dah lama rasanya gak posting sinopsis serial tv lagi, terakhir 4 tahun yang lalu dan sekarang aku post sinopsis serial faveku lagi. kali ini serial india, yang 2011 dulu kan dorama korea semua. sinopsisnya aku copas dari blog di gambar ini, episod satunya pun bisa dinonton di youtube dengan ngeklik gambar ini juga. kayak serasa nonton kaset bajakanku sih hehe, cus kadang tersendat-sendat tapi bukan karena sinyal atau buferingnya. dari sononya memang begitu...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 1. Sinopsis Ashoka episode 1. Episode
pertama Chakravartin Ashoka Samrat di buka dengan narasi dari seorang
narator tentang Ashoka. Narator berkata: "Ini bukan sekedar cerita tapi
kisah hidup Prajurit Ashoka yang memerintah Magadha selama 36 tahun dan
seorang ksatria terhebat sepanjang sejarah.
Kakeknya, Chadragupta Maurya adalah singa, yang turun tahta agar
Bundusara bisa menggantikanya menjadi raja Magadha. Chadragupta menikahi
Helena dan membuat semua orang memusuhi Magadha, kaumnya sendiri dan
sesuatu yang unik akan segera terjadi.."
Lalu
sebuah pintu gerbang terbuka. Pendeta Chanakya berdiri di depan pintu
itu sambil menatap Singasana. Dia melangkah perlahan namun pasti.
Terdengar auman singa. Chanaknya menghentikan langkahnya dan menatap
tahta dengan pandangan awas. Lalu seekor Singa muncul dari balik
singgasana, mengaum keras dan menerkam Chanakya.
Di
tempat tidurnya Chanakya tersentak. ternyata itu hanya sebuah mimpi.
Dengan rasa pemasaran bercampur aduk dengan rasa khawatir, Chanakya
bangkit dari tidurnya. Angin bertiup membalikan lembaran-lembaran buku
diatas meja tulisnya. Chanakya berdiri dari pembaringan dan menekan buku
dengan tanganya. Seorang pendeta muda
datang menghampiri Chanakya dengan heran dan bertanya, "ada apoa
Achari Chanakya?" Chanakya memberitahu pendeta itu kalau dia bermimpi di
serang oleh seekor singa jelmaan dari Samrat Chandragupta. Chanakya
juga memberitahu pendeta muda itu kalau hanya waktu yang akan menunjukan apa yang akan terjadi, tapi dia yakin sesuatu past akan terjadi..
Di
sebuah lapangan luas di Champagarh, Bindusara dan saudara-sudaranya
sedang mengikuti sebuah kompetisi yang diaakan oleh Mir Khorasan. Dalam
kompetisi itu, tim BIndusara melawan tim Justin, saudaranya. Di tempat
itu duduk dengan anggunnya, ibu tiri Bindusara, Helena dan istri pertama
Bindusara Ratu Charumitra. Diantara keduanya juga hadir seorang
pendeta.
Pemenang kompetisi itu di tentukan oleh
siapa yang sanggup meraih kulit binatang dari tanah dan membawanya
hingga garis finish. Ketika kompetisi di mulai, Bindusara yang berhasil
mengambil kulit itu dari tanah. Namun dalam perjalanan menuju garis
finish, Justin berhasil merebutnya. Bindusara balik berusaha merebutnya
kembali. Tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda bercadar putih yang
melesat menghampiri Justin dan merebut kulit itu dari tanganya. Dari
garis matanya yang indah dan memukau terlihat bahwa dia adalah seorang wanita.
