kemaren tuh laganya seru yah, aku suka adegan kejar-kejaran kayak kemaren tuh. tapi kok anak kecil dipermasalahkan banget sih sampe dikejar2 kayak getu kan dy hanya anak2. hm, meski beberapa akunku tuh libur kalo aku gak balas pesan jangan langsung dibilang sombong ya, hm jangan juga dikira karena lama gak update lagi sakit hehe. aku lagi belajar dari ashoka bikin novel epik kolosal neh. doain ya kelar segera, semoga disuka orang indonesia haha... hidup ibu pertiwi!
Sinopsis Ashoka Samrat episode 4 by Sally Diandra. “Ashoka
pergilah dulu” Dharma meminta Ashoka untuk meninggalkan mereka berdua, awalnya
Ashoka tidak mau bahkan menantang Acharaya namun akhirnya Ashoka menurut
perintah ibunya dan meninggalkan mereka berdua “Mengapa kamu kesini ?”,
“Bagaimana kamu bisa mendapatkan cincin kerajaan ini ?” ujar Chanakya sambil
menunjukkan cincin yang diambilnya dari Ashoka tadi “Maharaja selalu memberikan uang dan makanan untuk
rakyatnya tapi tidak memberikan perhiasan yang sangat pribadi seperti ini,
hanya keluarga kerajaan Magadha yang mempunyai hak memilikinya dan Samrat
(Maharaja) juga tahu itu jadi mengapa dia memberikannya untuk kamu ?” Dharma
panik mendengar ucapan Acharaya “Aku tidak tahu mengapa dia memberikan padaku,
jadi bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu ?”, “Jawaban kamu akan berimbas
pada masa depan Magadha, seperti dulu ketika aku bertemu dengan Chandragupta
ketika dia masih muda, dia
selalu menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Samrat, aku tahu bahwa dia masa
depan Magadha dan sekarang ketika aku melihat anakmu aku merasakan hal yang
sama, ini bukan kebetulan dengan kamu memiliki cincin ini, anakmu mempunyai
semua kwalitas seorang Samrat, kekuatan yang sama, kepintaran yang sama yang
dimiliki oleh seorang Samrat, aku kesini untuk menemukan Samrat untuk Magadha”
ujar chanakya dengan sikap yang tegas “Pergilah dari sini!”, “Kebenaran tidak
akan berubah, masa depan Magadha, kesuksesan Magadha terletak pada takdirnya
Ashoka” Dharma terperangah “Ini bukan takdir Ashoka tapi kejahatan untuk
kehidupan anakku dan aku akan melakukan apa saja untuk melindungi anakku dari
semua ini, kehidupan Ashoka akan lebih damai dan sejahtera, dia akan menjadi
seorang Brahma, jika kamu
tetap bertahan disini untuk beberapa menit saja maka aku berfikir bahwa kamu
telah melewati batas” Dharma tetap bersikeras dengan pendiriannya “Maharaja
Bindusara saat ini sedang dalam keadaan kritis, dia sedang bertarung antara
hidup dan mati” Dharma menangis “Magadha akan hancur bila kami tidak mengambil
keputusan”, “Lebih baik pergilah dari sini” Dharma langsung mengatupkan kedua
tangannya didepan dada memohon Acharaya untuk pergi, Acharayapun tau diri,
diapun mengatupkan kedua tangannya kemudian meninggalkan Dharma. Sepeninggal
Achary Chanakya, Dharma menangis dan berkata “Aku harus pergi dari sini dengan
anakku sehingga masa lalu tidak akan mengikuti anakku”
Sementara
itu Acharaya Chanakya menemui muridnya, Radhagupta yang menunggunya dari tadi “Sekarang
waktunya kita bertemu dengan Maharaja Bindusara setelah 14 tahun lamanya” ujar
Acharaya ke muridnya itu.
