kalau Sushim telah mengalahkan iblis itu mengapa membiarkannya lolos? Sushim tidak menjawab pertanyaan itu, dia menyuruh mereka semua pergi. Sebelum pergi, mereka meminta Sushim agar besok membawa mereka semua pergi ke tempat di mana dia mengalahkan iblis itu. Sushim terbayang bagaimana dia di pukuli oleh anak-anak, dia menjadi marah dan membuat berantakan kamarnya. Charu datang teropoh-gopoh dan bertanya, "ada apa Sushim?" Sushim dengan geram berkata kalau dia akan mencari tahu siapa orang yang telah memukulinya, "siapa yang ingin mati di tanganku?" Charu berkata pasti orang itu tidak berasal dari negeri ini. Sushim teringat bagaimana Ashok telah menuduhnya sebagai iblis. Tapi Sushim merasa sangsi, "tidak. Aku tidak berpikir Ashok punya keberanian sebanyak itu."
Untuk membuktikan kesangsiannya, Sushim mendatangi Ashok di istal dan berkata, "aku tidak tahu kalau kau punya banyak ketakutan. Aku tahu apa yang kau lakukan kemarin." Ashok menjawab kalau dirinya melakukan banyak hal kemarin, "apa yang kau bicarakan, pangeran?" Sushim menarik kain Ashok, "kalau kau berasal dari keluarga baik-baik, kau pasti akan mengakui apa yang kau lakukan kemarin." Sushim kemudian mendorong tubuh Ashok. Ashok menjadi marah, tangannya tergenggam siap untuk membalas perbuatan Sushim, tapi kata-kata Dharma terngiang kembali di telinganya, "berjanjilah untuk tidak melakukan kekerasan di masa depan." Melihat Ashok terdiam, Sushim menoleh kearah Bal Ghovin lalu menghampirinya. Dia menarik kain Bal dan menyuruhnya memberitahu siapa yang memukulinya kemarin, "atau aku akan membunuhmu!" Bal Ghovin gemetar ketakutan. Sushim menjadi sangat marah, dia mengerakkan cambuknya, tapi Ashok berkata, "cukup! Hentikan, pangeran!" Sushim melepaskan Bal Ghovin dan berbalik menatap Ashok dengan cambuk siap terlontar di tangan. Ashok tidak gentar, "Ya. Aku yang telah memukulimu. Dan ku pikir kau menginginkannya lagi, karena itu kau datang kesini." Sushim dengan marah menghampiri Ashok. Ashok terlihat tegang. Tiba-tiba kemarahan Sushim mengendur, dia tersenyum mengejek, "aku tidak menyangkah kau sangat bodoh sekali sampai mau mengaku." Ashok menatap Sushim dan bertanya tanpa takut, "kenapa? Apa yang akan kau lakukan? memukuli aku?" Sushim berkata kalau dirinya akan melaporkan perbuatan Ashok pada Samrat, dan bindusara pasti akan menghukum Ashok. Ashok bertanya, "apa yang akan kau katakan padanya? Kemarin kau telah membuat cerita besar bagaimana kau telah mengalahkan iblis dan semuanya. Dapatkan dia menerima kalau semua itu cuma cerita palsu belaka? Kalau kau melapor padanya, maka kau akan jatuh di matanya. Dia akan menyangkalmu. Dan kau tak punya kehormatan lagi dimatanya." Menyadari itu Sushim menjadi sangat marah. Dia teringat bagaimana dia di pukuli. Ashok menatap Sushim dengan alis terangkat. Kemarahan Sushim tak bisa di bendung lagi. Dia menarik rambut Ashok dan menjatuhkannya di tanah, lalu tanpa ampun dia mencambuki tubuh Ashok, hingga Ashok merintih kesakitan. Semua anak menatap Ashok dengan iba, tapi tak ada yang berani menolongnya. Seorang prajurit melihat itu dan bergegas pergi menemui Guru (perdana menteri).
Guru segera pergi ke kandang kuda untuk menghentikan Sushim. Tapi Sushim tak mau berhenti. Guru menarik tangannya dan berkata, "aku mohon padamu, pangeran. Hentikan! Kami akan membeikan hukuman pada Ashok. Jika samrat tahu anda memukuli Ashok seperti itu, dia tidak akan suka. Mohon hentikan!"  Mendengar nama Samrat, Sushim membuang cambuknya. Guru menyuruh anak-anak membawa Ashok ke klinik. Sushim memprotes perdana menteri, "bagaimana anda berani menghentikan aku? Sebelumnya anda menyangka aku sebagai iblis atas desakan Ashok." Perdana menteri menjawab, "saya melakukan semua itu demi menegakkan keadilan. Jika anda ingin Ashok dihukum, maka anda harus melaporkannya pada  Samrat. Tidak menggunakan kekerasan sepetri ini." Sushim menatap prajurit yang melapor pada perdana menteri dan berkata dengan begis, "orang yang bicara menentangku, akan menjadi musuhku."
Ashok digotong ke klinik oleh kawan-kwannya. Dia memanggil Dharma, "ma.." Dharma terkejut dan segera berlari menyambut Ashok, "Ashok?" Dharma membantu Ashok yang kesakitan berdiri tegak. Dia mengamati bilur-bikur di tubuh Ashok lalu dengans sedih dia memeluknya dan bertanya pada Bal Ghovin, "apa yang terjadi?" Bal memberitahu Dharma kalau Sushim memukuli Ashok. Dharma mengecup kepala Ashok dan membantunya berbaring tengkurap di divan yang ada di tempat itu. Dengan cekatan Dharma meramu obat lalu mengobati luka di punggung Ashok. Ashok mengerang kesakitan. Dharma seperti merasakan nyeri yang di derita Ashok, dia menangis dalam diam.
Radhagupta berlari-lari menemui Chanakya dan memberitahu dia kalau Ashok terluka. Chanakya terlihat prihatin dan terdiam lama.
Sushim hendak meninggalkan istal ketika dia melihat Bindusara memasuki istal sambil menuntun seekor kuda. Sushim segera mengambil segenggam jerami dan mengoleskannya ke tubuh kuda. Setelah itu dia mengambil kain dan pura-pura membersihkannya. Bindu yang merasa heran melihat Sushim menegurnya, "Sushim, kenapa kau membersihkan kuda? dimana Ashok?" Sushim dengan wajah kesal menoleh, "jangan sebut namanya, ayah. Ketika saya memintanya membersihkan kuda, dia malah membuat kuda menjadi kotor dan kemudian menghinaku dengan mengatakan kalau aku mengeluh pada anda, maka anda tidak akan mendengarkan aku dan hanya akan memihak Ashok saja. Dia juga bilang kalau dia tidak takut pada Samrat." Mendengar pengaduan Sushim, Bindu terlihat marah.
Di klinik Dharma merawat ashok. Melihat Ashok kesakitan, Dharma menanggis. Melihat ibunya sedih Ashok tersenyum menghiburnya, "ma, anda tidak boleh sedih. Tapi harus bangga bahwa aku memenuhi janjiku pada anda. Dia memukuliku tapi aku bahkan tidak membalasnya." Dharma mencoba tersenyum di sela-sela tangisnya. Lalu dia mencium kening Ashok dengan penuh kasih sayang. Ashok tersenyum. Katanya pada Dharma, "semakin aku mencoba pergi dari tempat ini, semakin aku berpikir untuk melakukan sesuatu untuk tempat ini. Lihatlah, Samrat Bindusara orang yang sangat baik, tapi anak-anaknya? Mereka egois. Apa jadinya Dinasti Maurya kalau sampai jatuh di tangan yang salah?" Dharma tersenyum mendengar kata-kata Ashok yang sangat logis.
Charumitra sedang melakukan ritual di kamarnya. Dia teringat bagaimana Noor mengejeknya dengan berkata kalu Siamak tidak pernah melakukan sesuatu yang salah tapi hal sama tidak bisa di katakan untuk Sushim. Charu kemudian membuat ramuan sambil berkata, "Noor, caramu menghancurkan hidupku, caramu merebut Samrat dariku, dengan cara itu pula aku akan menyiksamu. Aku akan membuatmu tak berdaya. Aku tidak akan membiarkan siapapun datang diantara tahta dan anakku."
Noor memanggil pelayannya, Sitara. Tapi yang datang pelayannya Charu. Dia memberitahu Noor kalau Sitara sedang sakit, karena itu dirinya yang akan melayani Noor. Noor bertanya kenapa dia mau melayaninya? Dengan diplomatis pelayan charu menjawab, "saya mungkin pelayan ratu Charu, tapi saya ingin melayani ibu calon raja Siamak." Noor dengan heran bertanya bagaimana dia tahu kalau anaknya akan menjadi raja? Pelayan Charu menjawab kalau dia bisa memprediksi sesuatu dengan melihat arah angin. Noor terlihat senang. Dia mengulurkan sisir pada pelayan itu. Kilas balik terlihat bagaimana Charu menyuruh pelayannya untuk membawakan helaian rambut Noor. Ddan pelayan charu melakukaan persis seperti yang di minta charumitra, mengambil rambut noor.
Prajurit yang melaporkan Sushim pada perdana menteri melaporkan kelakuan Ashok pada Bindu. Dharma mendengar percakapan itu. Prajurit itu berkata kalau Ashok adalah anak yang nakal dan kasar. Dia sering melihat Ashok bertingkah tidak baik pada Sushim. Bindu terlihat kecewa, dia berkata kalau dirinya akan mengatur Ashok agar menjadi benar dengan memberinya hukuman. Dengan marah Bindu bergegas melangkah pergi. Dharma mencegatnya dan meminta agar sebelum menghukum Ashok, Bindu mendengar cerita dari sisi lain juga. Bindu mencela Ashok di depan Dhaarma dengan mengatakan kalau kebaikan Ashok selama ini aalah palsu, ia anak yang buruk, tidak punya sopan santun. Sikapnya itu menurut Bindu telah menunjukan kalau latar belakang keluarganya tidak baik. Ashok berasal dari keluarga yang buruk. Mendengar itu, Dharma menjadi tersinggung. Dengan suara tinggi dia membela Ashok, "bagaimana anda dapat memutuskan tentang keluarganya tanpa kenal mereka. Anda kenal ibunya? Anda tahu bagaimana Ashok lahir? Anda tahu berapa banyak kesulitan yang di hadapi ibunya? Aku juga seorang ibu dan aku selalu melihat Ashok seperti anakku. Dia anak yang baik." Biandu tersiam seperti berpikir. Dharma memohon agar Bindu mempertimbangkannya lagi, "jika Ashok melakukan seperti yang anda katakan, hukumlah dia, tapi setidaknya dengarkan dulu ceritanya. Dengarkan pendapatnya..sekali saja." Tanpa bicara sepatah kata lagi, Bindu bergegas pergi dengan wajah kesal meninggalkan Dharma.

