kayaknya tuh bagusnya aku bilang kalo bulan neh jadwal menyepi dari keramaian sos-med. hanya sedikit akun yang aktif dulu. cus aku butuh menyepi agar tak terpengaruh lingkungan dan bisa fokus nyelesain novel horor, n lagi aku lagi belajar nulis epik kolosal. jadi kalo aku belum bisa balas sana-sini, jangan ngambek ya plis cus aku lagi mo fokus, butuh keheningan. agar tenang nyelesain muanya getuh. sekarang lagi asik ama ashoka. aku mah getuh orangnya, susah dipahami kalo gak ngomong napa aku ilang-ilang...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 10.
Bindusara membantu Ashoka bangkit sambil memuji Ashok sebagai atlet yang
sangat baik, karena telah mengalahkan Sushim dan Shera, Bindu terlihat
senang. Dia mengeluarkan sekantong koin dan hendak menyerahkannya pada
Ashoka ketika Sushim berteriak mengatai Ashok, curang karena mengambil
jalan pintas. Tapi beindu membela Ashok dengan mangatakan kalau itu bukan kecurangan tapi kepintaran. Yang terpenting adalah siapa yang tiba di garis finish
tercepat, bukan jalan yang di tempuhnya. Bindu menyuruh Sushim mengakui
kemenangan Ashok dan menerima kekalahannya. Sushim dengan marah
meninggalkan arena. Bindu tak memperdulikan kepergian Sushim, dia mengajak Ashok pulang bersama. Ashok dengan rendah hati menolak. Tapi
Bindu memaksa. Dia mengajak Ashok naik Gul Bushan bersamanya. Ashok
terlihat senang. Bindu menyuruh pelayan membawakan kudanya. Dia lalu
mengangkat tubuh Ashok dan mendudukannya di atas punggung Gul Busha.
Setelah itu ia sendiri naik di belakang Ashok. Bindu tersenyum, sambil
memegang bahu Ashok dia menarik tali kekang kuda. Gul Bushan pun melaju
kencang menuju istana.
Ratu Noor menemui dharma
dan bertanya dengan nada marah mengapa Darma membiarkan Bindusara pergi
bersama Sushim. Dharma menjawab, "beliau ingin menghabiskan waktu
bersama anaknya, bagaimana saya bisa menghentikannya?" Noor mengancam ,
kalau sampai terjadi sesuatu pada Bindu, dia tidak akan memaafkan
Dharma. Lalu dengan geram Noor pergi. Sepeninggal Noor terdengar
pengumuman kalau Bindusara datang. Dharma berjalan ke jendela, dia
melihat Ashok dan Bindusara berkuda bersama. Dharma terkejut tapi senang, "samrat dan Ashok berkuda bersama?" tapi saat di lihatnya Ashok meringis kesakitan, Dharma terlihat khawatir.
Turun
dari kuda, Bindu membopok tubuh Ashok dan membaringkannya di atas
tempat tidur. Telapak kaki Ashok berdarah. Dharma terlihat cemas.
Cepat-cepat dia menghampiri Ashok dan menyentuh kakinya. Bindu berkata
dengan nada menyesal, "seharusnya aku menghentikan Sushim. Semua
salahku, sampai anak ini terluka. Sekarang dia menjadi tanggung jawabku.
Obati dia." Tanpa buang waktu, Dharma segera mengambil ramuan obar dan
mengobati kaki Ashok sambil meneteskan air mata. Dia seperti merasakan
sakit yang di rasakan Ashok. Dengan penuh kasih sayang, dia mengobati
dan membalut luka di kaki Ashok. Merasakan sentuhan Dharma, Ashok
teringat pada ibunya saat dia mengobati dirinya yang sedang terluka
dengan wajah cemas, dulu sekali. Teringat kenangan itu, Ashok berkata,
"anda seperti ibuku." Dharma tertegun. Bindupun tertegun mendengar
kata-kata Ashok. Tapi tidak sempat berkomentar karena Chanakya datang. Bindu memberi hormat pada Chanakya. Ashoka berkata pada Dharma lagi kalau cara Dharma mengobati lukanya sama persis
dengan yang dilakukan ibunya. Dharma tidak menyahut, dia tetap berusaha
menutupi wajahnya engan selendang. Chankay menegur Ashoka, "aku dengar
kau menantang pangeran Sushim?" Ashok membantah, kalau bukan dirinya
yang mulai, tapi Sushim. Bindu membenarkan, "itu hanya sebuah kompetisi,
anak ini memiliki berbakat." Chanakya senang melihat reaksi Bindu yang
memuji Ashok, "tapi ia menyebut dirinya samrat." Ashok menyahut, "bukan hanya menyebut, tapi
akan jadi." Bindu tersenyum, "anak ini seperti anak dari keluarga
kerajaan." Dharma menatap Bindu. Bindu berkat alagi dengan antusias,
"dia berbakat..." Mendengar pujian Bindu, Ashok langsung besar kepala,
"terimakasih, Samrat. Hanya anda yang bisa melihat bakatku, achari ini
menganggap remeh diriku." Menedngar kata-kata Ashok yang tidak sopan
pada Chanakya, Bindu naik darah dan memperingatkan Ashok agar tidak
bicara seperti itu lagi pada Chanakya. Ashok meminta maaf.