Ashoka menemui ibunya “Ashoka, kenapa
kamu membawa cincin ini bersamamu ?” tanya Dharma dengan kesal “Apa pentingnya
cincin itu, bu? Acharaya datang kesini karena cincin ini? Dan ibu marah padaku
juga karena cincin ini?” Dharma tidak menjawab pertanyaan anaknya namun
langsung menggeret lengan Ashoka “Kita harus pergi dari sini, Ashoka” Dharma
mengajaknya memasuki rumah “Kita harus pergi jauh dari sini” Ashoka merasa
heran dengan ibunya “Kenapa kita harus lari dari sini, bu? Apakah cincin ini ada hubungannya dengan seseorang
yang bertanggungjawab untuk kesedihan kita?”, “Ibu akan menceritakannya suatu
saat nanti” ujar Dharma sambil mengambil baju bajunya, Ashoka kesal “Aku ini
sudah berumur 14 tahun, kapan waktu yang tepat untukku, apakah karena orang itu
sehingga kita harus terus menjauhinya ?”, “Kenapa kamu keras kepala sekali ?”
Dharma mulai kesal dengan anaknya “Aku menanyakan hakku ! Siapa ayahku, ibu ?
Aku tidak akan pergi dari sini !”, “Kamu ingin dibunuh ?” Ashoka terperangah
“Siapa yang akan membunuhku?”, “Ashoka kamu itu bukan siapa siapa, kamu tidak
tahu apa apa, kekuatan ini tidak ada artinya, kamu harus ikut dengan ibu
kemanapun ibu pergi” Ashoka meninggalkan ibunya dengan raut muka kesal
Acharaya Chanakya dan Radhagupta memasuki istana setelah 14 tahun lamanya
pergi meninggalkan istana, saat itu prajurit menghentikannya dipintu gerbang,
kebetulan pada saat itu Khurasan menghampirinya dan berkata “Kamu datang
sebelum waktunya, aku tidak akan membiarkan kamu bertemu dengan Maharaja
Bindusara, pergilah dari sini Chanakya !” prajurit yang mendengar bahwa yang
datang adalah Chanakya langsung mempersilahkan masuk “Oh, maaf ,,, kamu adalah
Chanakya ?”, “Kamu tidak mendengarkan perintahku ?” Khurasan mulai marah pada
prajurit yang berjaga itu “Saya adalah prajurit Magadha dan Magadha mendapatkan
Samrat yang pertama kali karena peran Chanakya jadi saya tidak dapat
menghentikan langkahnya” Acharaya hanya tersenyum dan memasuki istana.
Helena menemui Justin “Justin, kamu bodoh ! Mengapa kamu tidak membunuh
Bindusara di medan perang ?”, “Disana ada Khurasan, ibu ... aku tidak bisa
berbuat banyak, dan lagi Pangeran Sushima sekarang sudah berusia 16 tahun,
meskipun Bindusara meninggal, Sushima akan mengambil tahtanya” Helena geram
“Pecundang tidak akan pernah menang tapi kamu harus berperan seperti seorang
pemenang !”, “Itu hanya kata kata saja, tapi memang tidak mudah untuk
mengalahkan Magadha, kita telah berusaha beberapa kali untuk membunuh Bindusara
tapi kita tetap saja tidak bisa berbuat apa apa, Khurasan selalu melindungi
Bindusara, ibu” Helena menunjukkan sebuah botol berisi cairan racun yang
berwarna hijau ke Justin “Meskipun aku tidak melahirkan Bindusara tapi aku bisa
memberikan kematian untuknya” ujar Helena dengan senyum sumringah
Acharaya menemui Bindusara dikamarnya, Bindusara sedang terbaring lemah
tidak sadarkan diri “Maharaja, aku telah menemukan masa depan Magadha, secepat
mungkin mereka akan segera datang kesini”
Sementara itu, para prajurit Magadha mendatangi rumah Dharma “Acaharaya
telah memerintahkan pada kami untuk menangkap Ashoka karena Ashoka telah
berbuat nakal !”, “Tidak ! Kamu tidak bisa membawanya !” para prajurit menggeret
lengan Ashoka secara paksa, sementara Dharma berusaha mempertahankan anaknya
itu, maka tak ayal tarik menarikpun terjadi memperebutkan Ashoka “Ibuuu”,
“Ashokaaa” namun para prajurit berhasil membawa Ashoka pergi, meninggalkan
Dharma sendirian
Didalam istana Magadha, Acharaya masih berbisik pada Bindusara “Maharaja,
maafkan aku, aku tidak bisa menemukan cara
lain untuk membawa Dharma keisni maka aku harus menahan Ashoka, mereka tidak
bisa lari dari takdir mereka sendiri”
Didalam hutan, dalam perjalanan ke istana Magadha, para prajurit berhasil
membawa Ashoka, saat itu Ashoka ditaruh dalam sebuah sangkar yang terbuat dari
kayu “Akhirnya kita bisa membawa anak ini” ujar salah seorang prajurit, Namun
tak lama kemudian para prajurit membawa kurungan yang kosong ke istana “Dia
memang pintar, dengan cepat dia bisa melarikan diri”, “Bagaimana caranya ?”
