THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 31 Oktober 2010

Pasang Surut Cinta


Semua orang memiliki cinta. Tapi mari renungkan:
Apa yang kita cintai? Siapa yang kita cintai?
Mengapa kita mencintainya? Bagamana kita mencintainya?
Cinta adalah refleksi keyakinan. Cinta adalah ketergantungan.
Cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah pengorbanan.
Cinta adalah motivasi & inspirasi. Cinta adalah inti kepribadian.
Ada cinta Haq, ada Cinta Batil. Ada cinta sejati, ada cinta semu.
Ada cinta akhirat, ada cinta dunia. Ada cinta imani, ada cinta nafsu.
Di hati ini ada pertarungan cinta. Ada kemenangan cinta, ada kekalahan cinta.
Cinta kepada Allah, sumber segala  cinta hakiki.
Cinta kepada Allah, kebutuhan & kewajiban.
Cinta kepada Allah, cinta di atas semua cinta.
Cinta kepada Allah, membuat hidup penuh makna.
Cinta kepada Allah, jaminan keterarahan hidup, kemuliaan sejati.
Cinta kepada Allah, menuntun kita pada apa, siapa yang mesti kita cintai
& bagamana mencintainya dengan benar.
Cinta dunia, garam kehidupan.
Garam itu tidak boleh berlebihan, kalo mau makan enak & hidup sehat.
Garam itu pun harus sehat & halal.
Bahkan penderita penyakit tertentu, dilarang keras makan garam.
Cinta dunia berlebihan telah menjadi racun kehidupan.
Sungguh kita harus paksa diri & kerja  keras
untuk mengeluarkan racun yang sangat banyak itu dari kepribadian kita.


Sabtu, 30 Oktober 2010

Hadist Idul Fitri Dan Adha


Takbir pada 2 malam hari idul fitri,
keluar menuju tempat solat dari satu jalan
dan pulang dari jalan lainnya.
Solat dilaksanakan di tanah lapang, kecuali karena darurat,
misalnya karena hujan. Maka dilaksanakan di mesjid.
Rasulullah Saw tidak berangkat pada salat idul fitri hingga makan,
dan tidak makan pada salat idul adha hingga pulang
kemudian  memakan daging kurbannya.
Tidak berlebihan dalam makanan dan minuman
dan hiburan yang diperbolehkan.
Rasulullah Saw solat idul fitri ketika matahari setinggi dua tembok
dan solat idul adha ketika matahari setinggi satu tembok.
Rasulullah Saw memerintahkan kita di dua hari raya
mengenakan pakaian terbagus yang kita miliki,
menggunakan parfum terbaik
dan berkorban dengan apa saja yang paling bernilai yang kita miliki.
Ucapan seorang muslim berkata pada saudaranya,
taqabbalallahu minna wa minkum
(semoga Allah menerima amal ibadahku dan kalian).


Jumat, 29 Oktober 2010

Pesan Ramadhan


Kulihat ramadhan…
Kudekati  lalu kusapa,
Hendak ke mana?
Dengan lembut ia berkata,
 Aku harus pergi,
 setahun lagi aku pasti kembali
Mungkin kita tak bertemu lagi
Tolong sampaikan pesanku  Untuk si mukmin:
Syawal  kan tiba…
Ajaklah sabar tuk temani hari-hari duka
Peluklah istikomah saat dia kelelahan 
Dalam perjalanan takwa
Bersandarlah pada tawadhu
Saat kesombongan menyerang
Mintalah nasehat  dari Qur’an dan sunnah
Setiap masalah yang dihadapi
Sampaikan pula  salam dan terimakasihku
Bagi yang telah menyambutku Dengan suka cita
Kelak kuharap ia disambut di surga Dari pintu Ar-Royyan…


Kamis, 28 Oktober 2010

Kiat Sebelum Ramadhan


Ya Allah,
Tolong abaikan Puasa  umat Muhammad Saw,
Jika Sebelum Ramadhan Mereka tidak melakukan:
Tidak memohon maaf Pada orangtuanya (jika masih ada)
Tidak bermaafan lebih dahulu Antara suami istri
Tidak bermaafan dengan orang sekitarnya
Maka Rasulullah Saw mengatakan, Amin amin amin…
beberapa hari lagi…
Nafas ini  menjadi tasbih
beberapa hari lagi…
Tidur ini menjadi ibadah
beberapa hari lagi…
Doa-doa ini diijabah
beberapa hari lagi…
Pahala ini dilipatgandakan
Tapi… Itu semua  Takkan terjadi
Tanpa maaf Dari sesama