Di pengadilan, Perdana menteri mengatakan pada Bindu kalau Ashok bicara buruk, dia juga mencoba bicara di depan Bindu, PM minta Bindu menghukum Ashok. Helena setuju, "saat anak ini datang ke sini, banyak masalah terjadi. Dia abukan anak baik." Charu menyela, "lalu apa yang kita tunggu? Hukumlah anak ini!" Noor bersuara lain, "tapi maharani Charumitra, kita semua tahu, Sushim sangat pemarah. Dia melempar pisau ke arah Siamak di depan pengadilan..." Charu menyangkal, "aku hanya membela anakku, dan anak ini menciptakan masalah." Noor kembali berkomentar, "tapi Ashok selalu terbukti tidak bersalah dalam semua kasus." Charu menjawab kalau ini bukan masalah pribadi. Noor membalas, "bahkan saya mengingatkan anda ini, jangan berpikir Sushim sebagai anakmu disini. Lihat kasus ini secara netral. Itu akan menguntungkan Sushim." Justin yang mendengar perdebatan kedua ratu menegur Noor, "ratu Noor, jangan melewati batas. Kita di pengadilan." Noor tidak suka di tegur Justin, dia melotot marah. Justin menjauhkan tatapannya dari Noor. Helena juga menegur Charumitra agar menghentikan perdebatan dan meminta mereka berdua menunggu keputusan Samrat.  Bindusara menyuruh Ashok membela diri dan tidak takut pada siapapun, "katakan apapun yang kau inginkan." Ashok hanya diam. Semua menunggu dia membuka mulut. Bindu berkata lagi, "keheninganmu membuktikan kalau kau pelakunya. Kau punya hak untuk membela diri." Semua menatap Ashok.  Tapi Ashok tetap diam. Bahkan ketika Bindu membujuknya, dia tetap membisu.

Chanakya yang berkata, "keheningan Ashok pasti ada alasannya." Perdana menteri menyela, "achari, dia merasa tidak perlu membuktikan ketidakbersalahannya sehingga dia memilih diam, itu membuktikan kalau anak ini menghina pangeran Sushim." Chanakya hanya melirik Perdana menteri, tapi tak berkomentar apa-apa. Dia membiarkan Perdana menteri meminta Bindu untuk menegakkan keadilan dan mengumumkan keputusannya. Semua mata menatap Bindu. Dharma menatap bindu dengan cemas. Bindu hendak mengumumkan keputusannya, ketika Chanakya berdiri dari duduknya dan menyela, "maafkan aku samrat. Sebelum anda mengumumkan keputusanmu, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku tahu Ashok tidak bisa menghina siapapun. Anak yang mengambil tanggung jawab untuk menangkap iblis, anak yang yang tinggal di sini hanya untuk menyelamatkan anak-anak dari iblis, anda berpikir anak itu bisa menghina pangeran Sushim?" Perdana menteri menyela, "maaf achari, jadi anda mengatakan pangeran Sushim berbohong?" Disela begitu Chanakya terlihat kesal, "aku berbicara dengan samrat Bindusara, kalau anda menyela, itu sama saja dengan menghina samrat." Ditegur begitu, perdana menteri langsung terdiam. Chanakay bertanya sekali lagi pada Bindu, apakah dia berpikir kalau Ashok bisa menghina Sushim? Bindu berpikir, "tidak. Tapi kalau Ashok tidak membela diri, aku tidak punya pilihan selain menuduhnya sebagai pelaku." Chanakya setuju, "baiklah. Untuk sementara, aku menerima bahwa Ashok menghinanya, maka dia harus di hukum. Tapi apa hukumannya?" Bindu menatap Chanakya tak mengerti. Chanakya melanjutkan, "menurut aturan, jika pelakunya sudah di beri hukuman maka anda tidak bisa menghukumnya lagi." Bindu terlihat semakin bingung, "aku tidak mengerti Achari." Chanakya menyahut, "aku akan membuat anda mengerti.." Chanakya menghampiri Ashok dan menarik kain yang menutupi tubuhnya. Sushim tertunduk cemas. Lalu dengan lembut dia memutar tubuh Ashok, menunjukan punggungnya pada Bindusara, "lihatlah ini, Samrat." Bindu melihat bilur-bilur di punggung Ashok bekas pukulan cambuk Sushim. Bindu kaget. Sushim terlihat tegang. Dharma menangis dan semua menatap punggung Ashok dengan tatapan tak percaya. Chanakya memberitahu Bindusara kalau luka di di punggung Ashok adalah bukti kalau Sushim telah memberi hukuman pada Ashok. Bahkan hukuman itu lebih dari yang seharusnya di tanggung Ashok, " Ketidakadilan telah terjadi pada Ashok, bukan pada Sushim!"  Bindusara merasa miris melihat luka Ashok. Di wajahnya terbayang kesakitan seperti yang rasakan Ashok... Sinopsis Ashoka Samrat episode 17

Sinopsis Ashoka Samrat episode 15

alhamdulillah, nih puasa syawal perdanaku ama keluarga. rencananya sih minggu lalu mo puasa tunggal tapi ga jadi karna asik makan kue lebaran. nih aja masi malas2 kalo aja ga dibangunin mama, langsung bugar deh. n anehnya ne puasanya bugar2 aja de ga kayak ramadhan aku lemas banget mungkin karna belum terisi full darahnya setelah mens langsung puasa deh, getuh makanya drop2. tapi tarawehnya di mesjid full kan jadi seimbang deh. saking bugarnya puasa syawal perdanaku ne berbanding kebalik ama lesunya di ramadhan perdana, aku bersihin kamarku sampe kinclong. kan tiap bersih2 tu agar semangat biasanya aku sambil nonton, ya sekarang si nonton ashoka di color tv sambil bersih2 kamar n jadinya ga terlalu merhatiin hanya denger suaranya aja pas kalo adegan action ato seru2nya baru de aku stop bersih2nya dulu karna ga mo ketinggalan. kabar novel horor n epik kolosalku gimana? alhamdulillah, meski baru selesai 1 episod dah seneng bangetlah. ntar kuceritain... 
 
https://www.youtube.com/watch?v=ShgvUDJzbFE&index=15&list=ELklHI1DlGOftEFqF6SNgLmQ
 
