alhamdulillah, nih puasa syawal perdanaku ama keluarga. rencananya sih minggu lalu mo puasa tunggal tapi ga jadi karna asik makan kue lebaran. nih aja masi malas2 kalo aja ga dibangunin mama, langsung bugar deh. n anehnya ne puasanya bugar2 aja de ga kayak ramadhan aku lemas banget mungkin karna belum terisi full darahnya setelah mens langsung puasa deh, getuh makanya drop2. tapi tarawehnya di mesjid full kan jadi seimbang deh. saking bugarnya puasa syawal perdanaku ne berbanding kebalik ama lesunya di ramadhan perdana, aku bersihin kamarku sampe kinclong. kan tiap bersih2 tu agar semangat biasanya aku sambil nonton, ya sekarang si nonton ashoka di color tv sambil bersih2 kamar n jadinya ga terlalu merhatiin hanya denger suaranya aja pas kalo adegan action ato seru2nya baru de aku stop bersih2nya dulu karna ga mo ketinggalan. kabar novel horor n epik kolosalku gimana? alhamdulillah, meski baru selesai 1 episod dah seneng bangetlah. ntar kuceritain...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 15. Dharma
melihat patungnya sendiri... "patung Dharma", patung dirinya yang berdiri angun
di tepi ruangan. Patung itulah yang ingin di tunjukan Bindusara padanya. Dharma
tertegun, antara sedih, bahagia dan merasa bersalah. Angin bertiup kencang
menjatuhkan dupatta Dharma. Dharma seolah tak perduli, dengan airmata berlinang
dia menatap patungnya sendiri. Lama Dharma dan Bindusara tertegun menatap patung
itu, satu dengan rasa kagum, satu lagi dengan perasaan haru. Ketika tiba-tiba
Bindusara hendak menoleh ke arahnya, Dharma tersadar, cepat-cepat dia meraih
dupattanya. Sedetik saja, Bindu terlambat menoleh, Dharma sudah menutupi
wajahnya kembali. Dengan sedikit rasa pedih membayang di matanya, Bindu menatap
dharma dan berkata, "dia murni, penuh kedamaian..dia istri favoritku, Dharmaku.
Dia memberikan beberapa hari dari hidupnya untukku dan membuatku hidup sepanjang
kehidupan. Sekarang, rasa sakit karena kehilangan dirinya akan pergi ketika aku
meninggalkan dunia ini." Sambil menahan tangis, Dharma bertanya bagaimana
'dharma' nya Bindusara meninggal. Bindu teringat bagaimana Khorasan menemukannya
di gubuk Dharma, dan Dharma meminta dia kembali ke Magadha untuk menunaikan
kewajibannya pada negara. Dharma juga mengingat hal yang sama. Bindusara
berkata, " setelah kembali ke Magadha, demi janji yang kubuat, aku menikahi Noor
Khorasan. Aku menjankan tugasku. Tapi aku tidak bisa menutupi perasaanku dari
Noor kalau aku mencintai wanita lain. Aku mengatakan padanya kalau nama wanita
itu Dharma. Lalu ketika aku pergi menemui Dharma, aku melihat gubuknya telah
terbakar. AKu mencarinya kesana kemari, tapi semua orang di daerah itu
mengatakan kalau dia tewas dalam kebakaran itu..." Bindu menoleh kearah Dharma,
Dharma cepat-cepat merapatkan tutup wajahnya, "tapi aku tahu dia masih hidup.."
Dharma terkejut. Bindu mendekati Dharma, Dharma menjai tegang. Bindu berkata,
"dia bersama ku saat ini. Kapanku aku datang ke kamar ini, aku serasa ingin
bertanya pada dewa apakah harus bersyukur karena mempertemukanku dengan Dharma
atau mengeluh karena memberiku waktu yang sangat sedikit untuk kuhabiskan
bersamanya." Dharma tak kuat lagi menahan perasaannya. Tanpa pamit, dia pergi.