tanya Acharaya, kemudian prajurit menceritakan bagaimana Ashoka memperdaya
mereka “Kami telah menangkapnya” ujar prajurit
Namun ditengah perjalanan Ashoka mengelabui para prajurit begitu dirinya
melihat teman temannya berada diatas pohon “Kalian itu orang yang sangat kuat,
kalian telah bertarung demi Samrat, tapi sayangnya yang mendapat hadiah adalah Samrat, coba pikirkan kalian menangkap aku tapi siapa yang
dapat hadiah ? Acharaya kan ?” Ashoka mencoba menghasut para prajurit “Dia juga
telah mengambil cincin dariku dimana seharusnya kalianlah yang mendapatkannya,
ini tidak adil ! Aku telah menemukan sebuah harta karun, dan telah
mengumpulkannya disuatu tempat tapi kalian telah menangkap aku, aku akan
menunjukkan pada kalian jalan menuju ke harta karun itu” Ashoka berusaha
memperdaya para prajurit “Tidak usah percaya dengan ucapannya, lanjutkan
perjalanan saja” tiba tiba jalan yang akan mereka lalui tertutup oleh pohon
pohong yang tumbang, mereka akhirnya memutuskan untuk melawati jalur dimana ada
harta karunnya “Harta karunnya itu ada disini, biarkan aku keluar dan
melihatnya untuk yang terakhir kali” prajurit itu menuruti keinganan Ashoka,
Ashoka mengatakan bahwa ada harta karun terpendam didepan mereka, dengan
dibantu oleh teman teman Ashoka, para prajurit merasa yakin kalau benar ada
harta karun didepan mereka yang ternyata adalah jebakan Ashoka dan teman
temannya, Ashoka berkata “Apa yang terjadi pada kalian ?” Ashoka dan teman
temannya memperdaya mereka “Katakan pada Acharaya, kalau dia tidak bisa
menangkap kekuatan angin !”
Acharaya tersenyum senang mendengar cerita dari para prajurit dan berkata
“Yaa, aku memang tidak bisa menghentikan kekuatan angin akan tetapi aku bisa
memberikan arah pada kekuatan angin” lagu OST. Ashoka terdengar, Ashoka berlari
sekuat tenaga dan kembali kerumah namun dia tidak menemukan ibunya dirumah
“Ibuuu ... Ibuuuu!” Ashoka mencari ibunya, Ashoka langsung mengira bahwa
Acharaya telah menculik ibunya “Acharaya ! Kamu bisa melakukan apapun yang kamu
inginkan ! Tapi aku akan menemukan ibuku !”