Sinopsis Ashoka Samrat episode 15. Dharma melihat patungnya sendiri... "patung Dharma", patung dirinya yang berdiri angun di tepi ruangan. Patung itulah yang ingin di tunjukan Bindusara padanya. Dharma tertegun, antara sedih, bahagia dan merasa bersalah. Angin bertiup kencang menjatuhkan dupatta Dharma. Dharma seolah tak perduli, dengan airmata berlinang dia menatap patungnya sendiri. Lama Dharma dan Bindusara tertegun menatap patung itu, satu dengan rasa kagum, satu lagi dengan perasaan haru. Ketika tiba-tiba Bindusara hendak menoleh ke arahnya, Dharma tersadar, cepat-cepat dia meraih dupattanya. Sedetik saja, Bindu terlambat menoleh, Dharma sudah menutupi wajahnya kembali. Dengan sedikit rasa pedih membayang di matanya, Bindu menatap dharma dan berkata, "dia murni, penuh kedamaian..dia istri favoritku, Dharmaku. Dia memberikan beberapa hari dari hidupnya untukku dan membuatku hidup sepanjang kehidupan. Sekarang, rasa sakit karena kehilangan dirinya akan pergi ketika aku meninggalkan dunia ini." Sambil menahan tangis, Dharma bertanya bagaimana 'dharma' nya Bindusara meninggal. Bindu teringat bagaimana Khorasan menemukannya di gubuk Dharma, dan Dharma meminta dia kembali ke Magadha untuk menunaikan kewajibannya pada negara. Dharma juga mengingat hal yang sama. Bindusara berkata, " setelah kembali ke Magadha, demi janji yang kubuat, aku menikahi Noor Khorasan. Aku menjankan tugasku. Tapi aku tidak bisa menutupi perasaanku dari Noor kalau aku mencintai wanita lain. Aku mengatakan padanya kalau nama wanita itu Dharma. Lalu ketika aku pergi menemui Dharma, aku  melihat gubuknya telah terbakar. AKu mencarinya kesana kemari, tapi semua orang di daerah itu mengatakan kalau dia tewas dalam kebakaran itu..." Bindu menoleh kearah Dharma, Dharma cepat-cepat merapatkan tutup wajahnya, "tapi aku tahu dia masih hidup.." Dharma terkejut. Bindu mendekati Dharma, Dharma menjai tegang. Bindu berkata, "dia bersama ku saat ini. Kapanku aku datang ke kamar ini, aku serasa ingin bertanya pada dewa apakah harus bersyukur karena mempertemukanku dengan Dharma atau mengeluh karena memberiku waktu yang sangat sedikit untuk kuhabiskan bersamanya." Dharma tak kuat lagi menahan perasaannya. Tanpa pamit, dia pergi. Saat Bindu menoleh Dharma sudah tak ada bersamanya. Bindu menatap sekeliling mencari Dharma, tapi tak menemukannya. Lalu dia menatap patung Dharma dengan penuh rindu...
Dharma sambil menangis terseddu-sedu, bersimpuh di depan Mandir, "sepanjang  hidup aku menyangka dia mencoba membunuhku dan anakku. Tapi ketika aku tahu kebenarannya, aku tak mampu meringgankan penderitaannya. Hari ini, setiap pertanyaan Ashok adalah benar, tapi aku bahkan tak bisa menjawabnya."
Ashok sudah berbaring di depan kandang Gul Bhusham tapi dia belum tidur. Dia teringat ucapan Chanakya kalau Bindusara akan memihak serta ucapan Guru tentang mengapa Samrat Bindusara harus memdengarkan kata-kata Ashoka ketimbang kata-kata Sushim yang adalah anaknya.  Ashok gelisah memikirkan itu. Dia melirik Bal Ghovin yang juga sepertinya sedang gelisah di tempat tidurnya. Ashok tengkurap dan memanggil Bal Ghovin. Bal Ghovin ikut-ikutan tengkurap. Ashok dengan tersenyum tipis mengoda bal, "kau takut iblis ya?" Bal Ghovin mengangguk, "kau juga takut kan?" Ashok menjawab kalau dirinya tidak takut iblis, "tapi aku juga punya iblis dalam tubuhku." Bal Ghovin dengan gugup bertanya, "kau juga punya iblis?" Ashok menjelaskan maksudnya, "ibuku berkata kalau setiap orang punya iblis dan sisi baik. Tergantung kita mau mengikuti yang mana." Bal Ghovin dengan yakin berkata kalau Ashok tak mungkin menjadi iblis. Ashok mengeryitkan kening, "kau bahkan belum tahu siapa aku. Ayo bicara tentang diri kita masing, berceritalah tentang dirimu, aku akan mengatakan siapa diriku." Bal Ghovin ingat Helena menyuruhnya mencari informasi tentang Ashok. Dengan cepat Bal menggeleng, "tidak! Aku tidak ingin tahu apapun tentangmu." Ashok terlihat heran, "tapi kita teman?" Bal menggeleng, "tidak. Aku mulai mengikuti sebagai idola. Kau pria impianku. Kau tidak kenal takut. Kau memikirkan orang lain sebelum dirimu. Kau punya keberanian dan hati yang baik. Terkadang aku berpikir, bagaiman bisa orang mempunyai masalah denganmu." Ashok berdiri dari duduknya dan dengan heran bertanya, "siapa yang bermasalah denganku?" Dengan gugup bal Ghovin ikut berdiri dan meluruskan kalimatnya, "maksudku...tak ada orang yang bermasalah denganmu. Aku beruntung memiliki dirimu." Ashok menyahut dengan cepat, "yang beruntung itu aku, karena memiliki teman yang jujur sepertimu. Ayo kita pergi cari tahu.." Bal Ghovin bertanya, "caritahu saipa?" Ashok berkata, "harus cari tahu apakah Samrat akan memihak. Karena aku tahu siapa iblis yang sesungguhnya." Bal Ghovin bertanya apakah Ashok tahu siapa iblis itu. Ashok menjawab ya. Bal bertanya,  "siapa dia?" Ashok menjawab, "dia.." tiba-tiba Ashok teringat akan janjinya pada guru. Lalu dia menepuk pundak Bal Ghovin dan memberitahu Bal kalau dirinya tidak bisa memberitahu tentang hak itu sekarang.
Bindu berdiri melamun di kamarnya. Dharma datang menyuguhkan ramuan obat. Tanpa melihat Dharma, Bindu mengambil gelas berisi ramuan. Dharma dengan ragu-ragu memin ta maaf karena telah meninggalkan Bindu waktu itu. Dharma memberitahu Bindu kalau setelah mendengar kisahnya, dia merasa penderitaannya tidak sebesar penderitaan Bindu, "aku juga telah kehilangan seseorang dan baru tahu kalau dia itu orang yang sangat baik." Bindu bertanya, "apakah dia masih hidup?" Dharma mengangguk, "ya. tapi aku tidak bisa menemuinya." Bindu menyahut, "kalau begitu penderitaanmu lebih besar dariku. Karena kau tahu dia ada di sekitarmu, tapi kau tak bisa menemuinya. Kalau aku bisa membantumu untuk mendapatkan dia, katakan saja. Aku pasti akan menolongmu." Setelah berkata begitu, Bindusara menenguk minumannya lalu pergi meninggalkan Dharma. Dharma menangis. Chanakya datang menghampirinya dan berkata, "aku mengerti rasa sakit yang anda rasakan. Tapi percayalah ini semua demi anakmu. Aku tidak tahu, jika Samrat Bindusara mengetahui kebenarannya tentang dirimu, dia akan memaafkan aku atau tidak. Tapi aku merasa sangat berterima kasih padamu karena anda menerima tawaranku dan sangat membantu. Kebenaran akan terungkap suatu hari, tapi aku menunggu waktu yang tepat."
Bindu mengunjungi kadang kuda dan memuji Ashok yang telah merawat Gul Bhusan dengan baik, "...karena itulah dia menjadi temanmu." Sambil mengelus punggung kuda asshok berkata, "ibuku mengatakan, kalau kita kosentrasi pada pekerjaan maka kita akan sukses." Bindu tersenyum ssenang dan memberi ashok 1 koin emas. Ashok menerima koin itu dengan senang hati. Bindu kemudian meloncat ke punggung gul Bhusan dan bersiap-siap hendak menarik tali kekangnya, ketika Ashok memukul pantal Gul bhusan dan menarik ekornya untuk membuat kuda marah. Gul Bhusan meringkik liar dan Bindu kewalahan. Ashok mengambil cambuk dan memberitahu Bindu, kalau dia mencambuk kudanya, maka dia akan tenang. Bindu berteriak marah, "diam! kau gila apa? Apakah kau akan memukul binatang tak bersalah ini? Apakah kau pernah melihat aku melakukan itu?" Ashok menyatukan telapak tanganya di depan dada dan meminta maaf, "bukan anda, Samrat. Tapi aku pernah melihat pangeran Sushim melakukan hal seperi itu. Dan anda tidak memarahinya." Bindu berkata kalau Sushim melakukan itu di depannya, maka dia akan menghukum Sushim saat itu juga." Ashok pura-pura heran, 'apakah kau akan menghukum anakmu sendiri?" Bindu dengan tegas membenarkan, "keadilan adalah sama bagi semua orang. Kalau tentang keadilan, aku tidak punya hubungan. Aku tidak bisa mengirimkan pesan yang salah pada orang-orang bahwa aku memihak. Aku tidak mengharapkan yang seperti ini darimu juga." Setelah berkata begitu, Bindu segera menarik tali kekang Gul Bushan dan berlalu pergi, diiringi tatapan puas dari Ashok. Ashok berguman sendiri, "achari Chanakya tidak memahami samrat. Samfrat Bindusara tidak mungkin memihak. Jika ku katakan padanya kalau Sushim adalah iblis itu, dia pasti akan menghukumnya."
harma sedang membuat bola-bola laddu, ketika jendela kamarnya terbuka dan Ashok meloncat masuk.  Dharma segera berdiri menyambut Ashok, "ashok?" Ashok menghampiri Dharma. Dharma dengan khawatir menegur, "ashok, kenapa kau datang kesini? Siapapun dapat melihatmu." Ashok sambil tertawa senang berkata kalau Dharma ibu dari seorang samrat, jadi tidak perlu khawatir. Ashok dengan serius memberitahu dharma, "ma, aku tahu iblis itu siapa. Aku akan menyerahkannya pada samrat hariini. Karena itu berkatilah aku." Ashok membungkuk untuk menyentuh kaki dharma. harma menyentuh kepala Ashok, "berkatku menyertaimu." Ashok tersenyum senang, dia berdiri di depan Dharma. Dharma membelai pipi Ashok. Sambil masih tersenyum, Ashok membalikan badannya hendak pergi. Tapi Dharma menarik lenganya dan menyuruh Ashok menunggu sebentar. Dharma mengambil laddu dan menyuapkannya ke mulut Ashok. Ashok memuji kalau laddu itu sangat lezat. Dia lalu mengambil beberapa butir laddu lagi dan berlari keluar jendela di ikuti senyum Dharma.