Dua orang pengawal muncul sambil membawa tandu. Chanakya berkata kalau dia akan membawa Ashok pergi denganya. Tapi
Ashok tak mau di tandu. Dia langsung berdiri dan bicara kalau dirinya
tidak membutuhkan pengobatan apapu. Sebelum pergi dia memberi hormat pad
Dharma dan mengucapkan terima kasih. bindu dan Chanakya menatapnya
pergi dengan langkah pincang. Begitu juga Dharma. Sepeninggal Ashok,
Chanakya berkata pada bindu, "anda seharusnya tidak pergi begitu saja."
Bindu menyahut kalau kematian bisa datang kapan saja dalam hidupnya, dia
ingin mulai melakukan sesuatu yang dia kerjakan dalam hidupnya, "aku
punya pekerjaan yang belum terselesaikan. Sampai aku menuntaskannya, aku
tidak akan mati." Chanakya mengamini keinginan Samrat dan berpamitan.
Bindu segera melipat tanganya memberi salam. Sebelum peri, Chanakya
menatap Dharma yang juga memberinya salam meski dengan wajah terutup
kerudung.
Chanakya terlihat gundah dan seperti
sedang banyak pikiran. Radhagupta yang melihat itu bertanya, "apa yang
terjadi Achari?" Chanakya berkata, "aku telah membuat anak dan ibu
terpisah. Ini sangat kejam. Anak yang seharusnya tinggal di istana harus
tinggal di kandang kuda. Merawat kuda, dan melayani samrat tanpa tahu
kalau itu anaknya sendiri. Kelak orang-orang akan menganggap aku sangat
egois, tapi di balik keegoisan ini adalah kebaikan untuk Magadha. Ashok
adalah masa depan Magadha. Dan apapun yang di perlukan untuk
menjadikannya Samrat, akan aku lakukan."
Charumitra
sedang berhias di kamarnya ketika Sushim datang dengan marah-marah.
Katanya, "dia orang biasa, tinggal di kandang kuda. Dan ayah memujinya
di depan aku. Siapa anak itu? Dia bukan siapa-siapa dan ayah membawanya
kembali ke istana dengan menaiki kudanya." Charu mencoba menenangkan
Sushim, "kau memiliki begitu banyak kemarahan dan ini layak di miliki
oleh seorang samrat. Tetapi kau harus menggunakan kemarahanmu dengan cara yang benar." Dengan geram Sushim berkata kalau dirinya tidak tahan melihat Bindu mencintai orang lain. Charu membenarkan, "akupun tidak tahan. Kau putra sulungnya, samrat harus lebih mencintaimu. Hari
ini ada perayaan kembalinya Samrat. Bersiap-siaplah. Emosimu sangat
berharga, jangan mengumbar kemarahan untuk anak biasa." Lalu Charu
mengambil kotak dan mengeluarkan sejenis ular beracun. Charu mengamati
ular itu sambil senyum. Sushim mengambil botol dari dalam kotak dan
memberikannya pada Charu. Dengan botol itu, Charu menanpung bisa ular
sambil bercerita kalau ketika Sushim berusia 1 tahun, Bindu diserang.
