episod yang ini lagi seru banget, ada adegan rush-nya lagi, aku suka! jadi harus pelajari juga tu adegan getuannya to? hm, kayaknya banyak yang cariin aku deh napa ilang sana-sini. cus tiap tanggal 1 kan aku ganti jadwal getuh. jadi sabar ya napa aku ga balas sana-situ. ntar kalo aku buka akun-akunnya pasti aku balas, jangan ngambek plis. bukannya cuek juga sih, aku orangnya ikutin jadwal yang aku komitmenkan. n sekarang jadwalnya nulis novel epik kolosal, jadi aku ga posting info lomba menulis dulu...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 9 by Sally Diandra. Dharma bersembunyi dibalik pilar pilar besar agar tidak terlihat oleh Khurasan, para prajurit berjalan kesana kemari, Khurasan bertanya pada para prajurit “Apa yang terjadi ?”, “Disana ada seorang monster buas yang membawa anak itu pergi dan kami juga menemukan kepala kepala, dia ada disini !” ujar prajurit, Dharma yang bersembunyi nampak panik “Samrat saat ini masih kurang sehat, dia tidak boleh tahu tentang hal ini, aku akan menangani masalah ini, lindungi pangeran Sushima dan pangeran Siamak” perintah Khurasan
Ashoka sedang
berada diruang sidang, dia duduk disinggasana Maharaja, Ashoka
bersandiwara layaknya seorang Samrat dan berkata “Kamu penjaga toko yang
telah menipu, kamu akan dihukum!” tepat pada saat itu Acharaya
mengintip tingkah lakunya dari balik pintu bersama Radhagupta, muridnya.
Rhadagupta tertawa melihat tingkah laku Ashoka yang pura pura menjadi
Samrat, tak lama kemudian Acharaya keluar dari persembunyiannya dan
menemui Ashoka, Ashoka terkejut begitu melihat Acharaya berdiri diepan
pintu, para prajurit juga tiba disana “Tangkap anak itu !” perintah
Acharaya lantang, para prajurit bergegas mengejar Ashoka “Kamu selalu
menghianati aku !” ujar Ashoka sambil melompat dan menghindar dari
kepungan para prajurit, Acharaya sangat terkesan melihatnya, Ashoka
membuat semua prajurit berlari lari mengejarnya kesana kemari,
Radhagupta yang penasaran dengan tujuan Acharaya mulai bertanya
“Acharaya, mengapa kamu melakukan ini semua ?”, “Dia selalu mencoba
untuk bertemu dengan ibunya” pada saat itu Dharma datang menemui
Acharaya dan berkata “Ini adalah tindakan yang kejam untuk seorang anak
kecil dengan tidak membiarkan aku bertemu dengannya”, “Kamu telah
memberikan janjimu, ini semua untuk perlindungannya, kamu harus menjauh
darinya untuk keselamatannya, selama aku masih hidup maka dia akan tetap
aman” ujar Acharaya “Aku percaya padamu tapi ketika Samrat tidak
selamat lalu bagaimana dengan Ashoka” Dharma sangat panik “Tidak ada
tempat untuk keragu raguan ketika kamu sudah mempercayai seseorang,
Dewi”, “Selama ini kami hidup bahagia di Vann, kamu telah melibatkan
kami dalam masalah dengan membawa kami kesini” Dharma kelihatan sedih
“Ashoka tahu bagaimana cara keluar dari masalah ini” ujar Acharaya dan
berlalu meninggalkannya.