Rabu, 27 Oktober 2010

Nasihat Kubur


Jangan bangga Dengan pakaian mewah Dan mahal
Karena pakaian terakhir Adalah kain kafan
Jangan bangga dengan Mobil dan motor mewah
Karena kendaraan terakhir kita Adalah keranda mayat
Jangan bangga dengan Tempat tidur empuk
Karena tempat tidur terakhir Adalah tanah
Jangan bangga dengan Rumah yang mewah
Karena rumah terakhir  Adalah alam kubur
Jangan bangga dengan title
Karena title terakhir Adalah almarhum
Saya adalah tempat  Paling gelap
Maka terangilah saya Dengan tahajud
Saya adalah tempat  Yang paling sempit
Maka luaskanlah saya Dengan silaturahmi
Saya adalah tempat Yang paling sepi
Maka ramaikanlah saya Dengan perbanyak membaca al quran
Saya adalah tempat Beradanya binatang menjijikan
Maka racunilah dia Dengan amal sedekah
Saya adalah tempat Munkar dan nakir bertanya
Maka persiapkanlah jawabanmu Dengan perbanyak
mengucapkan Kalimat lailahailallah


Selasa, 26 Oktober 2010

Tiga Orang Tamu


Telah datang kepadaku Tiga orang tamu Allah
Yang bernama Sabar, Taat dan Ikhlas
Mereka bertanya kepadaku,
Siapakah orang  Yang memiliki Kelembutan hati
 Dan suka memberi maaf  Terhadap saudaranya?
Kami ingin belajar Dan berguru kepadanya
Lalu aku beritahu mereka, (sambil menunjuk pembaca)
Mendengar jawabanku Mereka tersenyum Dan mengucapkan,
Andai jemari tangan Tak sempat berjabat
Izinkan kedua tangan Bersimpuh maaf
Untuk kata dan tingkah Yang tak terjaga
Tulis daftar salahku Di atas debu
Agar hilang Disapu angin
Maaf darimu Akan kupahat Dalam senyum
Dan kalbuku Agar tak hilang Tersapu badai
Semoga pintu maaf selalu terbuka




Senin, 25 Oktober 2010

RIWAYAT SI RODA API (pemenang karya favorit LMCR 2010)