Semua orang berpikir kalau Bindu sudah mati dan justin sudah siap
mengambil alih tahta yang merupakan hak Sushim, "hari itu aku sangat
takut akan nasibmu, karena itu aku mulai mengontrol roh jahat yang
datang diantara dirimu dan tahta. Percayalah pada kekuatanmu. Apa yang
kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. Tenang dan percayalah pada
ibumu." Charu memberikan botol berisi racun itu pada Sushim, lalu Sushim menyimpannya dalam kotak.
Ratu
Noor sedang mandi, Justin datang. Noor meminta semua pelayan pergi.
Justin menghampiri Noor dan duduk di belakangnya. Justin berkata kalau
sangat tidak adil untuk wanita lain, karena noor memiliki kecantikan
melebihi mereka. Noor berkata, "tidak baik kalau kau datang kekamarku
seperti ini." Justin sambil mengelus wajah Noor berkata kalau noor
adalah miliknya dan Bindu tidak akan membawa Noor jauh dari dirinya.
Dengan gesit Noor meraih belati dan menghunuskannya ke leher Justin.
Justin tidak mengelak, ataupun takut. Dia hanya diam tak bergerak. Noor
mengancam Justin kalau sampai Justin berkata seperti itu lagi, dia akan
membunuhnya. Setelah berkata begitu, Noor keluar dari bak mandi menuju
ke cermin. Justin tertawa. Dia melangkah mendekati Noor dan berdiri di
belakangnya. Justin mengendus rambut Noor dan memanggilnya kucing liar. Noor membalas mengejek Justin dengan berkata kalau menjadi kucing liar
lebih baik daripada kucing domestik yang bersembunyi dibelakang ibunya.
Justin tertawa sambil mengaku kalau dirinya tak akan menang kalau adu
ejekan dengan noor. Sebelum pergi, Justin berkata kalau mereka akan
bertemu lagi di perayaan. Noor tersenyum licik.
Persiapan
untuk perayaan besar itu di lakukan dengan masimal. banyak hidangan
kerajaan di persiapkan. Bindu sedang bersiap di kamarnya. Dharma ada di sana.
Pelayan membawakan mahkota ke depan Bindu. Bindu berkata kalau perayaan
itu diadakan karena dia kembali hidup. Dia ingin ibunya saja yang
meletakkan mahkota itu ke kekepalanya. Helena datang. Bindu tersenyum
senang, "ma, aku sedang membicarakanmu." Bindu bertanya kenapa Helena
belum bersiap. Helena menjawab kalu dirinya tidak punya hak untuk datang
ke perayaan. Dia meminta maaf atas apa yang dia katakan tentang Achari
Chanakya kemarin, "aku tahu saya telah menyakiti hatimu. Seharusnsya aku
tidak amengatakan semua itu." Bindu berkata, "mengapa anda mengatakan
semua ini? saya tahu anda sangat peduli padaku. Anda peduli pada
keselamatanku sehingga anda berkata begitu. Sudah saya katakan, anda
adalah orang yang paling penting untukku. Bagaikan Krishna mempunyai
yasoda. AKu mempunyai anda. Jika ana menentangku, itu pasti demi
kebaikanku. Jika anda tidak datang ke perayaan, maka aku akan
menghentikannya." Helena melarang, "jangan. Rakyat Patliputra
menunggumu. Mereka mempunyai haak atasmu. Biarkan mereka merayakannya. Tapi
katakanlah kalau engkau memaafkan aku." Bindu berkata kalau dirinya
bahkan tak bisa mengatakan kata-kata itu helena, dia lebih baik mati.
Dharma tersentak. Helena menutup bibir Bindu dan menggengam tangan di
depannya. Bindu meraih tangan Helena. Helena tersenyum dan meraih
mahkota. Dia menatap Mahkota dengan tamak, dan membayangkan dirinya
sedang memasangkan mahkota itu kekepala Justin yang tertawa bahagia. tapi
bayangan itu hanya selintas saja, karena kemudian helena tersadar.
Dengan senyum di bibir, dia memasangkan mahkota ke kepala Bindu. Bindu
mengucapkan terima kasih dan meminta Helena pergi bersiap-siap. Setelah
Helena pergi Dharma menghampiri Bindu dan menyerahkan gelas berisi
ramuan. Bindu mengambil gelas itu dan berkata kalau dia merasa Dharma
datang padanya dan merawatnya adalah karena doa ibunya. Dia merasa
beruntung Dharma ada di sisinya dan mengobatinya. Dharma tersenyum.