Ashok berlari-lari kecil di lorong istana sambil melihat ke arah yang berlawanan dengan arah yang di tujunya. Karena sibuk melihat ke arah lain, dia tidak melihat kalau Helena sudah menghadang jalannya. Helena menegur Ashok dengan nada curiga, "apa yang kau lakukan di sini?" Ashok terkejut dan terlihat panik sesaat. Tapi kemudian ssambil tersenyum dia menjawab kalau tabib yang merawat samrata bindusara, merawat dirinya juga. Orang-orang bilang dia tidak boleh makan laddu, makanya dia datang untuk bertanya pada tabibb itu apakah dia boleh makan laddu. Helena dengan tatapan menyelidik berkata, "aku tahu, achari Chanakya membawamu kesini tanpa kau kehendaki. Kalau kau mau mengatakan padaku kenapa Achari membawamu ke sini, apa tujuannya...maka aku akan memberimu hadiah 50 koin emas dan kau bisa bebas dari sini sekarang." Ashok teriur melihat sekantong koin yang di ulurkan helena. Dengan wajah senang dia mengambil kantong itu dan mengamatinya. Tiba-tiba dia teringat koin emas yang di dapatnya dari Bindu. Ashok mengeluarkan koin itu dari lilitan bajunya. Lalu menimbang beratnya dengan berat sekantong koin pemberian Helena. Ashok berkali-kali menimbang lalu tersenyum, "lihatlah, koin ini sangata banyak, dan ini hanya satu. Tapi koin yang satu ini saya dapatkan dengan kerja keras dan memiliki nilai lebih daripada koin yang 50 ini." Ashok kemudian mengembalikan sekantong koin itu pada Helena yang menerimanya dengan tatapan tidak suka. Ashon menambahi, "saya tidak tahu achari Chanakya akan melakukan apa. Dia misteri bagi dirinya sendiri. jika anda tahu kenapa Achari Chanakya membawaku kesini, tolong beritahu aku.." setelah berkata begitu, Ashok berlari meninggalkan Helena yang tertegun menatap kepergian Ashok.
Guru menanyai Sushim, "pangeran, anda dari mana?" Sushim menjawab kalau dirinya sangat sibuk dalam acara pemujaan, "kenapa anda memnaggilku?" Ashok datang. Melihat Ashok, Sushim langsung terlihat marah dan geram. Guru menanyai Ashok, "kau masih memegang kata-katamu?" Ashok mengangguk. Guru mengancam, "kalau kau terukti salah maka..." Ashok menyela, "aku benar." Sushim ikut menyela, "apa yang terjadi?" Guru memberitahu Sushim kalau Ashok menyangka dirinya... Ashok dengan berani menuduh langsung Sushim, "kau iblis." Sushim bertanya, "bukti apa yang kau punya?" Ashok mengatakan kalau Sushim memiliki tato yang sama seperti yang ada di tubuh iblis, "aku melihatnya ketika kau menyerangku." Sushim dengan rasa tidak terima memprotes Guru, "orang biasa menuduhku dan anda mendengarkan dia?" Gutu menyahut, "bahkan saya merasa sangsi dengan kata-katanya, tapi untuk menenangkan dia,  bolehkan anda menunjukan tubuh anda?" Dengan geram Sushim mengancam, "tahukah anda kalau anda menghina Samrat berikutnya?" Guru menyahut, "Saya tidak bisa bermaksud menghinamu, tapi ini tentang keadilan, tak seorangpun berada diatas hukum. Saya meminta anda untuk menunjukannya." Sushim membuka hiasan tubuhnya dan menunjukan dadanya. Tapi Ashok meminta dia menyisihkan kain dari tubuhnya. Dengan geram Sushim menurut. Dia menyingkirkan kaian yang menutupi dadanya. Dadanya bersih tidak ada tato ataupun bekas tato di sana. Ashok tertegun, "bagaimana mungkin? Aku melihatnya sendiri..." Guru membenatka Ashok, "cukup! maafkan aku pangeran Sushim.." Sushim mengangkat tangan menyuruhnya berhenti bicara. Sushim melirik Ashok penuh kebencian, lalu pergi dari ruangan itu tanpa sepatah kata. Guru memperingatkan Ashok agar tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi, kalau tidak lain kali dia tidak akan selamat...
Bal Ghovin menemui Helena dan memberitahu Helena tentang Ashok, "ashok adalah orang yang sangat baik. Dia tidak menyakiti siapapun. Dan selalu memenuhi tugasnya." Helena mencela, "aku menyuruhmu mencaritahu tentang dirinya dan anda memuji dia." Bal berkata kalau dirinya tidak punya sesuatu yang buruk untuk di katakan tentang Ashok. Helena marah, "aku bodoh memberimu pekerjaan ini. Kau adalah orang bodoh, orang-orang sepertimu akan menghabiskan seluruh hidup menjalani hukuman."
Ashok dengan langkah gontai hendak kembali ke istal, tapi Sushim mencegatnya. Sushim tersenyum mengejek, Ashok terlihat sangat marah. Sishim berkata, 'aku merasa kasihan pada orang-orang sepertimu yang mengetahui kebenara tapi tidak bis amembuktikannya. Kau bukan apa-apa di depanku. Tato ku telah di hapus. Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ashok menegaskan, "kau menghapusnya?" Sushim mengangguk sombong, "ya. Kalau ayah ku Bindusara melihat, maka dia akan memberiku hukuman mati. Kau ingin melihat aku kalah, tapi kau yang kalah pada akhirnya. kau bodoh!" Sushim dengan senyum kemenangan meloncat ke atas kudanya dan berlalu dari hadapan Ashok di ikuti tatapan geram Ashoka. Ashok berkata, "achari Chanakya benar, hanya samrat yang punya  hak untuk menghukum. Dan sekarang.. aku Samrat Vanraj akan melakukan keadilan."
Bal Ghovin duduk termenung dengan wajah sedih. Ashok mendatanginya dan bertanya, "kalau kau di beri kesempatan untuk menghukum iblis itu, akankah kau menghukumnya?" bal dengan cepat menyahut, " tentu." Ashok segera menarik tangan bal Ghovin, "ayo ikut!"
Sushim di dampingi beberapa prajurit berburu di hutan. Dia menyuruh prajurit berpencar untuk mengiring binatang buruan sementara dirinya duduk diatas kuda sebilah busur yang siap di panahkan. Tiba-tiba sebuah kain hitam jatuh menutupi tubuhnya.
Di tempatnya, para prajuritpun mengalami nasib hampir serupa. Bedanya mereka yang sedang mengendap-endap mengamati binatang buruan, di pukul dari belakang hingga pingsan oleh sekelompok anak-anak. Begitu pingsan, prajurit itu di tinggalkan tergeletak di tanah begitu saja.  Sedangkan Sushim, terikat di pohon dengan muka tertutupi kain. Sushim meracau, katanya, "siapa kau? tidakkah kalian tahu siapa aku? kalau ayahku tahu tentang ini, maka kau tidak akan selamat." Bal terlongo mengetahui orang yang terikat itu adalah Sushim, "pangeran Sushim?" Sementara Ashok, menatap kelakuan Sushim dengan serigai puas di wajah menjawab, "ya. Dia iblis yang sebenarnya. Karena itu dia tidak bisa di hukum. Dia menghapus bukti." Ashok memegang sebatang kayu dan meminta bal Ghovin untuk menghajar Sushim. Bal dengan ketakutan menolak, "tidak, aku tak bisa. Aku bukan pemberani seperti dirimu. Aku hanya orang biasa tidak seperti dirimu. kalau Sushim mati, Magdha akan menjadi terlantar." Ashok dengan tegas berkata, "kalau sesuatu terjadi padamu, maka persahabatan kita yang terlantar. Dan bagiku,persahabatan kita lebih penting dari apapun juga. Untuk keadilan kau tak perlu takut pada siapapun. Pilihan ada di tanganmu." Bal Ghovin teringat bagaimana iblis menyiksanya, keberaniannya muncul, tanpa berpikir lagi, dia mengambil tongkat yang disodorkan Ashok dan mulai menghajar Sushim. Sushim berteriak-teriak kesakitan, "siapa yang memukuli aku? aku minta maaf...maafkan aku!" Setiap teriakan Sushim mengingatkan Bal akan perlakuan iblis padanya. Bal terus menghajar Sushim. Ashok menatap semua itu dengan senyum puas. Dalam hati Ashok berkata, "ma, aku memenuhi janjiku bahwa tidak akan melakukan kekerasan. Tetapi bukan berarti aku tidak akan melakukan keadilan." Bal berhenti memukuli Sushim setelah tongkatnya patah jadi dua. Melihat itu, Ashok mendekati Sushim dan memeluknya. Teman ashok yang lain mendekati Ashok dan berisik, "bolehkah aku  memukulnya?" Ashok tersenyum dan balas berbisik, "kenapa bertanya padaku? lakukan saja!" Anak itu langsung menghajar Sushim di saksikan kawan-kawannya yang lain.  Ashok sambil tersenyum puas membalikkan badan dan pergi dari tempat itu di ikuti Bal Ghovin.
Di hutan, seorang prajuroi sadar dari pingsannya dan langsung menghampiri Sushim yang terikat dengan lemas di pohon. Prajurit itu dengan cemas melepas ikatan Sushim. Sushim berteriak histeris sambil memohon-mohon, "jangan pukul aku! Jangan pukul aku! maafkan aku!" Prajurit menyadarkan Sushim dengan membuka kain yang menutupi kepalanya. Sushim kembali pada sifat aslinya. Dengan geram dia berteriak, "siapa mereka?" Prajurit mengatakan kalau dirinya juga tidak tahu siapa mereka. Prajurit mengajak Sushim melaporkan hal ini pada Samrat.Sushim tidak setuju, "kalau kau bilang seseorang datang dan memukuliku, maka orang-orang akan mengejekku sebagai samrat berikutnya." Prajurit bertanya, "lalu apa yang akan kita katakan tentang luka di tubuh anda?"
Scene 5
di hutan, tentara mencoba untuk menemukan Sushim, ia menemukan dia diikat ke pohon, Sushim adalah mengoceh bahwa dont memukul saya, tidak memukul saya, maafkan saya, tentara meminta dia untuk datang ke indra, Sushim bertanya siapa mereka? Tentara mengatakan saya tidak bisa melihat, memungkinkan memberitahu Samrat Bindu, Suhim mengatakan apa yang akan Anda mengatakan bahwa seseorang datang dan memukul saya, orang akan mengejek saya bahwa saya Samrat berikutnya, Soldier mengatakan apa yang akan kita katakan tentang ini melukai pada tubuh Anda?