by: ARIESKA ARIEF (no.33) 
*** 
Bruuum…!
Kuraungkan motorku untuk terus melaju membelah aspal. Aku masih terus bergelut di dunia liar yang penuh lingkaran roda. Bukannya mengais rezeki sebagai tukang ojek yang sudah menjadi santapan harianku, aku malah adu balap di sebuah pertandingan balapan liar, setiap langit gelap membungkus bumi.
Aku salah seorang pembalap liar yang kerap membuat lalu lintas kota menjadi sekusut benang. Aku adalah pembalap berbakat  yang acap kali menuai kemenangan yang spektakuler. Tak heran jika aku mengantongi lebih banyak penghasilan dari balapan liar ini daripada menjadi tukang ojek.
Ya. Aku hidup miskin di sebuah gubuk terpencil bersama dengan ibuku. Usiaku sudah menginjak 16 tahun, tapi sudah harus bekerja keras meniti guratan nestapa karena penghasilan ibuku yang sebagai pembantu rumah tangga tak seberapa.
Aku ingin berhenti menjadi tukang ojek. Tapi aku memerlukan motor pak Aman ini, yang memperkerjakanku sebagai tukang ojek. Aku ingin punya motor sendiri agar aku tak perlu lagi menyetor uang pada pak Aman.
Malam itu akhirnya mimpiku jadi kenyataan. Pak Lukas, seorang pria setengah baya yang selalu muncul menonton balapan liar itu tertarik pada bakatku. Ia menawarkan sesuatu. “Dengan bakatmu itu, aku bisa membuatmu kaya jika kau mau bergabung denganku, anak muda,” katanya. Senyum lengkung mengulum menghiasi kerutan wajahnya.
Aku terpaku. Hatiku bersorak. Dengan begitu aku tak usah menjadi tukang ojek lagi. Aku juga bisa memiliki motor sendiri. Aku tergiur. Tentu saja aku menerima tawarannya dengan senang hati. Tapi bagaimana dengan ibu?
***
“Pokoknya tidak bisa! Ibu tidak setuju!” jawab ibuku keesokan paginya setelah kukemukakan tawaran Pak Lukas kemarin. “Ibu tak pernah mengizinkanmu menjadi pembalap! Lagian dia itukan lintah darat!”
“Tapi.. tapi.. aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, bu! Aku tak peduli profesinya saat ini. Tapi dia bisa membuatku kaya!”
“Kalau kau tetap bersikeras akan niatmu itu, sebaiknya kau tak usah kembali lagi ke rumah ini,” sahutnya kelam.
 “Oke.. oke. Aku sudah besar, bu. Sekarang biar aku yang memutuskan! Aku tak peduli pendapat ibu!” Aku langsung keluar rumah sambil membanting pintu. Brak!
***
Sesuai dengan alamat yang diberikan Pak Lukas padaku kemarin, pagi itu juga  aku pun bertandang ke rumahnya. Rumahnya cukup besar dan mewah. Rumah itu dikawal oleh beberapa bodyguard berbadan kekar-kekar yang menghiasi sudut rumahnya.
 “Bagaimana? Apa ibumu setuju kau bekerjasama denganku?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Aku lalu teringat sikap sinis ibu tadi. Aku menggeleng lesu. “Sebenarnya ia sama sekali tak pernah mau mempedulikan perasaanku.”
“Tapi kau sendiri mau kan?” tanyanya antusias.
Kumenatapnya dalam. Aku mengangguk terburu-buru karena tergiur. Aku tak sempat melihat keseriusan di matanya. Yang aku pikirkan hanyalah mencapai impianku menjadi seorang pembalap yang sukses.
***
Sejak saat itulah aku tinggal dengan Pak Lukas. Dan aku juga mulai memanggilnya ‘bos’. Aku tak mau peduli dengan nasib ibuku yang keras kepala itu. Selama ini aku selalu memendam kekecewaan padanya. Ketidakpuasan karena identitas ayahku disembunyikannya.
Sekarang aku merasakan sesuatu yang berbeda drastis. Pak Lukas mulai menghidupi dan memenuhi segala kebutuhanku di rumah ini. Termasuk memberikanku motor balap pribadi. Tiap ada turnamen balapan liar di jalan, aku harus turut serta untuknya. Aku merasa dimanjakan hidup di sini. Karena terbuai oleh kemewahan, aku sampai-sampai lupa menjenguk ibuku. Bagaimana kabarnya sekarang? Tapi, ah.. apa peduliku!
Sebulan telah berlalu, dan aku merasa semakin tak terkalahkan! Si Roda Api, julukan itulah yang mereka gelarkan padaku.
***
Selain mengikuti balapan liar, sehari-hari aku beraktivitas mengikuti ke mana Pak Lukas  pergi untuk menagih hutang. Dengan motor balapku aku melaju di depan, sementara mobil yang beliau tumpangi di belakangku. Aku menuntun beliau menuju jalan yang aman dan nyaman. Aku mengenali jalan di kota ini dengan baik berkat pekerjaanku menjadi tukang ojek dulu.
Siang itu dari spion motorku, tiba-tiba saja kusadari sebuah motor mengiringiku disusul oleh beberapa motor lainnya. Aku mencium ketidakberesan di sini. Tanpa tanggung-tanggung salah seorang dari mereka lalu menghantam punggungku dengan kayu. Aku terjatuh berguling-guling mencium aspal. Mengapa? Mengapa mereka menyerangku?!
Mobil pak Lukas pun berhenti. “Ada apa ini?!” pekik Pak Lukas sambil berhambur keluar dari mobilnya.
Rupanya mereka juga anak buah Pak Lukas yang lainnya. Mereka turun dari motornya. Kulepaskan helemku lalu berusaha untuk bangkit meskipun tak membutuhkan uluran tangan mereka yang segera menyeretku berdiri dengan kasarnya.
“Bos! Bocah ini putranya Sri, bos!”
Memangnya kenapa?! Batinku bertanya-tanya. Apa hubungannya dengan ibuku?!
Pak Lukas terbelalak. Mulutnya melongo. Beliau menghampiriku. “Apa benar begitu?!”
Aku mengangguk gelagapan.
“Bangsat!” rutuknya sambil menamparku. “Jadi kau mau memata-matai saya ya?!” raungnya sambil mencengkram kerah bajuku.
Aku menggeleng terburu-buru. “Mana mungkin saya mengkhianati anda, bos!” Sebenarnya ada apa ini?! Aku tak mengerti! Aku takut!
“Oke! Buat aku percaya!” Pak Lukas kemudian menyeretku masuk ke dalam mobilnya.
***
Di dalam mobil itu kami saling membisu. Aku menunjukkan jalan ke rumah ibu tanpa berani mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama kemudian kami pun sampai di rumah terpencil itu. Aku yakin jam segini ibu pasti tak ada di rumah. Aku mengambil kunci rumah yang biasa disembunyikan di bawah pot kemudian kami pun masuk.
Pak Lukas dan yang lainnya terlihat sedang mencari-cari sesuatu dengan gencarnya di laci, lemari dan lainnya. Aku tak tahu apa yang dicarinya. Aku hanya bisa terdiam melihat isi rumahku diobrak-abrik. Aku tak sanggup untuk bertanya. Lidahku keluh.
“Bos! Kita tak menemukan dokumen penting itu di mana-mana!”
Pak Lukas menggigit bibir. “Kita bakar saja rumah ini! Dengan begitu, buktinya juga akan lenyap. Jangan takut! Ini satu-satunya rumah terpencil di sini, takkan ada yang tahu!”
Saking syoknya mendengar perintah itu, lagi-lagi aku hanya mampu mematung. Para suruhan Pak Lukas dengan gencarnya menyiramkan bensin ke berbagai sudut rumahku. Aku ingin mencegahnya, namun aku tak kuasa menggerakkan raga ini.