Melihat itu Khorasan tersenyum misterius. Sambil memegang kain di
tanganya, si gadis memacu kudanya dengan cepat. Tapi Bindusara berhasil
melampauinya dan berusaha merenggut kulit itu dari tanganya. Terjadi
tarik menarik antara keduanya. Ketika garis finish semakin dekat,
Bindusara dengan tenaga prianya membetot kuat hingga kulit itu lepas
dari tangan si gadis. Bahkan
karena sakin kerasnya betotan itu, sampai-sampai cadar si gadis terlepas
dan menampakan wajah cantinya. Bindusara berhasil mencapai garis finish
dan semua orang bersorak gembira. Justin menghentikan kudanya tepat di
samping si gadis dan tersenyum penuh kepuasan. Tapi saat matanya melihat
betapa cantik si gadis, Justin terpana. Sambil menatap Bindusara, si
gadis membuka tutup kepalanya sehingga rambutnya yang panjang tergerai
lepas menampakan atribut kebangsawanannya.
Sambil
menenteng kulit di tanganya, Bindusara naik kepodium di mana sudah
menunggu Helena, Chrumitra dan Mir Khorasan. Bindusara meletakkan kulit
itu di kaki Helena. Helena memuji Bindusara karena memenangkan kompetisi
itu sekaligus menyelamatkan kehormatan Dinasti Maurya karena kalah dari
seorang wanita sangat tidak layak bagi seorang Maurya. Dan Ratu Helena
sangat senang karena Bindusara menghormati dirinya sebagai seorang ibu
raja. Bindu dengan hormat berkata kalau dirinya mengerti arti seorang
ibu dari Helena seorang saja, "saya menghormati anda dan bangga bahwa
anda adalah ibu saya."
Mir Khorasan mengumumkan
kalau pemenangnya akan mendapatkan semua harta dan senjata yang
dimilikinya juga anak perempuannya. Noor Khorasan, atau si gadis
bercadar. Khorasan berkata kalau Noor akan menikahi Bundusara. Terdengar
sorak sarai. Justin tertegun
seperti tak terima. Dia melirik Noor yang tersenyum puas. Kakak Noor
menghampirinya dan mengucapkan selamat. Dengan arogan Noor berkata kalau
dirinya sekarang akan menjadi Ratu Magadha dan menjadi ratu di hati
Bindusara. Khorasan memberi selamat pada Noor. Charumita terlihat sedih
dan kecewa, Helena menghiburnya dengan berkata kalau Bindu menikahi Noor
bukan karena dia cantik tapi karena dia berasal dari keluarga
berpengaruh. Dengan pernikahan itu, kekuatan dan sekutu Magadha akan
bertambah. Pendeta juga membenarkan apa yang di katakan Helena, dia juga
turut menghibur dengan berkata kalau Charumita adalah ibu dari putra
pertama Bindusara dan ratu utamanya.
Di kuilnya,
Pendeta Achari Chanakya mendapat berita tentang pernikahan Bindusara
dengan Noor Khorasan. Kabar itu juga mengatakan kalau Khorasan
memberikan segalanya pada putrinya saat dia menikah. Pendeta muda berpendapat kalau semua itu demi mendukung kekuasaan Magadha, karena Khorasan sangat kuat. Chanakya meminta pendeta muda agar memahami masalah dari sudut pandan politik. Dengan menikahkan putrinya pada Bindusara, Khorasan ingin mengontrol Magadha.
Di Champagard, Helena memberitahu pendeta kalau Bindusara akan pergi berburu. Dia meminta sang pendeta agar menjaganya. Guru
berjanji akan menjaga keselamatan Bindu dengan baik. Bindusara sedang
bersiap-siap akan bernagkat berburu ketika Chanakya dan rombongan
datang. Bindusara memberitahu Chanakya kalau dirinya akan pergi
berburu.Chanakya seharusnya memberi kabar dulu sebelum datang. Dengan
was-was Chanakya memberitahu kalau keadaan sedang berbahaya, pe,buruan
yang lain juga sedang berjalan, yang tujuannya adalah merebut tahta
Magadha. Bindusara tertegun, dan berkata kalau dia tak menyangka dirinya
memiliki musuh di Magadha. Dengan penuh percaya diri, Bindusara meminta
Chanakya agar tenang, karena dirinya tidak selemah yang di sangka
Chanakya. Sebelum pergi Bindusara meminta Chanakya agar tenang saja, dia
akan datang kembali setelah berburu. Chanakya menatap kepergian
Bindusara dengan tegang.