Sushim menghadap Bindusara di pengadilan di depan keluarga kerajaan dan banyak orang. Di sana juga ada Ashok, Bal dan kawan-kawannya.  Bindu dengan heran bertanya, "iblis?" Sushim mengangguk, "ya ayah. iblis menyerang saya. Dia sangat kuat tapi aku telah besumpah untuk melawannya sampai dia mati." Ashok dan Bal Ghovin saling pandang dan tersenyum geli. Bindu menanyai tentara. Prajurit membenarkan ucapan Sushim, "ketika hamba melihat pangeran bertarung dengan iblis, saya sangat bangga padanya." Sushim menambahkan kalau dirinya memukul iblis sampai iblis kabur. Bindu dengan senyum di tahan bertanya bagaimana cara Sushim memukuli iblis? Sushim berkata kalau iblis memukulnya sekali dan dia memukul 2 kali, "lalu saya mengalahkan dia, hingg dia lari dari sana seperti seorang pengecut." Bindu tersenyum. Ashok dan Ball Ghovin menahan tawa. Helena dan Justin seperti tidak percaya. Kebohongan SUshim semakin menjadi, "saya bisa saja menangkap dia, tapi saya memberinya peringatan bahwa jika dia terlihat lagi di Patliputra dengan mata setannya, maka saya akan menarik matanya keluar. Sekarang Patliputra aman dari iblis." Semua bersorak memuji Sushim. Yang lain ikut-ikutan tersenyum. Chanakya menatap Sushim dengan sangsi, apalagi saat melihat Ashok tersenyum geli. Dalam hati Ashok berkata, "Achari Chanakya mengatakan kalau Samrat menegakan keadilan dan hari ini, Samrat Vanraj melakkan keadilan dan memberikan hukuman pada Sushim apa yang layak di terimanya..." Sinopsis Ashoka Samrat episode 16

Senin, 27 Juli 2015

Sinopsis Ashoka Samrat episode 14.

salut banget ama yang episod kemaren tuh. kupikir di sini canakya yang paling genius, raja sih selain mikirin strategi perang hanya butuh otot aja kekuatan. tapi peranan canakya bagaikan mpr di atas presiden yang kasih saran2 brilian, kekuasaan tertinggilah. mulanya aku ga ngerti napa juga canakya suruh orang curi kue lalu taruh ke tas si peminta2 hingga dituduh ama penjualnya tuh mencuri padahal kue itu dikasih ama ashoka. pasti kaget lihat napa canakya tega? di situlah syoknya film ini. ternyata tentu aja ada maksudnya canakya, ga asal berbuat tapi ada peritmbangannya, mulanya aku si juga ga ngerti apa maksudnya. tapi setelah dipikir2 tuh oh rupanya maksudnya tersirat, agar ashoka jangan langsung percaya pada apa yang langsung dilihat tapi telusuri ke belakangnya bagaimana dilihatnya. dy ngotot si peminta2 ga mencuri seperti itulah ngototnya canakya yang merasa tabib bukan pelakunya. tapi caranya itulah yang bikin syok dan genius. canakya seolah menuntun agar ashoka berpikir aja....

https://www.youtube.com/watch?v=eoCPaeQXtxU&list=ELklHI1DlGOftEFqF6SNgLmQ&index=14