Aku baru tergerakkan ketika Pak Lukas menyeretku keluar. Di depan mobilnya ia lalu mencengkram kedua bahuku sementara para suruhannya mulai memercikkan api ke rumahku!
“Dengar! Kau tak punya pilihan lain selain ikut denganku! Kau bukan mata-matanya Sri, bukan? Kau ingin membuatku percayakan jika kau takkan mengkhianatiku?!”
Aku tak menjawab. Mataku sedang menampung adegan kobaran api yang mulai melahap habis rumahku. Ia lalu memutar daguku ke arahnya. Sekarang mataku sedang menampung wajah bengis seseorang yang memberiku berbagai macam kemewahan yang kini berlaku keras padaku.
“Awas! Ini rahasia kita! Kalau sampai kau membocorkan kejadian ini, maka riwayat Si Roda Api akan tamat saat itu juga!” ancamnya.
Aku kebingungan. Aku merasa sudah sangat kejam dan berdosa pada ibu. Tapi aku tak punya pilihan lain! Aku tak tahan jika harus hidup miskin lagi, apalagi setelah kehilangan tempat tinggal. Dan lagi impianku…
Aku tahu ini sangat durhaka. Aku tak tahu apa yang kulakukan ketika pada akhirnya aku menaiki mobil itu bersama Pak Lukas. Aku terbuai ambisi dan kemewahan, aku tak ingin kehilangannya, sementara ibuku harus kehilangan separuh nyawanya seiring berkoarnya api.
Ya Tuhan, apakah aku sudah gila?! Anak macam apa aku ini?! Ke mana nuraniku?!
***
Tahun berikutnya datang menghabiskan satu periode masa hidupku. Aku sudah banyak makan garam di dunia balapan dan tentu saja merekrut banyak kemenangan. Tapi kemenangan itu terasa hampa. Rasanya aku sudah tak membutuhkan kemenangan dan popularitas sebagai Si Roda Api lagi. Pak Lukas lah yang membutuhkannya. Selain mengambil kendali uang hasil pertandinganku, ia juga memperoleh banyak uang dari hasil taruhan.
Ya. Beliau mempertaruhkan nasibku di pertandingan balapan itu dengan uang. Aku sering melihatnya menghitung uang di meja kerjanya. Dan begitu ia melihatku ia selalu berkata, “Hai tambang emasku yang berharga.” Seringainya.
Rasa muakku pada beliau bertambah dimulai sejak saat itu. Tapi aku tak bisa lari darinya, meskipun sangat ingin kulakukan sejak ia membakar rumah ibuku. Kalau aku lari, riwayat Si Roda Api akan tamat. Dan itu berarti ancaman kematianku adalah tali pengekang agar aku tak bisa ke mana-mana.
Tapi rasanya ingin mati saja agar ia berhenti memanfaatkanku seperti anjing emasnya.
***
“Ayo! Siapa lagi yang mau taruhan?! Si Roda Api pasti takkan terkalahkan. Iya kan?” komentar Pak Lukas sambil menyikutku.
Aku hanya menghela nafas pasrah. Rekan-rekan Pak Lukas yang setia menghadiri pertandingan balapan liar itu tak ada lagi yang berani.
“Bagaimana kalau kita bertaruh satu milyar?” tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang penuh percaya diri. Seorang pria gemuk datang membawa seorang pemuda sebayaku yang berkacamata hitam, namanya Jonatan.
Tentu saja Pak Lukas menerimanya dengan senang hati. Jonatan membuka kacamatanya lalu mendelik padaku sambil tersenyum sinis. Tak lama ia pun sudah siap di atas motornya.
Aku juga segera menunggangi motor kesayanganku. Aku siap bertanding dengannya. Tapi kali ini aku tak peduli kalah atau menang. Aku bahkan berharap ia bisa mengalahkanku agar Pak Lukas bangkrut. Tapi tak berarti aku harus  sengaja mengalah untuknya.
Adu balapan khusus kami berdua pun dimulai. Si Roda Api beraksi. Kami melaju sama cepatnya cukup lama. Ternyata Jonatan hebat juga bisa menyaingiku selama itu. Kami lalu melaju di sebuah terowongan yang gelap. Samar-samar kulihat ia menodongkan sebuah pistol ke arah ban motorku!
Refleks aku menghindarinya. Celakanya aku tak bisa mengendalikan motorku sehingga menabrak dinding terowongan. Aku pun terjatuh berguling-guling. Badanku terasa remuk. Di tengah rintihanku itu aku mendengar Jonatan tertawa-tawa kesenangan melihat kekalahanku yang memalukan. Sial! Aku dicuranginya!
***
“Dasar anak tak berguna!” pekik Pak Lukas sambil menamparku. “Gara-gara kau aku kehilangan satu milyar, tahu!” bentaknya.
Pulangnya aku dihajar habis-habisan di kantornya. Aku diam saja. Ia sama sekali tak mempedulikan sakitku karena kecelakaan tadi.
“Ayo jawab!” Kali ini ia menjambak rambutku kemudian memukulku lagi berulang-ulang. “Rasakan ini! Rasakan ini, dasar ulat tak tahu diuntung! Memang kau bisa mengganti satu milyarku itu, dasar goblok! Percuma aku memelihara piaraan tak berguna sepertimu! Puih!”
Bruk! Aku pun didorongnya jatuh. Kuseka darah di lekuk bibirku. Aku hanya bisa menahan pedih. Pedih karena merasa habis manis sepah dibuang. Harus kuakui, itu semua berawal dari kebodohanku sendiri yang tergiur olehnya dengan memanfaatkan ambisiku yang berapi-api.
Ia lalu mencengkram kerah bajuku. “Aku sudah banyak mengorbankan materi untukmu, dasar anjing keparat! Kau sama keparatnya dengan ibumu yang busuk itu! Wanita rendahan seperti itu seharusnya…”
Aku langsung naik pitam mendengar ibuku dicaci maki seperti itu. Kutepis tangan Pak Lukas dari kerahku. “Bos, aku membiarkanmu memperlakukanku semaumu bukan berarti kau boleh menghina ibuku seperti itu!” tegurku tegas.
“Ho! Kau berani melawanku?!”
“Bos lupa ya kalau kita punya rahasia besar yang akan menjebloskan bos ke dalam penjara?!” tantangku.
Ia terbelalak. “Kau!” Tapi ia kehabisan kata-kata lalu berjalan ke belakang mejanya memunggungiku.
“Bos, aku tak keberatan di penjara. Kita memang harus menebus semuanya…,” komentarku buru-buru.
“Tapi aku keberatan!” seru Pak Lukas sambil berbalik. Tak kusangka-sangka ia dengan cepat membidikku dengan pistol. Dua timah panas bersarang seketika di bahu dan lenganku.
“Mati kau!!” raungnya. Ia menembakkan beberapa timah panas lagi ke arahku, tapi meleset karena aku bergegas keluar dari ruangan itu sambil memegangi luka tembak di lenganku.
Aku terus berlari. Nafasku tinggal separuh. Darahku berceceran sehingga meninggalkan jejak yang pasti. Jalanan tampak sepi dan lengang. Aku tak tahu harus ke mana. Pak Lukas dan bawahannya pasti mengejarku.
Akhirnya aku berlari pulang, ke rumah ibuku yang sempat terbakar tahun lalu. Aku tak sempat berpikiran jernih lagi. Hanya tempat itu yang bisa melindungiku dari amukan setan itu.
Aku pun tiba di rumah terpencil itu. Tampak rumah itu telah direnovasi. Pintunya terbuka lebar. Pandanganku semakin berkunang-kunang dan langkahku semakin sempoyongan karena keletihan yang luar biasa menyambutku. Tapi aku harus berjuang. Tinggal sedikit lagi aku bisa memeluk ibu. Ingin rasanya kaki ini seperti kecepatan roda, si roda api yang kecepatannya tiada tara. Tapi…