Saat Bindu menoleh Dharma sudah tak ada bersamanya. Bindu menatap sekeliling
mencari Dharma, tapi tak menemukannya. Lalu dia menatap patung Dharma dengan
penuh rindu...
Dharma sambil menangis terseddu-sedu, bersimpuh di depan
Mandir, "sepanjang hidup aku menyangka dia mencoba membunuhku dan anakku. Tapi
ketika aku tahu kebenarannya, aku tak mampu meringgankan penderitaannya. Hari
ini, setiap pertanyaan Ashok adalah benar, tapi aku bahkan tak bisa
menjawabnya."
Bindu berdiri melamun di kamarnya. Dharma datang menyuguhkan
ramuan obat. Tanpa melihat Dharma, Bindu mengambil gelas berisi ramuan. Dharma
dengan ragu-ragu memin ta maaf karena telah meninggalkan Bindu waktu itu. Dharma
memberitahu Bindu kalau setelah mendengar kisahnya, dia merasa penderitaannya
tidak sebesar penderitaan Bindu, "aku juga telah kehilangan seseorang dan baru
tahu kalau dia itu orang yang sangat baik." Bindu bertanya, "apakah dia masih
hidup?" Dharma mengangguk, "ya. tapi aku tidak bisa menemuinya." Bindu menyahut,
"kalau begitu penderitaanmu lebih besar dariku. Karena kau tahu dia ada di
sekitarmu, tapi kau tak bisa menemuinya. Kalau aku bisa membantumu untuk
mendapatkan dia, katakan saja. Aku pasti akan menolongmu." Setelah berkata
begitu, Bindusara menenguk minumannya lalu pergi meninggalkan Dharma. Dharma
menangis. Chanakya datang menghampirinya dan berkata, "aku mengerti rasa sakit
yang anda rasakan. Tapi percayalah ini semua demi anakmu. Aku tidak tahu, jika
Samrat Bindusara mengetahui kebenarannya tentang dirimu, dia akan memaafkan aku
atau tidak. Tapi aku merasa sangat berterima kasih padamu karena anda menerima
tawaranku dan sangat membantu. Kebenaran akan terungkap suatu hari, tapi aku
menunggu waktu yang tepat."
Bindu mengunjungi kadang kuda dan memuji Ashok yang telah
merawat Gul Bhusan dengan baik, "...karena itulah dia menjadi temanmu." Sambil
mengelus punggung kuda asshok berkata, "ibuku mengatakan, kalau kita kosentrasi
pada pekerjaan maka kita akan sukses." Bindu tersenyum ssenang dan memberi ashok
1 koin emas. Ashok menerima koin itu dengan senang hati. Bindu kemudian meloncat
ke punggung gul Bhusan dan bersiap-siap hendak menarik tali kekangnya, ketika
Ashok memukul pantal Gul bhusan dan menarik ekornya untuk membuat kuda marah.
Gul Bhusan meringkik liar dan Bindu kewalahan. Ashok mengambil cambuk dan
memberitahu Bindu, kalau dia mencambuk kudanya, maka dia akan tenang. Bindu
berteriak marah, "diam! kau gila apa? Apakah kau akan memukul binatang tak
bersalah ini? Apakah kau pernah melihat aku melakukan itu?" Ashok menyatukan
telapak tanganya di depan dada dan meminta maaf, "bukan anda, Samrat. Tapi aku
pernah melihat pangeran Sushim melakukan hal seperi itu. Dan anda tidak
memarahinya." Bindu berkata kalau Sushim melakukan itu di depannya, maka dia
akan menghukum Sushim saat itu juga." Ashok pura-pura heran, 'apakah kau akan
menghukum anakmu sendiri?" Bindu dengan tegas membenarkan, "keadilan adalah sama
bagi semua orang. Kalau tentang keadilan, aku tidak punya hubungan. Aku tidak
bisa mengirimkan pesan yang salah pada orang-orang bahwa aku memihak. Aku tidak
mengharapkan yang seperti ini darimu juga." Setelah berkata begitu, Bindu segera
menarik tali kekang Gul Bushan dan berlalu pergi, diiringi tatapan puas dari
Ashok. Ashok berguman sendiri, "achari Chanakya tidak memahami samrat. Samfrat
Bindusara tidak mungkin memihak. Jika ku katakan padanya kalau Sushim adalah
iblis itu, dia pasti akan menghukumnya."