Saat
itu Ashoka bersembunyi dari para prajurit, Ashoka melihat Helena sedang
berbicara dengan Bindusara, Bindusara melihat ada sekelebat bayangan
“Heiii ! Siapa itu ? Keluarlah !” perintah Bindusara, Ashoka segera
meninggalkan tempat tersebut secara diam diam. “Acharaya saat ini telah
amat sangat melewati batas, Bindusara” ujar Helena “Dia itu orang yang
baik, ibu” ujar Bindusara “Acharaya telah membunuh banyak orang, aku
tidak percaya padanya sepenuhnya, mengapa dia kembali lagi setelah
berbagai macam alasan, apa alasannya ?”, “Permasalahan dalam
kehidupankulah yang telah membawanya kembali”, “Mungkin dia mengira
bahwa kamu tidak layak menjadi seorang Samrat dan dia pikir seseoranglah
yang seharusnya menjadi Samrat” Helena berupaya meracuni pikiran Bindu
agar membenci Acharaya “Aku percaya padanya” ujar Bindu, Helena nampak
tidak suka dengan ucapan Bindu, Helena menjauhi Bindu dan pura pura
sedih “Kamu lebih mempercayai dia daripada aku ? Kamu memiliki
kekuasaan, Acharaya memiliki kekuasaan, sedangkan aku, aku hanya seorang
ibu, aku mengkhawatirkan kamu, besok adalah pesta perayaan penyambutan
kepulanganmu kembali akan tetapi aku tidak mempunyai hak sepenuhnya
padamu, jika aku adalah ibu kandungmu maka kamu seharusnya memikirkan
aku lebih serius” ujar Helena dengan nada memelas “Ibu, kamu memang
adalah ibuku yang sesungguhnya, kamulah yang paling berharga untukku,
aku mohon tolong jangan meminta aku untuk memilih antara kamu dengan
Acharaya, aku membutuhkan kamu dan Magadha membutuhkan Acharaya” ujar
Bindusara sambil melipat tangannya didepan dada memohon pada Helena yang
saat itu menoleh dan berjalan mendekati Bindu, tak lama kemudian Dharma
menemui mereka dan berkata “Maaf mengganggu anda, tapi ini saatnya
pengobatan” ujar Dharma sambil menutupi wajahnya dengan dupattanya,
Helena mendekatinya dan berkata “Acharaya dan Maharaja percaya padamu,
jangan sampai kamu menipunya !” ujar Helena, Dharma menganggukkan
kepalanya.
Didalam istana, ada seorang anak yang
memasuki kamar ibu Ratu Helena, anak tersebut merasa takjub dengan
dekorasi kamar ibu Ratu Helena yang sangat indah, anak yang bernama Bal
Govin itu berkata dalam hati “Ibu Ratu Helena pasti akan senang dengan aku, dia pasti akan memberikan aku hadiah, aku tidak bodoh”
tepat pada saat itu prajurit datang kesana dan bertanya “Sedang apa
kamu disini ? Hey kamu tidak boleh datang ke istana ini dengan pakaian
seperti ini ! Apakah kamu kesini mau mencuri ?” Bal Govin panik “Tidak !
Aku datang kesini untuk pekerjaan penting dengan ibu Ratu Helena”,
“Kamu bohong pada kami !” para prajurit tidak percaya dengan Bal Govin
“Aku bekerja di istal kuda, kamu bisa bertanya pada ibu Ratu Helena”
prajurit akhirnya mengijinkan Bal Govin pergi “Baiklah kalau begitu,
pergi dari sini !” Bal Govin segera meninggalkan tempat tersebut.
Bal
Govin sudah berada diluar ruangan, dirinya merasa ada seseorang yang
mengikutinya dari belakang dan tiba tiba Bal Govin melihat bayangan
seseorang yang sangat misterius mendatangi tempat itu dengan jubah
hitamnya, Bal Govin sangat panik dan berusaha melarikan diri dari tempat
itu, namun apa daya dirinya dibawa oleh pria misterius tersebut.