Di hutan, Bindusara dan
pasukannya sedang berburu. Sambil meminum anggur, Bindusara menunggu
hewan buruan muncul. Tiba-tiba dia mendengar suara babai hutan. Bindu
meneguk beberapa gelas anggur sebelum kemudian dia turun dari kudanya
dan memasang anak panah. Seorang diri, Bindu mengendap-endap membidik
sasaran. Seekor babi hutan besar
muncul di depannya. Dengan cepat babai itu melesat kearah Bindu. Tapi
bindu lebih cepat lagi. Sebelum babai itu menerjangnya, Bindu melepaskan
anak panah yang tepat mengenai kepala si babi hutan. Babi hutan itu
tergeletak tak berdaya. Sambil menginjak tubuh babai hutan, Bindu
mengumumkan kalau pernikahannya akan segera di langsungkan. Belum
selesai Bindu bicara, tiba-tiba sebuah anak panah melesat kearahnya dan
mencap di dada. Bindusara terpelantik kebelakang dengan darah membasahi
dadanya. tak lama kemudian beberapa anak panah menghujani para prajurit
Magadha yang masih tertegun kaget. Lalu muncul beberapa orang dan
menyerang rombongan Bindusara. Seorang prajurit menyuruh Bindusara
melarikan diri. Bindusara menurut. Ketika sampai di tepi air terjun, Bindusara berhenti sebentar dan mencoba mencabut anak panah yang menancap di tubuhnya. Tapi naas, dia tercebur ke dalam air terjun. Musuh yang sudah tiba di sana menyerigai puas melihat tubuh Bindusara lenyap di telan derasnya air terjun.
Beberapa
orang gadis yang sedang mencoba menangkap kupu-kupu di hutan terkejut
melihat mayat-mayat prajurit bergelimpangan. Salah satu gadis itu
memanggil nama Dupatrati. Yang di panggil keluar dari gubuknya dan
berlari kea arah datangnya panggilan. Dia terkejut melihat tubuh para
prajurit itu, dengan prihatin dia berkata, "manusia memiliki sisi jahat
dan baik.... orang yang dapat mengontrol kemarahan adalah
pemenangnya..." Dupatrati melihat tubuh seorang prajurit bergerak-gerak.
Cepat dia menghampiri prajurit itu. Dengan susah payah si prajurit
mengangkat tanganya dan menunjuk ke sebuah arah. Belum sempat Dupatrati
bertanya, prajurit itu menghebuskan nafas terakhirnya.
Dengan
rasa ingin tahu, Dupatrati dan kawan-kawan pergi kearah yang di tunjuk
si prajurit. Mereka mengikuti jejak tetesan darah hingga ke tepi air
terjun. Dengan tatapan mencari-cari para gadis menyusuri riak-riak air
yang terjun bebas menimpa bebatuan. Hampir saja mereka putus asa, ketika
tanpa di sangka-sangka Dupatrati melihat sesosok tubuh tergeletak di
air dangkal.
Helena dan Justin berdiri diatas
balkon istana menatap seorang prajurit berkuda yang menuju ke gerbang
istana. Pendeta menunggu prajurit itu di depan pintu gerbang. SI
prajurit turun dan menyerahkan mahkota Bindusara pada si pendeta. Dengan
wajah penuh sesal si pendeta membawa mahkota itu kepada Helena. Dengan
dingin Helena berkata, "aku inginkan kepalanya, bukan mahkotanya!"
Justin menatap mahkota Bindusara dengan senyum menyerigai.
Sesosok
tubuh tergeletak di tepi danau dengan anak panah menancap di dadanya.