harma sedang membuat bola-bola laddu, ketika jendela kamarnya
terbuka dan Ashok meloncat masuk. Dharma segera berdiri menyambut Ashok,
"ashok?" Ashok menghampiri Dharma. Dharma dengan khawatir menegur, "ashok,
kenapa kau datang kesini? Siapapun dapat melihatmu." Ashok sambil tertawa senang
berkata kalau Dharma ibu dari seorang samrat, jadi tidak perlu khawatir. Ashok
dengan serius memberitahu dharma, "ma, aku tahu iblis itu siapa. Aku akan
menyerahkannya pada samrat hariini. Karena itu berkatilah aku." Ashok membungkuk
untuk menyentuh kaki dharma. harma menyentuh kepala Ashok, "berkatku
menyertaimu." Ashok tersenyum senang, dia berdiri di depan Dharma. Dharma
membelai pipi Ashok. Sambil masih tersenyum, Ashok membalikan badannya hendak
pergi. Tapi Dharma menarik lenganya dan menyuruh Ashok menunggu sebentar. Dharma
mengambil laddu dan menyuapkannya ke mulut Ashok. Ashok memuji kalau laddu itu
sangat lezat. Dia lalu mengambil beberapa butir laddu lagi dan berlari keluar
jendela di ikuti senyum Dharma.
Ashok berlari-lari kecil di lorong istana sambil melihat ke
arah yang berlawanan dengan arah yang di tujunya. Karena sibuk melihat ke arah
lain, dia tidak melihat kalau Helena sudah menghadang jalannya. Helena menegur
Ashok dengan nada curiga, "apa yang kau lakukan di sini?" Ashok terkejut dan
terlihat panik sesaat. Tapi kemudian ssambil tersenyum dia menjawab kalau tabib
yang merawat samrata bindusara, merawat dirinya juga. Orang-orang bilang dia
tidak boleh makan laddu, makanya dia datang untuk bertanya pada tabibb itu
apakah dia boleh makan laddu. Helena dengan tatapan menyelidik berkata, "aku
tahu, achari Chanakya membawamu kesini tanpa kau kehendaki. Kalau kau mau
mengatakan padaku kenapa Achari membawamu ke sini, apa tujuannya...maka aku akan
memberimu hadiah 50 koin emas dan kau bisa bebas dari sini sekarang." Ashok
teriur melihat sekantong koin yang di ulurkan helena. Dengan wajah senang dia
mengambil kantong itu dan mengamatinya. Tiba-tiba dia teringat koin emas yang di
dapatnya dari Bindu. Ashok mengeluarkan koin itu dari lilitan bajunya. Lalu
menimbang beratnya dengan berat sekantong koin pemberian Helena. Ashok
berkali-kali menimbang lalu tersenyum, "lihatlah, koin ini sangata banyak, dan
ini hanya satu. Tapi koin yang satu ini saya dapatkan dengan kerja keras dan
memiliki nilai lebih daripada koin yang 50 ini." Ashok kemudian mengembalikan
sekantong koin itu pada Helena yang menerimanya dengan tatapan tidak suka. Ashon
menambahi, "saya tidak tahu achari Chanakya akan melakukan apa. Dia misteri bagi
dirinya sendiri. jika anda tahu kenapa Achari Chanakya membawaku kesini, tolong
beritahu aku.." setelah berkata begitu, Ashok berlari meninggalkan Helena yang
tertegun menatap kepergian Ashok.