Dharma (ibu Ashoka) mendatangi istana, prajurit yang berjaga disana
menghentikan langkahnya “Tolong katakan pada Acharaya kalau aku ingin bertemu dengannya”
Dharma teringat ketika Maharaja Bindusara mengatakan padanya bahwa dia akan
menjadikannya sebagai Ratu dan tempatnya adalah disampingnya diistana,
bagaimana ketika Maharaja Bindusara berjanji akan kembali padanya, Dharma juga
teringat ketika ayahnya tewas dibunuh oleh Khurasan “Maharaja Bindusara
memintaku untuk membunuhmu !” ujar Khurasan, ingatan itupun memudar ketika
Radhagupt (murid Acharaya) menemuinya “Biarkan dia masuk !” Dharma segera
diantara menemui Acharaya “Siapa kamu ?” Acharaya tidak mengenali Dharma yang
saat itu menutupi wajahnya “Aku adalah Subhadrangi, dimana anakku ?” ujar
Dharma sambil membuka dupattanya tanpa berkata kata Acharaya yang saat itu
sedang berada dikamar Maharaja Bindusara menggeserkan tubuhnya, sehingga Dharma
bisa melihat Maharaja Bindusara yang sedang terbaring sakit ditempat tidurnya
tidak sadarkan diri, Dharma terkejut melihatnya. Dharma teringat kenangan indah
bersama Maharaja Bindusara, Dharma terpana melihat kondisi suaminya, lagu tum
hi to mere ho pun mulai terdengar merdu, Dharma mendekati suaminya dan
menyentuh dahi sang Raja, rupanya badan Raja Bindusara demam “Kami telah
memberikannya obat” ujar sang tabib yang menemani sang Raja “Tapi obat itu
tidak akan bekerja, kita harus melakukan sesuatu, kalau tidak semua racun akan
menyebar diseluruh tubuhnya” ujar Dharma panik “Aku percaya dengan Dharma, kamu
pergi saja dari sini !” Acharaya menyuruh tabib itu pergi “Dharma, aku tahu
kamu sangat mencintai Maharaja Bindusara, sekarang dia dalam keadaaan sekarat tapi
kamu tidak meninggalkannya”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku, 14 tahun
yang lalu beliau berjanji akan kembali padaku tapi kemudian beliau mengirimkan
seseorang untuk membunuh aku dan anakku” Dharma sedih “Itu tidak benar, Dharma
!”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku” tiba tiba Maharaja Bindusara meracau
memanggil nama Dharma dalam keadaan tidak sadar, Dharma terkejut, lagu tum hi
to mere ho pun mulai terdengar lagi “Dia tidak bertemu dengan dirimu selama
kurang lebih 14 tahun tapi dalam keadaan kritis dia tetap memanggil namamu,
lihatlah cintanya padamu, apakah kamu kira dia akan membunuh kamu dan anakmu ?
Hanya kamu yang bisa menyelamatkannya, Dharma” Acharaya memberikan penjelasan
ke Dharma “Ini tidak mungkin !” Dharma menolak penjelasan Acharaya “Kita harus
menyelamatkan dia demii Magadha”, “Baiklah, tapi aku mempunyai sebuah syarat,
jika sampai aku tidak bertemu dengan Ashoka dalam keadaan selamat, aku tidak
akan mengobatinya”, “Kamu tidak usah khawatir tentang Ashoka, dia baik baik
saja” Dharma menatap Maharaja Bindusara.