Bindu mengundang Dhrama datang ke perayaan, karena itu adalah malam
khusus untuk pelayan. Setelah berkata begitu, Bindu meminum obat buatan
Dharma dan pergi. Setelah tinggal sendiri di kamar, Dharma dengan mata
berkaca-kaca berpikir, "bagaimana aku akan memakan makanan kerajaan
kalau anakku tidak ikut menikmatinya."
Di kandang
kuda, Ashok dan kawan-kawan sedang menikmati makan malamnya. Ashok
membolak-balik bagiannya danberkata kalau makanan iu tidak sedap.
Temannya menyahut setengah menyindir dengan berkata kalau itu bedanya
samrat asli dan samrat palsu. "makanan ini adalah hadiah karena menang
melawan pangeran Sushim." Yang lain mengatakan kalau Sushim memiliki 51
hidangan makan malam. Hidnagan itu sangat menakjubkan. Ashok berkata
kalau dirinya yang menang, jadi dia akan merayakannya. Dia berjanji akan
membuat kawan-kawannya di istal makan makanan kerajaan.
rakyat
mulaia berdatangan memasuki istana, perdana menteri yang menyambut
mereka. Khorasan memanggil pengawal dan menyuruh mereka memperketat
penjagaan. Ketika para pengawal mulai berjaga, tiga orang anak dengan
topeng menutupi wajah muncul. Mereka membicarakan Samrat Ashok. Lalu
sejenak mereka membuka topengnya menampakan wajah asli mereka. Ternyata
mereka adalah teman-teman Ashok dari desa. Teman-teman setia yang selalu
melayani dan menemani Ashok.
Dengan topeng
menutupi wajah mereka berusaha masuk ke istana. Tapi Khorasan
menghentikan mereka dan menanyainya. Mereka menjawab kalau mereka datang
untuk menghibur Samrat. Perdana menteri tertawa dan berkata kalau
mereka bertiga tampak lucu, lalu meminta agar Khorasan mengizinkan
mereka masuk. Khorasa amengangguk. Ketiga anak itupun berhasil masuk
keistana. Para pengawal melaor pada Khorasan. Khorasan berkata kalau
dirinya yang akan mengawasi keamanan malam ini. Dia tidak ingin musuh
menyelinap dan menyerang Samrat lagi. Para pengawal mengangguk dan
pergi. Tiba-tiba seorang pria datang tergopoh-gopoh sambil memanggil
senopati. Prajurit segera menghentikannya. Pria itu memberitahu Khorasan
kalau anaknya di bawa binanga buas. Perdana menteri dan Khorasan segera
menghampirinya dan mengusir pria itu. Pria itu memprotes perlakuan
Khorasa dan berkata kalau rakyat di landa kecemasan karena binatang buas
tapi raja malah mengadakan pesta di istana. Perdana menteri dan Khorasa
terdiam, Chanakya datang dan bertanya apa yang terjadi? Khorasan
memberitahu Chanakya kalau pria itu mengatakan anaknya di ambil
binatang. Chanakya memprotes reaksi Khorasan, "anda tahu bagaimana
sakitnya kehilangan anak karena anda juga pernah mengalaminya. Aku tidak
ingin mencampuri pekerjaan anda, tapi seharausnya anda tidak
menghalanginya untuk datang mengeluh pada Samrat. Ini haknya." Setelah
berkata begitu, Chanakya peri, Khorasan terlihat berpikir.
Dengan
mengendap-endap, Ashok datang ke istana. Saat melihat Chanakya lewat di
depannya, Ashok cepat-cepat menyembunyikan diri. Begitu suasana
lenggang, dengan gesit Ashok masuk ke sebuah kamar. Dia melihat pakaian
tergeletak. Dia mendapat ide. Dengan peratalatan yang ada di kamar itu,
Ashok berdandan, melukis tubuhnya dan memakai topeng. Entah darimana dia
mendapatkan topeng itu, tapi topeng yang di pakainya sama persis dengan
topeng yang di pakai ketiga temanya.
Bindusara
di dampingi Justin, Helena, Khorasan dan perdana menteri memasuki aula.
Diantara rombongan para dayang, terlihat Dharma yang berjalan di
belakang Justin sambil memegangi selendang untuk menutupi wajahnya.