Guru menanyai Sushim, "pangeran, anda dari mana?" Sushim
menjawab kalau dirinya sangat sibuk dalam acara pemujaan, "kenapa anda
memnaggilku?" Ashok datang. Melihat Ashok, Sushim langsung terlihat marah dan
geram. Guru menanyai Ashok, "kau masih memegang kata-katamu?" Ashok mengangguk.
Guru mengancam, "kalau kau terukti salah maka..." Ashok menyela, "aku benar."
Sushim ikut menyela, "apa yang terjadi?" Guru memberitahu Sushim kalau Ashok
menyangka dirinya... Ashok dengan berani menuduh langsung Sushim, "kau iblis."
Sushim bertanya, "bukti apa yang kau punya?" Ashok mengatakan kalau Sushim
memiliki tato yang sama seperti yang ada di tubuh iblis, "aku melihatnya ketika
kau menyerangku." Sushim dengan rasa tidak terima memprotes Guru, "orang biasa
menuduhku dan anda mendengarkan dia?" Gutu menyahut, "bahkan saya merasa sangsi
dengan kata-katanya, tapi untuk menenangkan dia, bolehkan anda menunjukan tubuh
anda?" Dengan geram Sushim mengancam, "tahukah anda kalau anda menghina Samrat
berikutnya?" Guru menyahut, "Saya tidak bisa bermaksud menghinamu, tapi ini
tentang keadilan, tak seorangpun berada diatas hukum. Saya meminta anda untuk
menunjukannya." Sushim membuka hiasan tubuhnya dan menunjukan dadanya. Tapi
Ashok meminta dia menyisihkan kain dari tubuhnya. Dengan geram Sushim menurut.
Dia menyingkirkan kaian yang menutupi dadanya. Dadanya bersih tidak ada tato
ataupun bekas tato di sana. Ashok tertegun, "bagaimana mungkin? Aku melihatnya
sendiri..." Guru membenatka Ashok, "cukup! maafkan aku pangeran Sushim.." Sushim
mengangkat tangan menyuruhnya berhenti bicara. Sushim melirik Ashok penuh
kebencian, lalu pergi dari ruangan itu tanpa sepatah kata. Guru memperingatkan
Ashok agar tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi, kalau tidak lain kali dia
tidak akan selamat...
Bal Ghovin menemui Helena dan memberitahu Helena tentang Ashok,
"ashok adalah orang yang sangat baik. Dia tidak menyakiti siapapun. Dan selalu
memenuhi tugasnya." Helena mencela, "aku menyuruhmu mencaritahu tentang dirinya
dan anda memuji dia." Bal berkata kalau dirinya tidak punya sesuatu yang buruk
untuk di katakan tentang Ashok. Helena marah, "aku bodoh memberimu pekerjaan
ini. Kau adalah orang bodoh, orang-orang sepertimu akan menghabiskan seluruh
hidup menjalani hukuman."
Ashok dengan langkah gontai hendak kembali ke istal, tapi
Sushim mencegatnya. Sushim tersenyum mengejek, Ashok terlihat sangat marah.
Sishim berkata, 'aku merasa kasihan pada orang-orang sepertimu yang mengetahui
kebenara tapi tidak bis amembuktikannya. Kau bukan apa-apa di depanku. Tato ku
telah di hapus. Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ashok menegaskan, "kau
menghapusnya?" Sushim mengangguk sombong, "ya. Kalau ayah ku Bindusara melihat,
maka dia akan memberiku hukuman mati. Kau ingin melihat aku kalah, tapi kau yang
kalah pada akhirnya. kau bodoh!" Sushim dengan senyum kemenangan meloncat ke
atas kudanya dan berlalu dari hadapan Ashok di ikuti tatapan geram Ashoka. Ashok
berkata, "achari Chanakya benar, hanya samrat yang punya hak untuk menghukum.