Maharaja
Bindusara sedang berada dikamarnya menatap rembulan melalui celah
jendela kamarnya, dirinya sangat merindukan Dharma, lagu Tum Hi To Mere
Ho pun mulai terdengar, Dharma menemui Bindusara, hendak melakukan
pengobatan, Bindu berbaring ditempat tidur, Dharma mengobati Bindu dan
berkata “Luka anda berdarah, Maharaja”, “Aku sudah terbiasa dengan darah
dan bila darah itu keluar untuk bangsaku maka aku tidak peduli” ujar
Bindu sendu “Kadang kadang merasa menderita memang lebih baik” ujar
Dharma sambil mengobati luka Bindu “Ketika rakyat melihat seorang
Maharaja, mereka melihat kemewahannya, mereka melihat keuntungannya akan
tetapi mereka tidak melihat permasalahan yang ada pada tahtanya dimana
dia harus menghadapi semua persoalan ini, akan tetapi diatas semua itu
aku telah menderita kehilangan Dharma” Dharma yang mendengarkan sedari
tadi terkejut “Aku telah memberikan kehidupanku untuknya, aku telah
memberikan nyawaku, cintaku untuknya dan aku telah menjauh darinya
bahkan hari ini, aku telah meninggalkannya atas desakkannya” Dharma
teringat ketika dulu dia meminta Bindu untuk pulang memerintah Magadha
kembali dan meninggalkannya “Aku telah melakukan semuanya apa yang
seorang Maharaja harus lakukan akan tetapi setelah 14 tahu, aku masih
menderita kehilangan Dharma” Dharma benar benar panik, Bindusara
kemudian bangun dan tidak sengaja tangannya menyentuh pipi Dharma,
Bindusara terkejut dan teringat bagaimana ketika dulu dirinya menyentuh
wajah Dharma, Dharma segera menutupi kembali wajahnya, ketika Bindusara
hendak menyentuh wajah Dharma lagi, Dharma menghindar dan berkata “Saya
akan datang lagi dengan obat obatan yang lain”, “Mengapa aku merasa aku
pernah kenal denganmu ?”, “Saya telah mengobati anda selama beberapa
hari mungkin anda baru mulai menyadari keberadaan saya” ujar Dharma
sambil masih terus menutupi wajahnya kemudian pergi meninggalkan
Bindusara “Tidak, aku telah melihatnya di ruang sidang tapi kenapa aku
masih merasa bahwa dia adalah Dharma ? Mungkin ini hanya imaginasiku
saja” ujar Bindu sedih
Ashoka kembali ke istal
kuda, dia menemukan seorang anak yang sedang menangis “Jangan takut
padaku” salah satu anak berkata “Setelah Bal Govin, mereka pasti akan
mengambil aku juga” Ashoka kaget “Apa ? Dimana Bal Govin ?” salah satu
anak menunjuk kesebuah tembok dimana terdapat gambar tengkorak menempel
ditembok tersebut “Ini adalah tanda dari hewan buas itu, dia telah
mengambil Bal Govin” ujar anak tersebut “Aku tidak pernah melihat hewan
buas di Vann (tempat tinggal Ashoka), apakah kamu pernah melihatnya ?”,
“Seseorang yang bisa melihatnya akan dibunuh ! Dulu dia mengambil dua
teman kami dan sekarang dia mengambil Bal Govin, kami tidak tahu apa
yang akan dia lakukan pada mereka”.
Pada saat
itu Bal Govin sedang diikat dalam sebuah ruangan, seorang pria misterius
menemuinya, pria itu mengenakan pakaian bergambar tengkorak dengan
aksesoris tulang tulang manusia melingkar dilehernya, Bal Govin
berteriak ketakutan, ditempat Ashoka dan teman teman barunya, Ashoka
berkata “Tidak ada hewan buas yang masih ada sekarang”, “Lalu kemana
anak anak itu pergi ?” tanya salah satu anak. Ditempat Bal Govin
disekap, Bal Govin meminta pada pria misterius untuk melepaskan dirinya
“Aku membawa anak anak kesini untuk menikmati penderitaan mereka”
kembali pria misterius itu mencambuk Bal Govin.
Sementara
itu di tempat Ashoka, Ashoka masih tidak percaya kalau ada hewan buas
“Itu hanya mitos belaka, Bal Govin pasti melarikan diri dari sini,
apakah kamu semua ingin tinggal disini ? Dia pasti telah merencanakan
untuk melarikan diri dari sini” Ashoka mencoba menghibur teman temannya
yang panik “Bagaimana dengan tanda ini ?” tanya salah satu anak “Ini
pasti telah direncanakan oleh dia, jika aku tahu lebih dulu cerita ini
maka aku akan melarikan diri juga seperti Bal Govin” Ashoka masih
mencoba mencairkan ketegangan yang dirasakan oleh teman temannya dan tak
lama kemudian diapun pergi meninggalkan teman teman barunya itu yang
masih panik memikirkan hewan buas yang akan segera menyerang mereka.