DOR!
Sebuah peluru dahsyat datang menggerogoti tubuhku lagi tanpa permisi. Peluru itu menghantam punggungku sehingga aku tersungkur. Aku muntah darah. Rasa sakit mencabik-cabik ragaku. Tapi aku harus bertahan! Aku merayap mati-matian. Pintu itu menganga untukku.
Tapi Pak Lukas keburu berdiri di hadapanku. Ia menikmati keadaan sekaratku. Ia tersenyum mengejek. “Kalau saja kau tak lancang, kau pasti tak perlu menderita begini. Tapi kau jangan khawatir, aku akan segera menghapus penderitaanmu itu,” katanya sambil menodongkan pistol ke keningku.
“Dasar.. tua bangka… aku lebih.. aku lebih memilih begini.. daripada menjadi alat kepuasanmu, brengsek…” sahutku setengah mati.
“Oke. Ucapkan selamat tinggal untuk ibumu, nak. Aku akan segera mengirimmu ke alam yang belum pernah kaudatangi.” Pak Lukas sedikit demi sedikit mulai menarik picu pistolnya.
Air mataku berhujanan. Aku hanya bisa pasrah. Rasa pilu menghujam karena di detik-detik terakhirku aku belum sempat bertemu ibu bahkan mencuci kakinya sebagai tanda maafku.
Tiba-tiba tubuh Pak Lukas rubuh. Sosok yang kukenal bagai sayap yang melindungiku itu berdiri di hadapanku. Sosok itu memegang pot bunga yang retak setelah memukul kepala tua bangka itu. Dia adalah Sri, ibuku. Pertama kalinya aku merasa bahagia sekali melihatnya.
“Ibu… ibu.. maafkan aku, bu…,” itulah kalimat pertama yang kuutarakan padanya.
Kaki itu masih berdiri kaku di hadapanku. Kupegang lalu kucium-cium kedua kakinya. Kukerahkan segenap tenagaku untuk memeluk kakinya. Kubiarkan air mataku menghujani kakinya karena aku sudah tak berdaya mengambilkan air untuk mencucikan kakinya. Tak hanya air mata, darahku yang terus mengucur keluar pun turut serta tanpa diminta.
Aku lalu menceritakan bagaimana kebakaran itu terjadi, bagaimana Pak Lukas mengancam akan membunuhku jika aku membocorkan rahasianya. Dan semuanya berawal dari keegoisanku.
“Aku lebih memikirkan kebahagiaan sendiri daripada kebahagiaan ibu… aku selalu merasa yang paling menderita di dunia… aku tahu sebanyak apa pun aku meminta maaf.. dosa-dosaku rasanya tak pantas terampuni, setelah apa yang ibu berikan padaku sejak dalam kandungan… uhuk uhuk..” Aku lalu terbatuk-batuk. Aku tak bisa lagi menahan kucuran darah di mulutku yang meleleh begitu deras. Keadaanku benar-benar hancur. Aku merasa ini sudah saatnya… “Bu… sebelum aku… pergi, maafkanlah aku, ibu…”
Tiba-tiba saja tangis ibu meledak. Ia bersimpuh kemudian memangku kepalaku. “Kamu jangan berkata seperti itu! Kita baru saja dipertemukan kembali, aku tak ingin melepaskanmu lagi! Kamu pasti akan selamat, nak!!” pekik ibu. Ia lalu berteriak-teriak minta tolong.
“Tak usah, bu… jangan menangisi anak durhaka sepertiku… aku memang pantas menerima ini,” kataku sambil menyeka air matanya. “Keadaanku ini tak sepadan dengan apa yang kulakukan padamu. Tak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu…aku bahkan tak bisa memaafkan diriku sendiri…”
“Sudahlah, nak! Lihat pintu itu! Lihat! Ibu selalu membukanya lebar-lebar! Ibu tak pernah menguncinya karena berharap suatu saat nanti kamu akan kembali, sayang! Begitu pun dengan pintu maaf ibu padamu yang selalu terbuka selebar pintu itu!”
Betapa bahagianya hatiku mendengarnya. Aku benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan sosok yang mulia itu. Tapi sekarang sudah terlambat. “Maafkan aku, bu… seandainya saja aku diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi.. aku ingin sekali berbakti pada ibu… terima kasih, ibu.. atas semua yang telah kauberikan… dan lagi, aku senang kok nama ibu dilekatkan di nama belakangku… aku tak butuh ayah lagi… aku sudah punya ibu… jika kita bertemu lagi…” Tapi oh.. kelopak mataku mulai terasa berat sekali dan semuanya menjadi gelap.
“Iya, sayang! Iya! Pasti…” Ibu kemudian menyadari apa yang terjadi padaku. Ia hanya memegang ragaku yang kosong.
Ya. Tubuh itu sudah menjadi jenazah karena banyak kehilangan darah. Aku akan menemui Sang Pencipta Yang Agung dan mempertanggung jawabkan perbuatanku, khususnya pada ibu. Berkat kemuliaan hati ibu membukakan pintu maafnya lebar-lebar, aku jadi bisa pergi dengan tenang. Tapi aku tak sempat mengatakan apa yang ingin kukatakan tadi…
Ibu lalu memekik sambil memeluk kepalaku dan meneriakkan namaku, nama terindah yang diberikannya sejak kulahir.
***