Sinopsis Ashoka Samrat episode 14. Ashok tidak bisa terima dengan apa yang di katakan Guru (perdana menteri), tanpa gentar dia berkata, "saya sudah menangkap pelaku sebenarnya tapi kalian tidak mau mengambil tidakan melawannya, ini ketidak adilan. Ketika masalah keadilan, walaupun yang satu adalah raja, ahli waris ataupun pangeran, jika anda dan Samrat tidak bisa menegakan keadilan, maka aku- Ashok yang akan melakukan keadilan!" Guru dengan geram mengangkat, "hentikan! Apakah kau ingin mengajariku bagaimana menegakkan keadilan? Aku tahu kewajibanku pada rakyat, jadi jangan mengurui aku!" Guru dengan bertepuk tangan menyuruh membaw masuk orang-orang yang di tangkapnya. Lalu dengan isyarat tangan, dia menyuruh Ashok memeriksa orang-orang itu. Sambil melirik tak suka, Ashok menuruti apa yang di suruh Guru. Satu persatu dia memeriksa tato di tubuh orang-orang itu dengan seksama.
Sushim dengan panik memberitahu Charumitra kalau Ashok telah melihat tato di tubuhnya, "kalau sampai dia mengatakan hal ini pada ayah, aku akan di tangkap." Charu yang ikutan panik bertanya mengapa Sushim menemui Ashok, padahal dia sudah melarangnya? Dengan rasa bersalah Su shim menjawab, "Semua ini karena dirimu ma. AKu punya tato ini karenamu..." Tanpa bicara Charu membalikan bandan dan menghampiri kotak yang ada di atas meja. Sushim memanggilnya, "Maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkan upacara puja. Tapi ketika ayah berkata kalau iblis masih hidup, aku jadi takut, makanya aku pergi menemui Ashok..." Charu berbalik menatap Sushim dengan sebilah belati di tangan. Melihat itu, Sushim jadi tegang. Charu mendekatinya, Sushim dengan ketakutan mundur, "ma.. apa ini?" Charau berkata kalau dirinya akan coba menyelamatkan Sushim agar tidak tertangkap.
Ashok memberitahu Guru kalau tak seorangpun dari orang-orang itu yang mempunyai tato iblis. Guru dengan sangsi bertanya, "apakah kau mengatakan yang sebenarnya?" Ashok menjawab kalau hanya pengecut yang berbohong, dan dirinya bukan pengecut. Guru melambaikan tanganya menyuruh orang-orang itu pergi. Guru kemudian meminta Ashok mengambarkan tato yang dia lihat. Ashok menurut. Dia mengambil pena dan kertas, lalu mengambarkan tato yang dia lihat di tubuh iblis. Lalu menyerahkannya pada Guru. Guru mengamati gambar itu lalu terlihat berpikir keras...
Di tempat terpisah, Sushim berteriak kesakitan ketika Charumitra dengan pisau membara menggores tato ditubuh Susshim, lalu membubuhkan sejenis obat sambil berkata, "ayahmu tidak pernah menghabiskan waktu denganmu, dia tidak akan tahu tentang tato itu. Dan obat ini...dalam 12 jam akan menghapus tato itu sepenuhnya."
Malihat reaksi Guru saat melihat tato itu, Ashok berkata, "kalau anda mempunyai masalah, maka biar aku saja yang memberitahu Samrat kalau Sushim adalah iblis itu." Guru menoleh kearah Ashok dengan tatapan tiak suka, "kau pikir samrat akan mendengar kata-kata orang awam sepertimu? kau bahkan tahu siapa yang kau bicarakan. Pangeran Sushim putra Samrat. Samrat tidak akan mendengarmu." Ashok mengeluh, "ini masalahnya. Dia harus mendengarkan kebenaran." Guru bertanya apakah Ashok dapat memenuhi janji? Ashok berkata kalau dirinya selalu memegang teguh janji yang di buatnya. Guru berkata karena Ashok mengatakannya penuh keyakinan, maka dirinya akan menyelidiki masalah ini, "tapi ini akan makan waktu lama. Dan berjanjilah, bahwa sampai waktu itu tiba, jangan memberitahu siapapun kalau Sushim adalah iblis itu." Ashok dengan heran bertanya, "mengapa begitu?" Guru menjawab, "sebelum menuduh pangeran Sushim, aku harus mencari bukti-buktinya terlebih dahulu. Jika sampai ada orang yang tahu, maka mereka akan menghapus bukti itu. Tugas kita adalah menangkap iblis yang sebenarnya, untuk itu kita harus menyelidikinya secaraa diam-diam." Ashok terlihat berpikir...
Charu meminta Sushim agar tidak keluar dari kamar hingga besok, karena dirinya akan menghapus semua bukti-bukti yang menentang Sushim. Sushim mengangguk.
Bindusara memebritahu Achari Chanakya kalau dirinya merasa lebih baik setelah melakukan puja. Chanakya memberitahu Bindu kalau setelah selesai melakukan upacara suci itu, mereka akan selalu merasa terisi. Setelah berkata begitu, Chanakya terlihat termenung sejenak, melihat itu Bindu bertanya, "apa yang membuat anda khawtir achari?" Chanakya dengan rasa ingin tahu bertanya kenapa rajkumar Sushim meninggalkan upcara pemujaan? Bindu terlihat bingung, tak tahu harus menjawab apa. Helena dan Justsin datang. Bindu mempersilahkan mereka duduk. Keduanya tersenyum dan mengangguk, tapi tidak duduk. Pada Chanakya, Helena dan Justin memberi hormat. Chanakya membalas penghormatan mereka dengan anggukan kepala. Justi memuji Bindu dengana mengatakan kalau upacara puja hari ini berjalan lancar. Bindu tersenyum. Helena berkata kalau dia datang untuk menyuruh Bindu istirahat. Bindu mengucapkan terima kasih atas perhatian Helena. Justin menyela dengan berkata, "..sesuai ritual, anda harus memilih salah satu ratu untuk menghabiskan malam bersama anda. Dan saat ini, semua ratu sedang menunggu.." helena mendukung kata-kata Justin. Bindu diam berpikir.
Noor sedang di mandikan pelayan. Dia meminta salah satu pelayan pergi memanggil Dharma. Dharma datang. Noor dengan arogan berkata, "aku dengar kau memiliki sihir di tanganmu. Buatlah beberapa krim herbal yang bisa menambah kecantikanku sehingga Samrat tidak akan melihat orang lain selain aku." Dharma terpaku mendengar perintah Noor. Melihat itu, Noor menegurnya, "ada apa? Cepatlah buat!" Dengan terpaksa Dharma memenuhi perintah Noor. Saat Dharma sedang meracik ramuan, pelayan norr berkata, "ratu noor, anda sudah sangat begitu cantik, anda tidak butuh ramuan apapun." Noor menyahut, "..malam ini sangat penting, aku tidak bisa melewatkan kesempatan ini."
Helena memberi saran agar malam ini Bindu menghabiskan malam bersama Subrishri, karena dia sangat cantik, sederhana dan tidak terlibat politik, "dia sangat berhak mendapatkan waktu anda."
Di kamarnya Subrishri meminta pelayan menidurkan pengeran Drupat, sehingga Bindu bisa datang menemuinya. Pelayan mengangguk, "jangan khawatir, Ratu. Silahkan tunggu Samrat."
Bindu berkata kalau dirinya setuju dengan Helena kalau Subrishi adalah wanita sederhana. Masalahnya adalah dia tidak banyak bicara. Chanakya menyela setelah terlbih dahulu minta maaf, "maaf, saya tidak bermaksud mencampuri masalah pribadi anda. Saya hanya ingin mengatakan bahwa anda telah di serang berkali-kali sehingga orang-orang bertanya-tanya siapa yang akan jadi Samrat berikutnya. Malam ini, kamar siapa yang anda datangi, maka ratu itu akan di anggap favorit dan anaknya akan menjadi Samrat berikutnya. Oleh karena itu, kumohon, ambillah keputusan dengan bijak."
Charumitra sedang mengasapi kamarnya dengan asap dupa yang harum ketika Guru (perdana menteri) datang ingin menemuinya. Tapi penjaga memberitahu Guru kalau Charu melarang siapapun masuk kekamarnya kecuali Bindusara. Guru kemudian menanyakan keberadaan pangeran Sushim pada penjaga.
Saat itu Sushim sedang di istal, Bal Ghoavin menyiapkan segala sesuatunya. Merasa tidak puas dengan kerja, Bal, sambil membentak, Sushim menendang Bal Ghavin sampai bal terpelanting jatuh. Sushim menyuruh Bal Ghovin memasukan senjata kedalam buntelannya dan menaruhnya diatas punggung kuda. Dengan gugup dan takut, bal menjalankan perintah Sushim. Ketika dia hendak mengangkat buntelan, segepok kunci jatuh dari dalam buntelan itu. Bal menjadi panik. Sushim memunggut kunci itu, sambil melotot dia menepuk pundak Bal Ghovin. Tapi bukan hanya itu saja, dengan kekuatan penuh Sushim mendorong tubuh Bal hingga jatuh, lalu dia menaiki punggung kudanya tanpa rasa bersalah. Bal Ghovin gemetar ketakutan di sudut istal. Sushim sedang mengambil cambuk dari tangan pelayan ketika ekor matanya menangkap kehadiran Ashoka. Dengan penuh kebencian, Sushim menatap Ashoka. Yang di tatap balas memandang dengan tatapan serupa. Ashok berjalan mendekat. tiba-tiba Sushim mengayunkan cambuknya kearah Ashok. dengan gesit Ashok menghindar. Cambuk Sushim berlalu hanya beberapa inci dari kepalanya. Melihat usahanya gagal, Sushim dengan cepat berlalu dari tempat itu di ikuti tatapan penuh kebencian dari Ashoka.
Setelah Sushim pergi, ashok mendekati Bal Ghovin yang gemetar dan duduk disampingnya. Dia bertanya pada bal, "iblis itu mau melarikan diri kemana?" Mendengar suara Ashok, Bal tersentak ketakutan, "apa? iblis?" Melihat itu Ashok segera menenangkan, "maksudku pangeran Sushim seperti iblis.." Bal Ghovin melarang Ashok memanggil seorang pangeran seperti itu, "dia pergi beruru. Dia membawa semua senjata..." Ashok membaringkan tubuhnya diatas tumpukan jerami sambil memikirkan Sushim yang merupakan iblis mempunyai begitu  banyak senjata. Bala bertanya kenapa Ashok tidak pergi dari istana? Ashok memberitahu bal kalau tabib bukanlah iblis, "aku memberitahu samrat sampai aku berhasil menangkap iblis itu, aku tidak akan mengambil hadiah yang dia berikan." Bal menyesalkan tindakan Ashok, menurutnya Ashok seharusnya pei begitu mendapat kesempatan. Ashok menyahut kalau dirinya tidak bisa berbohong, "aku tidak takut pada iblis itu, aku punya keberanian untuk menangkap iblis yang sebenarnya. Kalau kau berada di tempatku, kau pasti melakukan hal yang sama." Bal menggeleng, "kalau aku tahu iblis masih hidup, maka aku akan lari dari tempat ini." Ashok menepuk bahu Bal, "jangan khawatir, aku ada bersamamu." Setelah berkata begitu Ashok peri. Bal Ghovin berpikir, "kau benar Ashok. Selama kau ada disini, aku punya kesempatan untuk bebas dan pergi jauh di mana tidak akan ada iblis."
Ratu Noor sedang bersiap-siap di bantu pelayan. Semua aksesoris yang dia miliki di pakainya semua. Sambil berkaca, Noor tersenyum puas dengan penampilannya.
Di kamarnya, Bindu sedang meminum obatnya sambil memejamkan mata menahan pahit. Setelah habis, dia menyerahkan gelas kosong itu pada Dharma. Dharma menerima gelas itu dan hendak beranjak peri ketika tiba-tiba Bindu berkata kalau dirinya ingin beristirahat di kamar saja. Dharma tersenyum senang, "tapi Samrat, anda harus mengikuti ritual." Bindu menggeleng, "ketika hati mengatakan tidak, maka ritual akan menjadi sesuatu yang di paksakan." Dharma mengingatkan, "anda mempunyai beberapa tugas sebagai suami, dan anda harus menjalani tugas itu, memenuhi janji anda." Bindu teringat Dharma yang pernah mengatakan hal yang sama. Dengan sedih dia berkata, "beberapa tahun yang lalu, seseorang mengatakan ini padaku dan mengingatkan aku untuk memenuhi tugasku. Tapi aku pergi meninggalkan dia, orang yang paling dekat di hatiku." Dharma tertegun. Dan masih mematung hingga Bindusara berlalu pergi dari hadapannya.
Chanakya sedang bersemedi di kamarnya dengan mata terpejam ketika Ashoka masuk kekamarnya. Ashok berdiri di belakang Chanakya dengan hati gundah. Dia teringat kata-kata Bal Ghovin dan Guru (perdana meteri). Ashok menghela nafas berat. dia ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat Chanakya yang sedang khusyuk, Ashok membatalkan niatnya. Dia hendak membalikan badan ketika Chanakya menyapanya, "... Samrat Vanraj, kau merasa segan untuk mengatakan sesuatu?" Mendengar sapaan  Chanakya, Ashok tersenyum tipis, "bukan begitu." Chankay berkata kalau ksatria tidak enggan untuk mengatakan kebenaran. Ashok teirngat janjinya pada Guru untuk tidak memberitahu siapa-siapa kalau Sushim adalah iblis. Ashok mengalihkan perhatian Chanakya dengan bertanya, "apa yang akan di lakukan pada pelakunya kalau tertangkap?" Chanakya menjawab, "mereka di hukum. Samrat yang akan memberi mereka hukuman." Ashok bertanya lagi, "jika aku memberitahu Samrat Bindusara bahwa seseorang yang dekat denganya adalah iblis, akankah ia memihak dia?" Chanakya tidak menjawab pertanyaan Ashok, tapi balik bertanya, "..ku anggap kau rakyat, orang biasa, apakah kau berpikir bahwa ketika kau memberitahu samrat Bindusara kalau orang terdekatnya adalah iblis yang sebenarnya lalau dia akan memihaknya?" Ashok terlihat berpikir sebentar lalu menggeleng, "tidak." Chanakya tersenyum, "ini aneh. Kau yang selalu memperolok samrat, yang selalu bilang kalau dia tidak perduli pada rakyat, sekarang mengatakan kalau dia akan berlaku adil?" Dengan enteng Ashok menyahut kalau perspektifnya terhadap samrat berubah setelah mengenalnya dari dekat, "aku telah melihat sisi baik samrat, caranya membawaku ketika aku terluka, dia juga memberi kami makanan kerajaan." Chanakya tersenyum, "kalau kau tahu kebenarannya kenapa masih bertanya padaku?" Ashok menjawab, "aku ingin menedngar pendapat anda." Chanakya mengatakan kalau keadilan tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan, "kalau kau ingin keadilan maka kau harus memiliki hati yang kuat. Kapanpun aku menemukan situasi dimana Samrat Bindusara akan memihak,.. ya dia melakukan keberpihakan itu. Kau masih anak-anak, kau akan memahami semua itu seiring berjalannya waktu." Dengan cepat Ashok menjawab, "aku tidak perlu waktu untuk memahami keadilan. Jika samrat tidak melakukan keadilan maka aku akan melakukannya sendiri."
Chanakya berdiri termenung di kamarnya ketika Radhagupta datang. Tanpa basa-basi Radha bertanya kenapa Chanakya membuat Ashok meragukan Bindusara? Chanakya menjawab, "kita melihat anak itu sebagai samrat berikutnya. Dia telah memiliki rasa percaya pada Samrat Bindusara. Aku memanipulasi perasaannya sehingga muncul keraguan di hatinya. Dengan begitu dia akan mencoba untuk memahami samrat bindusara lebih dekat. Dia akan menguji samrat Bindusara dan ujian itu akan membuat Ashok semakin dekat dengan samrat Bindusara." Mendengar itu, Radhagupta mengungkapkan keheranannya, "jika samrat Bindusara begitu mencintai Dharma, kenapa anda tidak memberitahu dirinya kalau Dharma dan Ashok ada di sini? Aku tahu anda tidak takut pada Khurasan ataupun ratuh Helena." Chanakya memberitahu Radhagupta kalau dirinya memang memiliki rasa takut. Radhagup semakin heran, karena selama ini dia selalu melihat Chanakya tidak punya rasa takut. Chanakya menjelaskan ketakutannya, "di sini kita memiliki banyak musuh, semua egois. Mereka semua menginginkan tahta. Dalam situasi seperti ini kita bahkan tidak bisa melindugi Samrat bindusara apalagi melindungi Dharma dan Ashok. Kalau keluarga kerajaan tahu ada satu orang lagi yang mempunyai hak atas tahta, mereka akan jadi gila dan akan coba menghabisi Ashok." Radhagupt bertanya, "lalu sampai kapan kita akan menyembunyikan semua ini?" Chankaya menjawab, "sampai Ashok mendapatkan kekuasaan."
Bindusara sedang duduk di sisi tempat tidur dengan tangan di dagu. Dia teringat kata-kata Chanakya kalau siapapun ratu yang akan dirinya datangi malam ini, itu akan memberi pesan kalau dirinya sangat mencintai ratu itu dan akan menjadikan anaknya sebagai samrat berikutnya. Chanakya meminta dirinya untuk berpikir sebagai samrat bukan seorang suami.
Para Ratu bersiap menunggu kedatangan Bindusara di kamranya masing-masing. Bindusara berjalan keluar dari kamarnya menyusuri lorong-lorong menuju kamar para ratu. Satu persatu para dayang memberitahu ratu mereka kalau samrat sedang menuju ketempatnya, mereka semua terlihat bahagia, tapi begitu samrat tidak berbelok hanya lurus saja, mereka mulai kecewa dan marah-marah. Terutama ratu Charumitra. Begitu Samrat tidak datang kekemarnya, dan tidak ada di kamarnya, dia langsung berpikir kalau Samrat pergi ke tempat ratu Noor. Charumitra berpikir kalau Bindusara lebih mencintai siamak daripada Sushim. Berpikir seperti itu, Charumitra langsung melakukan ritual ilmu hitam untuk Noor karena telah mencuri Bindusara darinya malam ini.
Padahal bindusara tidak mendatangi siapa-siapa malam ini. Dia hanya berjalan keliling lorong istana lalau balik lagi ke kamarnya. Saat akan memasuki kamar, dia berpapasan dengan Dhrama. Melihat Dharma, Bindusara langsung menghentikan langkahnya. Bindusara tertegun memandang Dharma. Di tatap Bindu begitu rupa, Dharma segera merapatkan kain untuk menutupi wajahnya.