Semua orang menyambut Samrat. Samrat duduk di tahtanya lalu berkata
kalau semua orang berdoa untuk keselamatannya, dia mengucapkan terima
kasih untuk itu. Bindu memerintahkan agar perayaan di mulai. Tapi
tiba-tiba Chanakya dan Radha gupta datang memasuki aula. Semua orang
berdiri memberi Achari salam hormat, Begitu juga samrat, dia berdiri dan
memberi salam pad Chanakya. Chanakya tersenyum, mengangkat tangan
sambil berkata, "aku ingin memberimu hadiah pad akesempatan ini, tapi
sebagai acharya aku hanya akan memberimu berkat." Bindu menjawab kalau
berkat Achari ternilai harganya. Chanakya hendak beranjak ke tempat
duduknya ketika Helena menghampirinya. Dengan arogan dia berkata pada
Chanakya kalau dulu chanakya pernah duduk di samping Samrat, tetapi
sekarang dia duduk jauh darinya. Helena tahu betapa Chanakya berusaha
keras untuk merebut posisi itu kembali, tapi semua telah berubah seiring
berjalannya waktu. Chanakya hanya tersenyum. Sebelum pergi, dengan
penuh percaya diri Helena memberitahu Chanakya kalau kini semua ada di
bawah kendalinya. Sambil tersenyum licik, helena kembali ke tempat
duduknya. Chanakya menarik nafas lega.
Charumitra
memasuki aula di dampingi Sushim. Dia langsung menghadap Bindusara dan
berkata kalau Sushim sangat senang Bindu pergi berkuda denganya. Bindu
menjawad dengan diplomatis meskipun dirinya samrat, tapi dia juga
seorang ayah. Dan Sushim adalah putra sulungnya. Charu menyahut cepat,
"senang rasanya melihat Anda memberinya hak sebagai putra sulung, karena
aku tidak pernah mendapatkan hak ku sebagai istsri pertama." Bindu
tersenyum pengertian, lalu meminta Charu duduk disampingnya. Charu
menurut. Kesempatan itu di gunakan Charu untuk menyempaikan isi hatinya
pada Bindu. Charu berkata kalau dirinya sangat khawatir dengan nasib
Sushim kalau sampai terjadi sesuatu pada Samrat. Karena hanya dia
seorang yang memikirkan kebaikan Sushim. Helena menegur Charu karena
berbicara tentang kesehatan Bindu seperti itu. Charu membela diri,
"ketika seorang ibu bicara, dia tidak memikirkan hal lain lagi." Helena
berkata, "tapi kau seharusnya melihat situasi." Bindu menengahi dengan
bertanya kalau-kalau Charumitra ingin meminta sesuatu yang lain. Charu
mengangguk, dia ingin Bindu mengumumkan Sushim sebagai berikutnya. Semua
orang tertegun. Noor muncul bersama Siamak. Mendengar pemintaan Charu
Noor langsung menyela, "mengapa mengabaikan pangeran Siamak ketika
bicara tentang samrat berikutnya?" Charu menoleh kearah Noor dan berkata
kalau pembicaraan ini membuatnya khawatir, "Sushim adalah putra tertua,
dia berhak atas tahta." Noor menyahut dengan pedas, "dia mungkin putra
tertua, tapi dia yang gemilang yang harus menduduki tahta. Dan
Sushim...aku dengar Sushim kalah dari anak biasa..." Noor mengatakan
kalau saat ini adalah saat yang tepat untuk mengumumkan samrat
berikutnya. Biarlah ada kompetisi antara Sushim dan Siamak, yang menang
diantara merekalah yang berhak menjadi Samrat. Perseteruan
terang-terangan pun di mulai. Sushim dan Siamak saling berpandangan
dengan tatapan penuh rasa bermusuhan. Masing-masing ingin terlihat
garang bagi yang lainnya. Tiba-tiba tanpa peringatan, Sushim mencabut
belati dan melempatkannya kearah Siamak. Semua yang hadir terkejut. Tapi
Siamak berhasil menghindar, belati itu melayang melewati siamak dan di
tangkap oleh sebuah tangan penuh lukisan... tangan seorang anak yang
memakai topeng.... tangan Ashoka.......Sinopsis Ashoka Samrat episode 11
0 komentar:
Posting Komentar