Wanita itu mengelus-elus nama di nisan itu, kemudian mengecupnya. Ia kemudian memanjatkan doa untuk si pemilik nisan, lalu berbicara sendiri dengan makam itu.
“Sayang, maafkan ibu yang menyembunyikan identitas ayahmu. Ibu tak sangka jika kau akan bertemu dengannya. Dia itu bajingan dan tak pantas menghiasi nama belakangmu. Sekarang ia sudah di penjara karena kasus pembunuhan. Bukti-buktinya ada pada ibu, oleh karena itulah ia membakar rumah ibu. Ibu ragu menyerahkannya ke pihak berwajib karena masih mencintai bajingan itu. Foto itu hanya ibu gunakan sebagai ancaman agar ia kembali pada ibu. Ini semua salah ibu. Andaikan saja kamu tahu lebih awal, kamu tak perlu mati di tangannya…”
Wanita itu kembali menitikkan air mata. “Maafkan ibu karena sudah membuatmu menderita, nak…”
Hari mulai gelap. Wanita itu mulai beranjak pergi, padahal aku ingin menyambung kalimat terakhirku. Tapi kurasa bagaimana pun ia takkan bisa mendengarnya karena dunia kami sudah berbeda.
Ibu, jika kita bertemu lagi, akan kusematkan gelang emas di kaki ibu dan kucuci dengan air sungai firdaus. Putramu, Firdaus Sri Mikail.
 (Tahun 2000)
(***)
*Terinspirasi dari cerita mimpi saya tentang pembalap