Dharma berdiri kaku di depan Bindusara yang juga berdiri tak jauh darinya. Pada Dharma, Bindusara berkata kalau semua ratu sedang menunggu dirinya, "tetapi aku samrat, aku harus mengambil keputusan bijak demi rakyatku. Aku tidak tahu siapa yang akan jadi samrat berikutnya, dan aku tidak ingin memilih dia dengan tergesa-gesa." Dharma menginggatkan Bidusara bahwa sesuai dengan ritual, dia harus menghabiskan malam bersama ratu favoritnya. Bindu menyahut, "sesuai dengan ritual aku harus menghabiskan malam bersama orang yang aku suka. Aku sudah mengambil keputusan di mana aku akan menghabiskan malamku. Ayo ikut aku.." Bindu mengajak Dharma pergi ke suatu tempat. Tiba di sana, Bindumemberitahu Dharma kalau dirinya tidak memberitahu siapapun tentang tempat itu, 'tapi aku telah membawamu kesini, karena kamu terlihat seperti ratuku ini.." Bindusara menunjukan sesuatu, Dharma terkejut melihatnya... Sinopsis Ashoka Samrat episode 15.

Minggu, 26 Juli 2015

Sinopsis Ashoka Samrat episode 13 by Sally Diandra

hm ashoka main senin ampe jumat doang, mamaku ampe kesel karna sabtu minggu ga main padahal dy nungguin kemarin. mungkin karna mau dikasi habis krisna makanya 3 kali main tuh. bisa nonton di yutub si tapi mama sukanya edisi dubbingnya. duh yang kemaren tuh seru amat kira mau jatuh lilinnya, kalo jatuh lilinnya di istana baru dah deh terbakar n tipu muslihat musuh pun terungkap ih sampe gemes de liatnya tu. aku juga baru suka ama jodha ne pas ada ruh labony nya tu mentang2 aku suka horor ya mumpung ada hantunya tu jodha akbar. padahal ashoka bukan horor, tapi epik kolosal tapi aku pelajari metode plotnya ke hororku. makanya di novel hororku juga ada analisis masalahnya semacam ungkap pelaku kayak di ashoka kan tinggal main otak, berpikir, twist sana-sini. pinter2lah, palagi kalo ada canakya acari nya hm dah deh aku suka amat ama filosofinya, dy genius amat dah. yuk, simak deh sambil masih makan neh. eh aku dah duga tuh pelakunya susima kentara amat matanya, ga salah kan aku...
 
https://www.youtube.com/watch?v=jmzA1sNGpcA&index=13&list=ELklHI1DlGOftEFqF6SNgLmQ