Sushima
saat itu juga hendak pergi tidur, Charumitra (ibu kandung Sushima)
menemuinya dan menyalakan lilin yang melingkar dikamar di Sushima dan
berkata “Tidak baik bila calon Maharaja tidur terlalu malam”, “Aku tidak
ingin ada yang mencampuri urusan pribadiku !” ujar Sushima marah “Kamu
adalah anakku, kamu seharusnya menghormati aku, ibumu!”, “Lebih baik
kita ngobrolnya besok pagi saja” Sushima enggan berdebat dengan ibunya
itu langsung menarik selimut menutupi tubuhnya, Charumitra langsung
menarik selimut tersebut “Saat ibu berusia 16 tahun, ibu sangat
mendambakan sebuah cinta, ibu harus menanggung semua ini hingga akhirnya
kamu menjadi Maharaja”, “Apa yang ibu inginkan akan ibu dapatkan, aku
akan menjadi Maharaja” ujar Sushima optimistis “Itu adalah tugasku,
untuk mengatakan padamu apa bedanya antara kasar dan perilaku, ingat
jika ayahmu tahu tentang rahasiamu ini, dia tidak akan menjadikan kamu
raja, kamu harus memperbaiki sifatmu, keamanan sangat ketat, jangan buat
kesalahan yang bodoh yang akan membuatmu menyesal seumur hidup karena
ibu tidak akan bisa menerima kalau kamu tidak menjadi Maharaja !” ujar
Charumitra kesal kemudian berlalu meninggalkan Sushima, Sushima teringat
ketika ibunya mengatakan bahwa dirinya harus memperbaiki sikapnya,
Sushima berteriak “Tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan aku
menjadi seorang Samrat ! Tidak juga ayahku !” teriak Sushima lantang
Keesokan
harinya Ashoka sedang tertidur diistal kuda, Ashoka merasa kegelian
karena jilatan kuda yang berada didekatnya, tepat pada saat itu seorang
prajurit datang menghampirinya dan menendang tempat tidur Ashoka,
membuat Ashoka terjatuh dari tempat tidurnya “Bangun ! Ayo kerja !”
Ashoka segera bangun dan memulai bekerja sambil bergumam “Aku baru saja
mimpi indah tadi”
Didalam istana, ketika Sushima
hendak menemui ayahnya dikamarnya, didepan pintu Sushima bertemu Dharma
yang menutupi wajahnya sambil berkata “Maharaja sedang beristirahat,
jangan ganggu dia, pangeran” Sushima marah “Jangan pernah untuk berani
melakukan kesalahan, pelayan !” ujar Sushima sambil menyeruak masuk
kekamar Bindusara “Orang orang bilang kalau ayah sakit tapi aku merasa
ayah sudah siap untuk pergi keluar denganku, ayoo kita pergi keluar
seperti yang biasa kita lakukan setiap hari” Bindusara mendekati anaknya
“Sushima anakku, kamu sangat senang sekali pergi keluar dan aku tidak
pernah berkata tidak padamu, ayah pasti akan pergi dengan kamu” Dharma
masuk ke kamar Bindu sambil menutupi wajahnya dan berkata “Luka anda
masih belum sembuh benar, tidak baik kalau anda pergi keluar, Samrat”
Bindu tersenyum “Aku tidak pernah punya waktu untuk bersama sama dengan
anakku, jadi aku tidak bisa menolak keinginan anakku hanya karena lukaku
ini, aku tidak khawatir tentang lukaku ini karena kamu ada disini” ujar
Bindu sambil berlalu meninggalkan tempat tersebut, Sushima yang
mengekor dibelakang ayahnya menatap tajam kearah Dharma dengan muka
kesalnya sambil berlalu dari sana.
Ashoka masih
ada di istal kuda, Ashoka mendekati kuda yang hendak ditunggangi oleh
Samrat Bindusara, kuda itu namanya Gul Bhushan “Kamu ini juga Samrat
berkaki empat, aku juga Samrat dan jika kita berdua saling menghormati
satu sama lain maka itu akan baik” ujar Ashoka sambil berusaha menaruh
pelana diatas punggung Gul Bhushan namun Gul Bhushan menolak sambil
meringkik, Gul Bhushan tidak ingin disentuh sama Ashoka, kembali Ashoka
mencoba namun gagal lagi, anak anak yang lain yang bekerja di istal kuda
itu tertawa melihat tingkah Ashoka “Kamu ini jangan keras kepala !