Indikasi Gagal Ramadhan


Tidak optimal pemanasan (solat)
Target kekhataman tidak terpenuhi
Lisan tak terpelihara
Pandangan tak terpelihara
Malam Ramadhan Seperti malam lainnya
Berlebihan berbuka
Tidak banyak sedekah
10 hari terakhir Sibuk akan dunia
Menyikapi idul fitri Sebagai hari kemerdekaan
Usai ramadhan ibadah merosot drastic bahkan berhenti…

Senin, 04 Oktober 2010

baby (justin bieber)

(Ohh wooaahhh) x3
You know you love me
I know you care
Just shout whenever,
And I'll be there
You want my love
You want my heart
And we would never, ever, ever be apart
Are we an item?
Girl quit playin'
We're just friends,
What are you sayin'?
Said there's another and look right in my eyes
My first love, broke my heart for the first time
And I was like
Baby, baby, baby ooh
Like
Baby, baby, baby noo
Like
Baby, baby, baby ohh
Thought you'd always be mine (mine)
Baby, baby, baby ohh
Like
Baby, baby, baby noo
Like
Baby, baby, baby ohh
Thought you'd always be mine (mine)
Oh oh for you, I would have done whatever
And I just can't believe we ain't together
And I wanna play it cool
But I'm losin' you
I'll buy you anything
I'll buy you any ring
And I'm in pieces
Baby fix me
And just shake me till you wake me from this bad dream
I'm goin down, down, down, down
And I just can't believe my first love won't be around
And I'm like
Baby, baby, baby ohh
Like
Baby, baby, baby noo
Like
Baby, baby, baby ohh
Thought you'd always be mine (mine)
Baby, baby, baby ohh
Like
Baby, baby, baby noo
Like
Baby, baby, baby ohh
Thought you'd always be mine (mine)
[Ludacris]
Luda
When I was 13, I had my first love
There was nobody that compared to my baby
And nobody came between us, no one could ever come above
She had me going crazy, oh I was star-struck,
She woke me up daily, don't need no Starbucks (Woo! )
She made my heart pound, and skip a beat when I see her in the street
And at school on the playground but I really wanna see her on the weekend
She knows she got me dazing cuz she was so amazing
And now my heart is breaking but I just keep on saying...
Baby, baby, baby ohh
Like
Baby, baby, baby noo
Like
Baby, baby, baby ohh
Thought you'd always be mine (mine)
Baby, baby, baby ohhh
Like
Baby, baby, baby, noo
Like
Baby, baby, baby ohh
Though you'd always be mine (mine)
I'm gone
Yeahh, yeah, yeah
Yeahh, yeahhh
Now I'm all gone
Yeahh, yeah, yeah
Yeahh, yeahhh
Now I'm all gone
Yeahh, yeah, yeah
Yeahh, yeahhh
Now I'm all gone, gone, gone, gone
I'm gone