Sementara itu Helena (ibu tiri Mahraja Bindusara) datang ke istana dengan
tandu didampingi oleh pelayan dan prajuritnya, saat itu Helena hendak menemui
Mahraja Bindusara tapi para prajuritnya menghentikannya “Kami tidak akan
membiarkan siapapun masuk ke dalam istana Maharaja Bindusara” ujar salah
seorang prajurit “Beraninya kamu menghentikan aku !” Ibu Ratu Helena marah pada
prajurit itu “Kami hanya menuruti perintah, Yang Mulia Ratu”, “Siapa yang telah
berani memerintah aku ?!” tepat pada saat itu Acharaya Chanakya datang kesana
dan berkata “Aku yang telah mengambil keputusan ini untuk kebaikan Samrat
(Maharaja), sehingga dia bisa segera sembuh, keputusan ini juga diambil untuk
kebaikan kerajaan Magadha, apakah kamu ingin Maharaja Bindusara sembuh ?” ujar
Chanakya “Aku adalah ibunya”, “Itulah mengapa aku meminta pada anda” Helena
terlihat kesal kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Malam harinya, Ashoka tampak memasuki istana kerajaan Magadha, para prajurit
menghentikannya “Ibuku ada didalam ! Chanakya telah menculik ibuku untuk
mendapatkan aku, katakan padanya bahwa Ashoka telah datang !” ujar Ashoka
lantang “Saat ini Maharaja sedang sakit, tidak ada seorangpun yang diijinkan
untuk masuk !”, “Dia seharusnya memikirkan hal itu terlebih dahulu sebelum
memprovokasi aku !” tiba tiba prajurit itu mendorong Ashoka agar pergi menjauh
dari sana namun, tak lama kemudian Ashoka melihat ada sebuah gerobak yang akan
masuk ke istana, ada banyak bahan makanan di gerobak tersebut yang akan diberikan
pada para prajurit, Ashoka langsung bersembunyi dibawah gerobak tersebut,
gerobak itupun masuk kedalam istana, ketika orang orang sibuk mengeluarkan
bahan bahan makanan, Ashoka menyelinap keluar namun sayangnya ada seorang
prajurit yang melihatnya “Bagaimana kamu bisa masuk ? Siapa kamu yang berani
beraninya menentang prajurit Magadha ?” ujar prajurit, Ashoka langsung melompat
dan berlari menjauhi mereka, dengan sigap Ashoka mampu menghadapi para prajurit
tersebut, berlari dengan kecepatan tinggi, melempar semua barang barang kearah
para prajurit, para prajurit berusaha untuk menangkap Ashoka, Ashoka menemui
para bhiksu yang sedang berdoa, sambil menyambar sebuah syal Ashoka ikut ikutan
berdoa namun tak lama kemudian, prajurit bisa mengenalinya, ketika hendak lari
tanpa sengaja syalnya terkena api, Ashoka langsung membakar tempat tersebut dan
berlari menjauh dari sana, Acharaya yang mendengar ada keributan diluar berkata
pada Dharma “Dia telah datang, masa depan kerajaan Magadha” tepat pada saat itu
Maharaja Bindusara kembali meracau dan memanggil nama Dharma “Dharma ... Dharma
... Dharma” Dharma sedih melihatnya “Dharma, kamu harus melindungi Maharaja dan
anakmu juga”, “Aku berjanji untuk menjauhkan semua ini darinya, aku tidak bisa
terima ini, aku akan pergi !” ketika Dharma hendak pergi, Acharaya berkata
“Anakmu dalam perlindunganku !”
Sementara itu Justin sedang ngobrol dengan gurunya “Guru, Acharaya telah
kembali, ini tidak baik untuk kita !”, “Kamu harus memikirkan sesuatu, Nikator
telah mengirimkan sebuah surat untuk langkah berikutnya” Justin segera
membacanya “Bagaimana kita akan melakukan ini semua ?”, “Buatlah menjadi
mungkin ! Serang Bindusara kemudian Nikator akan menyerang Patliputar (ibukota
Magadha) !” ujar Hellena “Kita akan membunuh anak anak Bindusara kemudian
Justin yang akan menjadi Maharaja !”, “Lalu bagaimana dengan Acharaya ?” Guru
ikut menimpali pembicaraan mereka, Helena tersenyum sinis “Besok akan menjadi
hari terakhirnya !”
Sementara itu Ashoka masih berlari menghindari para prajurit yang berusaha
untuk menangkapnya “Magadha saat ini sedang sangat lemah dan hal ini bisa
terlihat dari cara Ashoka yang bisa menghindari begitu banyaknya prajurit
dengan mudah” ujar Acharaya, Ashoka akhirnya berhasil masuk ke dalam istana,
ketika mau masuk dilihatnya banyak prajurit yang berbaris disana, pada saat itu
ada sebuah nampan yang berisi teko air dan gelas disebelahnya, Ashoka membawa
teko tersebut dan berkata pada prajurit “Aku membawa air untuk Maharaja
Bindusara” prajurit itupun mengijinkan untuk masuk kedalam. Sinopsis
Ashoka Samrat episode 5 by Sally Diandra.
0 komentar:
Posting Komentar