Baiklah aku akan mencoba cara yang lain” Ashoka kemudian mengambil
makanan dan memberikannya ke kuda tersebut, Gul Bhushan memakan makanan
yang diberikan Ashoka melalui tangan Ashoka, ketika si kuda sedang asyik
makan, secepat kilat Ashoka menaruh pelana kuda dipunggung Gul Bhushan,
Gul Bhushan tidak menolak, Ashoka sangat senang akhirnya misinya
sukses, anak anak yang tadi mentertawakannya terperangah melihat usaha
Ashoka “Lihat ! Gul Bhushan bisa aku tangani” ujar Ashoka dengan
senyuman khasnya tepat pada saat itu Bindusara memasuki istal kuda dan
berkata “Tidak mudah untuk mengatasi Gul Bhushan”, “Bal Govin tidak ada
disini jadi akulah yang mengurusi Gul Bhushan” ujar Ashoka bangga “Jadi
Samrat dari negara Vann bekerja untukku ?” ujar Bindu sambil mendekati
Ashoka “Segera setelah saya membayar hutang saya, saya akan terbang dari
sini” Bindu tersenyum, pada saat itu Dharma juga masuk kedalam istal
kuda, namun bersembunyi dibalik tumpukan jerami, Dharma sangat senang
melihat pembicaraan Bindu dan Ashoka yang terlihat akrab, tak lama
kemudian Ashoka memberikan tangannya untuk Bindu agar bisa memanjat
kekudanya, Bindu segera naik keatas kudanya. Sushima yang melihat
perlakuan Ashoka ke Bindu segera memanggil Ashoka dan meminta Ashoka
untuk memberikan tangannya juga untuknya agar dia bisa memanjat ke
kudanya, ketika Sushima sudah naik kekudanya, Sushima langsung menendang
Ashoka, semua yang melihatnya terkejut, Ashoka jatuh terjerembab ke
tanah “Kamu tidak bisa mengurusi dirimu sendiri, bagaimana bisa kamu
mengurusi kuda ?” ejek Sushima dengan tatapan sinisnya, Bindu
menghampiri mereka “Kamu memang belum terbiasa dengan kuda tapi kamu
akan tahu tentang mereka” ujar Bindu “Tidak ! Kudamu tidak mengenal aku,
mereka tidak terbiasa denganku, aku ini Pawan, aku lebih cepat daripada
kuda makanya mereka itu cemburu padaku” ujar Ashoka bangga “Jadi kamu
mau balapan dengan kudaku Shera ?” Sushima menantang Ashoka “Jangan, itu
tidak akan sama, Ashoka dengan kakinya sendiri sementara kamu dengan
kudamu, itu tidak baik” Bindusara mencoba melerai mereka berdua “Aku
terima tantangan pangeran Sushima, Samrat !”, “Aku bukan pangeran tapi
Yuvraj Sushima !” bentak Sushima.
Ditengah
lapangan, Ashoka sudah siap bertanding dengan Sushima yang mengendarai
kudanya, Shera “Aku akan menunggu kalian berdua digaris finish” ujar
Bindusara sambil bersiap memberikan aba aba dengan benderanya, tak lama
kemudian pertandinganpun dimulai, Ashoka berlari sekuat tenaga sementara
Sushima memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, Ashoka kemudian
mengganti haluan larinya melalui jalur alternatif yang membuatnya
mencapai garis finish terlebih dahulu, Ashoka berjalan didepan Sushima
dan berhasil menginjak garis finish, Bindusara yang sudah menanti
kedatangan mereka merasa senang begitu melihat Ashoka memenangkan
pertandingan, Ashoka lari kearah Bindusara dan terjatuh dalam pelukan
Bindu, Bindu segera memegangnya lalu menyuruhnya untuk duduk diatas
batu, dilihatnya kaki Ashoka berdarah, Bindu berlutut lalu membersihkan
luka Ashoka dengan jubahnya, Ashoka tersenyum kearah Bindu “Ayah, apa
yang kamu lakukan ?” Sushima yang masih menunggangi kudanya tidak suka
ketika melihat ayahnya berlutut dan membersihkan luka di kaki Ashoka
“Ini apa yang dilakukan oleh seorang Samrat pada Samrat yang lain” ujar
Bindu sambil melirik kearah Ashoka, Ashoka tersenyum dengan senyuman
khasnya dan teringat ketika dirinya berkata pada Bindusara kalau dirinya
adalah Samrat “Seperti yang seharusnya Samrat lakukan pada Samrat yang lain” ujar Ashoka, ayah anak yang tidak saling mengenal ini saling tersenyum satu sama lain. Sinopsis Ashoka Samrat episode 10
0 komentar:
Posting Komentar