Dan sekarang.. aku Samrat Vanraj akan melakukan keadilan."
Bal Ghovin duduk termenung dengan wajah sedih. Ashok
mendatanginya dan bertanya, "kalau kau di beri kesempatan untuk menghukum iblis
itu, akankah kau menghukumnya?" bal dengan cepat menyahut, " tentu." Ashok
segera menarik tangan bal Ghovin, "ayo ikut!"
Sushim di dampingi beberapa prajurit berburu di hutan. Dia
menyuruh prajurit berpencar untuk mengiring binatang buruan sementara dirinya
duduk diatas kuda sebilah busur yang siap di panahkan. Tiba-tiba sebuah kain
hitam jatuh menutupi tubuhnya.
Di tempatnya, para prajuritpun mengalami nasib hampir serupa.
Bedanya mereka yang sedang mengendap-endap mengamati binatang buruan, di pukul
dari belakang hingga pingsan oleh sekelompok anak-anak. Begitu pingsan, prajurit
itu di tinggalkan tergeletak di tanah begitu saja. Sedangkan Sushim, terikat di
pohon dengan muka tertutupi kain. Sushim meracau, katanya, "siapa kau? tidakkah
kalian tahu siapa aku? kalau ayahku tahu tentang ini, maka kau tidak akan
selamat." Bal terlongo mengetahui orang yang terikat itu adalah Sushim,
"pangeran Sushim?" Sementara Ashok, menatap kelakuan Sushim dengan serigai puas
di wajah menjawab, "ya. Dia iblis yang sebenarnya. Karena itu dia tidak bisa di
hukum. Dia menghapus bukti." Ashok memegang sebatang kayu dan meminta bal Ghovin
untuk menghajar Sushim. Bal dengan ketakutan menolak, "tidak, aku tak bisa. Aku
bukan pemberani seperti dirimu. Aku hanya orang biasa tidak seperti dirimu.
kalau Sushim mati, Magdha akan menjadi terlantar." Ashok dengan tegas berkata,
"kalau sesuatu terjadi padamu, maka persahabatan kita yang terlantar. Dan
bagiku,persahabatan kita lebih penting dari apapun juga. Untuk keadilan kau tak
perlu takut pada siapapun. Pilihan ada di tanganmu." Bal Ghovin teringat
bagaimana iblis menyiksanya, keberaniannya muncul, tanpa berpikir lagi, dia
mengambil tongkat yang disodorkan Ashok dan mulai menghajar Sushim. Sushim
berteriak-teriak kesakitan, "siapa yang memukuli aku? aku minta maaf...maafkan
aku!" Setiap teriakan Sushim mengingatkan Bal akan perlakuan iblis padanya. Bal
terus menghajar Sushim. Ashok menatap semua itu dengan senyum puas. Dalam hati
Ashok berkata, "ma, aku memenuhi janjiku bahwa tidak akan melakukan kekerasan.
Tetapi bukan berarti aku tidak akan melakukan keadilan." Bal berhenti memukuli
Sushim setelah tongkatnya patah jadi dua. Melihat itu, Ashok mendekati Sushim
dan memeluknya. Teman ashok yang lain mendekati Ashok dan berisik, "bolehkah
aku memukulnya?" Ashok tersenyum dan balas berbisik, "kenapa bertanya padaku?
lakukan saja!" Anak itu langsung menghajar Sushim di saksikan kawan-kawannya
yang lain. Ashok sambil tersenyum puas membalikkan badan dan pergi dari tempat
itu di ikuti Bal Ghovin.