Para gadis menghampirinya. Dupatrati turun ke sungai dan membalikan
tubuh itu, terlihatlah wajah Bindusara yang tak berdaya. Di benteng,
Pendeta meminta maaf pada Helena karena tidak membawa kepala BIndusara,
karena siapapun pasti dapat melihat kejahatannya. Pendeta menyakinkan
Helena kalau Bindusara tidak mungkin hidup, dia pasti sudah mati.
Dupatrati
dan kawan-kawan membawa tubuh Bindusara ke atas sebuah batu. Dupatrati
mencabut anak panah dari dada Bindu dan menghentikan aliran darahnya.
Para gadis dengan cepat menyiapkan ramuan obat dan bekerja keras untuk
menyadarkan Bindusara.
Pada Justin Helena berkata
kalau Ayah Juastin tidak menjadikan Justin raja Magadha, karena itu
Bindusara harus mengalami semua ini. Helena membuat rencana untuk
menghancurkan Magadha dengan memberitahu rakyat kalau Bindusara sudah
mati dan Magadha tidak punya raja. taklama kemudian Magadha menjadi
lautan api. Para musuh menyerang dan berupaya merebut Magdha.
Masing-masing raja musuh mengklaim Magadha sebagai miliknya. Salah
satunya adalah Veer Phat.
Melihat kehancuran
Magadha, Chanakya terlihat gunda dan tegang. Para pendeta mengajukan
berbagai pertanyaan padanya. Chanakya tidak menjawab. Dia melangkah ke
balkon dan menatap magadha yang sudah menjadi lautan api dengan tatapan
prihatin. Tiba-tiba terdengar auman singa. Chanakya mencari arah
datangnya auman itu. Dia melihat singa yang sama yang pernah di liatnya
dalam mimpi berdiri gagah di atas baatu sambil mengaum penuh wibawa.
Chanakya dengan bijak berkata kalau situasi ini di buat dengan sengaja.
Dan siapapun yang melakukan itu, dia adalah musuh Magadha. Orang yang
menguasai dan memerintah magadha. tapai apapun yang akan terjadi,
Chanakya tidak akan membiarkan usaha itu berhasil.
Justin
ikut helena menemui ayahnya, Seleucus. Ayah Helena mengyambut
kedatangan anak dan cucunya dengan senang hati. Helena bertanya, "ayah,
apakah anda siap memenangi Magadha?" Seleucus tertawa bahagia, " aku
kalah dari Chandragupta Maurya dulu dan aku masih ingat penghinaan itu.
Aku telah mempersiapkan diri untuk merebut Magadha bertahun-tahun."
Helena memeritahu Seleucus kalau Justin akan membawa pasukan Magadha
keluar untuk menaklukan musuh. Bersamaan dengan itu Seleucus dapat
menyerang Magadha dan menghapus Dinasti Maurya dari bumi Magadha.
Seleucus terlihat senang dan mengucapkan terima kasih pada Helena atas
semua bantuannya dan atas usahanya mempersiapkan Justin untuk situasi
seperti ini. Justin berkata kalau dirinya telah belajar semua nya.
Seleucus menyebut Justin sebagai masa depan Magadha. Justin menyerigai
jahat, "aku juga masa depan Noor Khorasan."
Kakak
Noor Khorasan yang menyertai Bindusara berburu, ternyata juga terbunuh
dalam serangan itu. Pemakanamnnya di adakan dengan penuh khidmat.
Chanakya datang ke upacara itu. Khorasan mengizinkannya masuk. Chanakya
mengucapkan belasungkawan dengan penuh takzim.Khorasan berkata kalau
Chanakya bukanlah pemberi belasungkawa yang dia harapkan. Chanakya
menyahut, "saya setuju. tapi kebenarannya adalah musuh Magadha dan musuh
anda adalah sama. Kita harus bekerja sama untuk menyelamatkan Magadha
dan untuk membalaskan kematian anak anda." Khorasan bertanya siapa dia?