Sinopsis Ashoka Samrat episode 13 by Sally Diandra. Utusan dari Kerajaan Magadha datang ke pasar, memberikan pengumuman “Pengumuman pengumuman ! Tahun ini pada perayaan Mahashivratri akan diadakan pesta yang diadakan oleh Samrat Bindusara dan beliau telah memerintahkan untuk merayakannya dengan baik” ujar utusan tersebut sambil menabuh kenongnya
Sementara itu Helena sedang berada dikamarnya sedang asyik bermain halma sendirian, Justin menemuinya dan merasa heran dengan kelakuan ibunya “Ibu, kenapa kamu tidak peduli pada semua ini ? Semuanya ini akan diambil oleh Acharaya Chanakya juga tabib perempuan itu yang telah menyembuhkan Bindusara hingga sehat kembali ! Sedangkan kita tetap diam ditempat tidak bergerak kemana mana !” Helena hanya tersenyum sambil memperhatikan kepanikan di wajah anak semata wayangnya itu “Dalam sebuah permainan, kamu seharusnya juga bisa mengerti pergerakan musuh juga, Justin ... kalau tidak kita bisa kalah, saat ini ibu sedang memikirkan cara yang baru, apakah kamu mempunyai sebuah ide ?” Justin hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan ibunya “Sampai kita belum menemukan cara yang terbaik, kita tidak akan melakukan apa apa, secepat mungkin kita akan segera tahu apa yang akan kita lakukan dan tujuan seperti apa yang akan kita dapatkan !”
Dikandang kuda, Ashoka sedang memberi makanan untuk Gul Bhushan “Aku harus mengatakan padamu bahwa aku akan meninggalkan tempat ini dan begitu aku pergi, aku akan menjadi Samrat Vanraj ! Aku tahu kamu pasti akan merindukan aku, aku juga akan merindukan kamu juga karena kamulah yang pertama kali menendang aku dan aku tidak akan berkata apa apa padamu, baiklah ... sekarang aku harus pergi” ujar Ashoka kemudian teringat bagaimana dulu Acharaya berkata padanya bahwa iblis itu sebenarnya masih hidup, Ashoka terkejut.
Disebuah pasar, ada seorang pengemis yang meminta makanan pada seorang penjual makanan tapi penjual itu malah mengusirnya pergi, kebetulan saat itu Ashoka berada dipasar dan melihat si pengemis yang meminta makanan itu sangat kelaparan “Hei kamu, kemari ! Kamu mau ini ?” kemudian Ashoka memberikan ladu yang dibawanya sedari tadi kepada pengemis, tepat pada saat itu ketika penjual makanan lengah, ada salah seorang pria yang mencuri ladunya, ketika penjual memperhatikan dagangannya, dia segera keluar dari kiosnya dan menghampiri si pengemis kemudian menuduhnya mencuri ladu “Aku ini saksinya, dia itu tidak mencuri !” penjual itu melihat tangan pengemis penuh dengan ladu yang diberikan Ashoka tadi “Lihat, dia telah mencuri laduku !” ujar penjual itu “Bagaimana bisa kamu mengatakan kalau dia yang mencurinya ? Ini tidak adil untuk menyebut seseorang sebagai pencuri seperti ini !” Ashoka mencoba membela si pengemis, sementara itu pria yang mencuri ladu si penjual menaruh ladu curiannya ditas si pengemis “Aku melihat tangannya ini penuh dengan ladu, dia pasti menginginkan mereka maka dari itu dia adalah pencuri ! Bagaimana bisa kamu malah mendukungnya ketika kita bisa melihat semuanya dengan sangat jelas” ujar penjual, kembali Ashoka teringat ketika Acharaya mengatakan padanya bahwa “Sang tabib ditemukan tewas di sebuah ruangan misterius maka dia pasti iblis itu” tapi bagaimana bisa Acharaya mengatakan “Tapi rasanya tidak perlu kita melihat kebenarannya, bisa saja iblis itu adalah orang lain dan dia yang membunuh sang tabib untuk menyelamatkan dirinya sendiri” Ashoka menyadari bahwa iblis itu masih hidup.
Dari kejauhan Chanakya memperhatikan Ashoka bersama Radhagupta, Radhagupta bertanya pada Chanakya “Acharaya apakah kamu tahu siapa sebenarnya si iblis itu ?” Acharaya masih terus memperhatikan Ashoka “Aku tidak tahu tapi yang aku tahu bahwa tabib itu bukan sang iblis, hanya anak ini Ashoka yang akan mencari tahu siapa iblis itu sesungguhnya, Ashoka itu bukan anak biasa, dia itu unik, aku yakin dia pasti akan mencari tahu” tepat pada saat itu pria yang mencuri ladu si penjual menghampiri Acharaya, Radhagupta segera memberinya sekantong koin emas, pria itu berlalu meninggalkan mereka dan ternyata dia adalah pria suruhan Acharaya untuk mencuri ladu si penjual dan ditaruhnya ditas si pengemis.
Dari pasar Ashoka mendatangi tanah lapang dimana diadakan penghormatan terakhir untuk sang tabib sebelum mayatnya dibakar, dari kejauhan Ashoka melihatnya dengan seksama dan ketika dilihatnya dibagian dada sang tabib, Ashoka tidak menemukan tanda didadanya seperti yang Ashoka lihat pada tubuh sang iblis ketika mereka sedang bertarung dengannya “Acharaya benar, tabib itu bukanlah si iblis, lalu siapa iblis itu sekarang ?”
Dharma sedang berkumpul dengan para pelayan istana lainnya, mereka sedang merangkai bunga untuk pemujaan dewa, salah seorang pelayan bertanya pada Dharma “Dharma, apakah kamu selalu melakukan pooja bersama suamimu pada perayaan Mahashivratri ?” Dharma teringat bagaimana dirinya selalu melakukan pooja itu sendirian, kemudian pelayan yang lain juga berkata “Hari ini Ratu Subrishri akan datang, dia itu adalah istri ketiga Maharaja Bindusara, dia itu orangnya sangat menyenangkan dan tidak ada orang istana yang suka bertengkar dengannya, kehidupannya itu sangat sederhana bersama dengan anaknya Drupata”
Diluar dihalaman istana, rombongan Ratu Subrishri memasuki kerajaan Magadha bersama anak laki lakinya, di halaman depan Maharaja Bindusara telah bersiap menyambutnya bersama seluruh keluarga kerajaan, Subrishri memberikan salam pada mereka, Bindusara membelai wajah anaknya Drupata “Ayah, ibu tidak membiarkan aku memegang sebuah pedang ditanganku, katanya aku ini masih kecil, apakah aku masih kecil, ayah ?” Bindusara tersenyum “Tidak ! Kamu itu kuat, nak ! Terima kasih, Subrishri kamu mau datang kesini” ujar Bindusara kemudian masuk kedalam istana “ Subrishri, kamu harus segera bersiap siap untuk pestanya nanti” ujar Helena
Dharma memasuki sebuah ruangan dimana para ratu sedang merawat tubuh mereka, Cahrumitra dan Noor sedang duduk bersisian dan para pelayan melakukan perawatan kaki, Charumitra mengejek Noor dengan mengatakan “Setiap tahun aku selalu duduk disebelah Maharaja pada saat melakukan pooja” Noor tersenyum sinis “Lebih baik kamu seharusnya mengawasi anakmu, dia bisa saja melakukan sesuatu”, “Dia adalah calon penerus Samrat, kamu tidak boleh berkata seperti itu” ujar Charumitra kesal “Tapi dia itu kalah dari rakyat biasa yang bekerja dikandang kuda yang bernama Ashoka” Dharma mendengarkan pembicaraan mereka, tepat pada saat itu Subrishri datang menemui mereka. Noor dan Charumitra segera menyambutnya dan memberikan salam “Aku datang kesini untuk merayakan Mahashivratri bersama suamiku karena itu baik untuk sepasang suami istri” ujar Subrishri, namun Charumitra dengan gaya sok pedenya berkata “Maharaja akan memutuskan dengan siapa dia akan duduk bersamanya pada saat pooja nanti” kemudian mereka bertiga meninggalkan ruangan tersebut, sementara Dharma masih bertahan disana dan berkata pada dirinya sendiri “Maharaja ingin menciptakan kedamaian untuk bangsanya akan tetapi disini di dalam istana tidak ada kedamaian sama sekali”
Di salah satu ruang istana, Bindusara sedang berkumpul dengan Chanakya dan para pendeta, salah seorang pendeta berkata “Yang tertangkap kemarin itu adalah tabib yang baik, kita tidak pernah mengira kalau dialah iblis itu !” tepat pada saat itu Ashoka memasuki ruangan tersebut dan berkata “Samrat ! Tabib itu bukanlah sang iblis, dia itu dibunuh makanya perhatian kita terkecohkan oleh iblis yang sebenarnya, aku yakin iblis yang sesungguhnya itu masih hidup !” ujar Ashoka lantang “Bagaimana kamu bisa mengatakan hal semacam ini ?” tanya salah satu pendeta “Iblis itu mempunyai tanda di tubuhnya tapi kalau tabib itu tidak punya tanda apa apa ditubuhnya, hadiah yang telah anda berikan untukku itu, aku tidak pantas menerimanya” Acharaya tersenyum dan berkata “Jadi kamu bisa menerima kalau kamu telah berbuat kesalahan ?”, “Ya, aku tahu itu tapi kali ini aku akan menangkap iblis yang sebenarnya dan akan meminta hadiahku !” ujar Ashoka “Jika iblis ini masih hidup maka kita akan menemukannya, Ashoka kamu harus lebih bersiap siap karena kamu akan menemukan iblis yang sebenarnya, kali ini jangan lakukan kesalahan lagi !” ujar Bindusara “Kali ini, saya tidak akan melakukan kesalahan, Samrat ... Ini adalah janji saya !”
Ashoka menemui ibunya dikamarnya “Ibu, aku telah melakukan kesalahan, tabib itu bukan sang iblis”, “Ashoka, hal yang penting adalah kamu telah belajar dari kesalahanmu” ujar Dharma sambil melipat pakaian pakaiannya “Aku akan mencari tahu siapa iblis yang sebenarnya”, “Saat ini ibu akan melakukan pemujaan Mahashivratri, ibu ingin kamu membaca beberapa ayat dalam kitab suci, karena kamu dikelilingi oleh berbagai macam masalah, kamu harus berdoa pada Dewa”, “Aku akan melakukannya ibu !” ujar Ashoka sambil melirik kearah patung Dewa Siwa “Tapi ingat jangan melanggar pada saat pembacaan doanya !” Ashoka segera mengangguk menuruti permintaan ibunya.
Bindusara dan keluarganya mendatangi tempat pemujaan, semua yang hadir disana menyambutnya dan memberinya salam “Silahkan, dimulai saja pemujaannya” saat itu Noor sudah bersiap hendak maju ke depan untuk melakukan pemujaan bersama Bindu, namun pendeta menghentikan langkahnya “Ratu Charumitra, anda adalah istri pertama Maharaja maka anda mempunyai hak untuk duduk pada saat pemujaan” Noor segera mundur dengan kesal sementara Charumitra tersenyum senang, Bindu dan Charumitra melakukan pemujaan, sementara Dharma juga berada disana berdiri dibelakang Bindusara “Yaa Dewa, ini adalah takdir baikku meskipun aku tidak duduk disampingnya, paling tidak dia suamiku ada bersamaku hari ini” doa Dharma dalam hati. Sementara itu Bindu dan Charumitra mulai melakukan ritual pemujaan, tak lama kemudian pendeta meminta mereka untuk berdiri, Cahrumitra tersenyum sinis kearah Noor, Noor yang tidak terima perlakuan Charumitra segera menghalangi kaki Charumitra diam diam, Charumitra terjatuh dan tidak bisa berdiri karena kakinya sakit, Dharma segera menghampirinya dan berkata “Maharaja, Ratu Charumitra kakinya keseleo, dia tidak bisa berdiri”, “Lalu bagaimana dia akan melakukan pooja nya sekarang ?” ujar Noor sambil mengejek “Dia tetap akan melakukan pooja, Subadrangi akan membimbingnya, Subadrangi bantu Ratu Charumitra untuk berdiri” Dharma terkejut, akhirnya Bindusara, Charumitra dan Dharma dibelakangnya melakukan pooja bersama sama, dalam hati mereka berdoa dengan doa mereka masing masing, dalam doanya Bindu berkata “Sampai hari ini aku masih merindukan Dharma” sementara itu dalam hati Dharma berdoa “Aku telah datang untuk mengetahui bahwa apapun yang terjadi maka terjadilah hanya untuk kebaikan semata dan aku menerima semua keputusan Dewa”
Ashoka berada di tanah lapang dekat sungai, Ashoka sedang menghias patung Dewa Siwa dengan bunga bunga disekitarnya, kemudian Ashoka memulai poojanya.
Ditempat pemujaan di istana, Guru (pendeta) datang menghampiri Bindusara yang sedang duduk bersama ketiga putranya untuk melakukan pemujaan “Samrat, kami telah menangkap orang orang yang mempunyai tanda ditubuhnya” sambil berbisik Bindusara berkata “Tunjukkan mereka ke Ashoka !” Sushima yang mendengarnya merasa penasaran “Ada apa, ayah ?”, “Kami tahu kalau iblis itu masih hidup tapi secepatnya dia akan segera tertangkap karena Ashoka adalah saksinya, aku percaya dengannya” Sushima sangat kesal begitu mendengar ucapan ayahnya, setelah itu Bindu kembali sibuk melakukan pemujaan. Sushima teringat bagaimana dulu Bindusara sangat menghargai Ashoka, bagaimana Ashoka mendapatkan perhatian dari Bindusara, ketika dirinya hendak meniggalkan tempat pemujaan, ibunya dari arah belakang menahannya agar tetap ditempat “Sabar, tenang dan jangan tinggalkan pemujaan” namun sayangnya karena amarah yang sudah memuncak yang tidak bisa di kontrol oleh Sushima, Sushima langsung pergi meninggalkan tempat pemujaan tanpa mendengarkan nasehat ibunya, Bindusara terkejut melihat kepergian Sushima dari tempat pemujaan, sementara itu Noor mendekat kearah Charumitra dan berbisik “Kamu itu terus berusaha untuk meningkatkan pribadi anakmu itu dan dia juga terus melakukan hal hal yang bisa menghancurkannya” ujar Noor sambil tersenyum sinis
Disisi lain ditepi sungai Ashoka sedang melakukan pemujaan, dilain pihak Bindusara juga sedang melakukan pemujaan, tiba tiba Sushima mendatangi Ashoka yang sedang melakukan pemujaan dan langsung mencambuknya, Ashoka hanya diam saja, dirinya teringat ketika ibunya mengatakan “Jangan hentikan pemujaan apapun alasannya” Sushima kembali mencambuk punggung Ashoka, Ashoka berusaha bertahan menahan sakit akibat cambukan itu, Ashoka terus melakukan pemujaan sementara Sushima berkali kali mencambuk punggungnya hingga akhirnya ketika pemujaannya selesai, Ashoka segera membuka matanya dan memegang cambuk tersebut lalu melempar Sushima sekeras mungkin hingga Sushima jatuh tersungkur “Aku memang telah tahu bahwa kamu itu hanyalah seorang pengecut yang menyerang orang lain dari belakang” ujar Ashoka marah “Hari ini aku akan menunjukkan pada kamu siapa yang sebenarnya pengecut !” ujar Sushima sambil mengeluarkan pedangnya dan menyerang Ashoka membabi buta, Ashoka yang saat itu hanya menggunakan tangan kosong, berusaha mengelak serangan demi serangan dari Sushima hingga akhirnya Ashoka berguling ditanah dan mengambil selongsong pedang Sushima dan berusaha menahan serangan pedang Sushima, ketika Ashoka dan Sushima sedang bertarung tiba tiba Ashoka melihat tanda ditubuh Sushima yang persis sama seperti yang dia lihat di tubuh sang iblis, Ashoka sesaat tertegun “Jadi kamu itu sang iblis ?” Sushima melirik kearah tanda tubuh didadanya dan berkata “Hari ini aku tidak akan membiarkan kamu hidup !” Sushima langsung menyerang Ashoka namun Ashoka segera merengkuh lehernya, Ashoka teringat bagaimana dulu ketika dirinya memukul seorang anak, kemudian Dharma menghampirinya dan berkata “Kekasaran itu bukan jalan keluar pada setiap permasalahan, berjanjilah pada ibu bahwa kamu tidak akan bertarung dengan orang lain mulai dari sekarang !” ujar Dharma sambil meletakkan tangan Ashoka dikepalanya “Tapi jika dia memukul aku terlebih dulu, apakah aku harus diam saja, ibu ? Itu bisa dianggap seperti seorang pengecut” ujar Ashoka “Berada pada jalan kedamaian itu bukanlah pengecut, nak ... Tuhan akan menolong kamu dalam keadaan yang sulit sekalipun” setelah teringat ucapan ibunya Ashoka melepaskan cengkramannya pada Sushima, Sushima yang masih marah mencoba untuk memukul Ashoka lagi dan berkata “Kematianmu sudah dekat saat ini !” tepat pada saat itu dari kejauhan para prajurit berkuda datang kearah mereka, Sushima yang melihatnya segera berlalu meninggalkan Ashoka yang saat itu sedang terkapar ditanah “Prajurit, tangkap pangeran Sushima ! Dia itu sang iblis !” ujar Ashoka sambil menunjuk kearah Sushima yang sudah pergi dengan kudanya “Apakah kamu itu gila ? Dia itu penerus Maharaja” ujar prajurit yang tidak percaya dengan ucapan Ashoka “Aku akan mengatakannya pada Samrat tentang pangeran Sushima, dia pasti akan mengambil keputusan yang tepat !” ujar Ashoka lantang “Jangan ganggu Samrat Bindu, kamu itu dipanggil sama Guru, ayoo ikut kami !” ujar prajurit
Sementara di kamar Noor, Noor memberikan kalung untuk Siamak anaknya “Ibu, bangga padamu, Siamak” ujar Noor sambil mengalungkan kalung tersebut dileher Siamak “Apa yang telah aku lakukan ibu ?” Noor tersenyum “Keluguanmu itu bagus, hari ini kamu telah menyelesaikan pemujaan dengan ayahmu, Sushima mungkin yang tertua tapi dia tidak dapat bahkan duduk pada pemujaan dan ketika nama penerus Maharaja mulai ditentukan, maka hal ini akan mulai diperhitungkan”, “Kenapa kak Sushima selalu marah padaku ?” tanya Siamak “Karena dia cemburu padamu, karena kamu mendapat dukungan dari kakekmu Panglima Khurasan, Ratu Charumitra dan Sushima tahu bahwa siapa orangnya yang akan mendapat kekuasaan tahta kerajaan” ujar Noor sambil tersenyum “Apakah aku bisa menjadi Samrat dari Magadha”, “Tentu saja bisa !” ujar Noor mantap
Ashoka menemui Guru “Guru, jika anda tidak percaya pada saya, maka lebih baik lihat saja dada pangeran Sushima, ada sebuah tanda ditubuhnya, dia itu iblis yang sesungguhnya, anda bisa saja menghukum anak kecil yang tidak bersalah seperti saya, anda bisa saja memberikan saya hukuman mati tapi seseorang yang benar benar tersangka, anda tidak bisa menangkapnya !” ujar Ashoka lantang “Meskipun jika kami menganggap pangeran Sushima mempunyai tanda ditubuhnya sama dengan ditubuh sang iblis, lalu kenapa ? Mungkin ada banyak orang yang mempunyai tanda ditubunya yang sama dengan orang lain, apakah kamu ingin kami mencurigai pangeran Sushima ? Kamu itu hanyalah seorang saksi yang hanya mengecek orang orang yang telah kami tangkap” ujar Guru “Aku telah menangkap pelaku sebenarnya tapi kalian tidak berani melakukan tindakan untuk menangkapnya ! Ini tidak adil ! Ketika nanti aku datang di sebuah pengadilan, pertama tama adalah Raja, putra mahkota atau pangeran, jika kamu dan Samrat dapat berbuat keadilan maka aku Ashoka juga bisa berbuat keadilan !” Sinopsis Ashoka Samrat episode 14 by Sally Diandra.