Di hutan, seorang prajuroi sadar dari pingsannya dan langsung
menghampiri Sushim yang terikat dengan lemas di pohon. Prajurit itu dengan cemas
melepas ikatan Sushim. Sushim berteriak histeris sambil memohon-mohon, "jangan
pukul aku! Jangan pukul aku! maafkan aku!" Prajurit menyadarkan Sushim dengan
membuka kain yang menutupi kepalanya. Sushim kembali pada sifat aslinya. Dengan
geram dia berteriak, "siapa mereka?" Prajurit mengatakan kalau dirinya juga
tidak tahu siapa mereka. Prajurit mengajak Sushim melaporkan hal ini pada
Samrat.Sushim tidak setuju, "kalau kau bilang seseorang datang dan memukuliku,
maka orang-orang akan mengejekku sebagai samrat berikutnya." Prajurit bertanya,
"lalu apa yang akan kita katakan tentang luka di tubuh anda?"
Scene 5
di hutan, tentara mencoba untuk menemukan Sushim, ia menemukan dia diikat ke pohon, Sushim adalah mengoceh bahwa dont memukul saya, tidak memukul saya, maafkan saya, tentara meminta dia untuk datang ke indra, Sushim bertanya siapa mereka? Tentara mengatakan saya tidak bisa melihat, memungkinkan memberitahu Samrat Bindu, Suhim mengatakan apa yang akan Anda mengatakan bahwa seseorang datang dan memukul saya, orang akan mengejek saya bahwa saya Samrat berikutnya, Soldier mengatakan apa yang akan kita katakan tentang ini melukai pada tubuh Anda?
di hutan, tentara mencoba untuk menemukan Sushim, ia menemukan dia diikat ke pohon, Sushim adalah mengoceh bahwa dont memukul saya, tidak memukul saya, maafkan saya, tentara meminta dia untuk datang ke indra, Sushim bertanya siapa mereka? Tentara mengatakan saya tidak bisa melihat, memungkinkan memberitahu Samrat Bindu, Suhim mengatakan apa yang akan Anda mengatakan bahwa seseorang datang dan memukul saya, orang akan mengejek saya bahwa saya Samrat berikutnya, Soldier mengatakan apa yang akan kita katakan tentang ini melukai pada tubuh Anda?
Sushim menghadap Bindusara di pengadilan di depan keluarga
kerajaan dan banyak orang. Di sana juga ada Ashok, Bal dan kawan-kawannya.
Bindu dengan heran bertanya, "iblis?" Sushim mengangguk, "ya ayah. iblis
menyerang saya. Dia sangat kuat tapi aku telah besumpah untuk melawannya sampai
dia mati." Ashok dan Bal Ghovin saling pandang dan tersenyum geli. Bindu
menanyai tentara. Prajurit membenarkan ucapan Sushim, "ketika hamba melihat
pangeran bertarung dengan iblis, saya sangat bangga padanya." Sushim menambahkan
kalau dirinya memukul iblis sampai iblis kabur. Bindu dengan senyum di tahan
bertanya bagaimana cara Sushim memukuli iblis? Sushim berkata kalau iblis
memukulnya sekali dan dia memukul 2 kali, "lalu saya mengalahkan dia, hingg dia
lari dari sana seperti seorang pengecut." Bindu tersenyum. Ashok dan Ball Ghovin
menahan tawa. Helena dan Justin seperti tidak percaya. Kebohongan SUshim semakin
menjadi, "saya bisa saja menangkap dia, tapi saya memberinya peringatan bahwa
jika dia terlihat lagi di Patliputra dengan mata setannya, maka saya akan
menarik matanya keluar. Sekarang Patliputra aman dari iblis." Semua bersorak
memuji Sushim. Yang lain ikut-ikutan tersenyum. Chanakya menatap Sushim dengan
sangsi, apalagi saat melihat Ashok tersenyum geli. Dalam hati Ashok berkata,
"Achari Chanakya mengatakan kalau Samrat menegakan keadilan dan hari ini, Samrat
Vanraj melakkan keadilan dan memberikan hukuman pada Sushim apa yang layak di
terimanya..." Sinopsis Ashoka Samrat episode 16
0 komentar:
Posting Komentar