Chanakya menjawab kalau Khorasan akan segera mengetahuinya. Hanya saja
Chanakya ingin Khorasa membantunya mengembalikan Bindusara sebagai raja
Magadha lagi. Khorasan dengan sedikit enggan meminta Chanakya agar
sadar, kalau Bindusara sudah mati. Chanakya mengatakan selama dia tidaik
melihat mayat Bindusara, selama itu pula dia tetap hidup bagi Chanakya.
Chanakya meminta Lhorasan menemukan BIndusara, karena dia tidak dapat
mempercayai siapapun. Dan lagi hanya jika bindusara kembali saja, maka
Noor Khorasan anaknya akan memiliki masa depan yang cerah.
Di
hadapan dewan istana dan ratu Charumitra, pendeta berpura-pura prihatin
dengan kondisi Magadha. Dia meminta mereka semua berhenti meratapi
kematian Bindusara dan bangkit menyelamatkan Magadha. Karena kalau
tidak, semua kehancuran ini akan menjadi penghinaan bagi Dinasti Maurya.
Menurut pendeta, satu-satunya cara untuk menyelamatkan Magadha adalah
menganagkat raja baru. Helena mengusulkan kalau anak Bindusara, Sushim
akan menjadi raja Magadha. Tapi pendeta tidak setuju, karena mereka
tidak butuh raja atas nama saja, tapi raja yang sesungguhnya. Sushim
baru berusia 1 tahun, bagaimana dia akan memerintah Magadha? Saran
pendeta adalaah agar mereka memilih raja yang kuat, yang tahu bagaimana
memerintah negara, mempertahankannya dari serangan musuh dan memiliki
kekuatan untuk menghentikan semua kerusuhan ini. Pendeta menunjuk
Justin. Helena tidak setuju, dia merasa keberatan. Begitu pula Justin,
dia menolak, "aku berduka karena kematian kakak, dan aku tidak bisa
mengambil tempatnya. Tidak akan pernah!" Pendeta membujuk, "jangan
terlalu emosional. Pikirkanlah Magadha." Pada Charimutra, pendeta
berkata kalau Sushim dapat di serang juga, dan satu-satunya yang dapat
melindungi Magadha hanyalah Justin. Pendeta meminta peretujuan para
menteri. Para menteri setuju. hanya satu menteri yang menyarankan agar
mereka meminta pendapat Khorasan tentang keputusan ini. Kalau dia
setuju, maka mereka semua juga setuju.
Khurasan
bersiap-siap untuk melakukan pencarian. Dia berpamitan pada Boor dengan
berkata kalau Bindusara masih hidup, maka dia akan menemukannya dan
membawanya pulang. Setelah berkata begitu dia pergi.
Di
depan dewan istana, pendeta berkata kalau dirinya tidak tahu di mana
Khorasan berada. Dan jika mereka menantiu persetujuan Khorasan, maka
Magadha akan terbakar habis. Keputusan harus diambil sekarang. Helena
berkata kalau semua orang menginginkannya maka dia setuju dengan ususlan
ini. "untuk dinasti Maurya. Justin, kau harus menerima penobatan!"
Pendeta, Helena dan Justin saling bertukar sambil menyerigai puas
melihat rencananya berhasil.
Sementara itu, Dupatrari berusaha keras mengobati Bindusara. Setelah susah payah, akhirnya Bindusara tersadar.
Di istana, Justin di nobatkan menjadi raja baru Magadha. Dengan suara penuh wibawa, pendeta berkata, "Mulai hari ini, Justi adalah Raja baru Magadha!" Sinopsis Ashoka Samrat episode 2
Di istana, Justin di nobatkan menjadi raja baru Magadha. Dengan suara penuh wibawa, pendeta berkata, "Mulai hari ini, Justi adalah Raja baru Magadha!" Sinopsis Ashoka Samrat episode 2
0 komentar:
Posting Komentar