Doa Persahabatan


Seorang sahabat Rasulullah bertanya,
Wahai Rasul …Teman bagaimanakah yang baik itu?
Rasulullah SAW menjawab,  Yaitu …
 teman yang dengan melihatnya kamu menjadi  ingat ALLAH,
ucapannya menjadikan amalmu bertambah
& amal perbuatannya  mengingatkanmu akan akhirat."
Mengenalmu… Adalah sebuah kesyukuran
Bersahabat denganmu Adalah suatu rahmat
Bersaudara denganmu Adalah karunia Yang tak terlupakan
Persahabatan  Ibarat janji dalam hati
Tidak dapat ditulis Dan tak dapat dibaca
Meski terbelah Karena jarak
Dan terpisah Karena waktu
Sekali kenal, Maka akan kita
Kenang selamanya
Ya Allah, Jagalah sahabatku ini
Berkahi iktiar Dan tawakkalnya
Rahmati keluarganya Dan Istikomahnya…
Mudahkan urusannya Dan eratkan Tali persahabatan kami

Minggu, 03 Oktober 2010

story

Salam gemerisik kompi…
Temans boleh asyik mengikuti lomba menulis, tapi jangan lupa, ada sesuatu yang tak kalah pentingnya untuk menunjukkan keberadaan kita. Yaitu dengan cara mempublikasikan naskah kita ke media massa (majalah dan Koran). Khusus naskah fiksi, tersedia sebuah majalah khusus cerpen, STORY. Kenapa harus story?
Story adalah majalah pengobat rindu bagi pecinta fiksi remaja. Hal ini dapat dilihat dari kecendrungan penulis stok fiksi di tanah air yang paling besar. Tapi di sisi lain lahan untuk fiksi tak sesuai di berbagai media massa yang lebih mengutamakan non fiksi, sehingga peluang dimuatnya karya fiksi jauh lebih kecil daripada non fiksi. Terus gimana dunk?


Story adalah majalah cerpen remaja yang sekitar 90% terdiri dari cerpen, dan 10 % terdiri dari hal-hal yang berhubungan dengan info kepenulisan dan buku. Story lahir pada bulan juli 2009 untuk meneruskan misi para pendahulunya, anita cemerlang dkk, yang telah menemui ajalnya. Story disebut2 sebagai reinkarnasi almarhum anita cemerlang karena sebagian besar pendirinya para penulis yang aktif di AC dulu.
Meskipun berlatar belakang media masa lalu, tapi isi story sangat disesuaikan dan digandrungi oleh remaja masa sekarang. Isi dan warnanya keren dan menarik banget dipandang, apalagi cerpensnya yang bagus2. Mari kita berdoa agar story tetap eksis dan memiliki banyak penggemar, dan tetap panjang umur tak seperti para leluhurnya dan tak berubah konsep menjadi majalah remaja biasa. Amins…
Eits, ga ampe di situ ajah. Mari berkontribusi untuk majalah kesayangan kita ini. Kirim corat-coretmu ke story dengan spasi rangkap, TNR 12 dengan ketentuan:
Cerpens: 13ribu-14ribu karakters with space
Cerbungs: 26ribu-400ribu karakters with space
Novelets: 30ribu-35ribu karakters with space
Kissing: 4ribu karakters with space
English: 6ribu karakters with space
Sekolahan: hanya untuk anak sekolah (setting, tokoh, dan kejadian seputar sekolah) 6ribu karakters with space
Puisi…
Tema harus remaja: science fictions, horror, komedi, romantic, persahabatan, melankolis, action, hehe… dsb…
Biodata dan nomor telepon dicantumkan di halaman terakhir naskah. Sertakan foto narsis temans.
Kirim ke:         email=  story_magazine@yahoo.com... Tuliskan subjek sesuai tema
                        Pos=    Redaksi Story, Jalan Raya Kedoya Duri No 36, Kebun Jeruk, Jakarta 11520
Story terbit tiap tanggal 25. Harga 18.000. fb: promosi story. Tebal 108 halaman. Cerpens 24 buah, plus artikels menarik lainnya. Ilustrasinya keren2. Ga banyak iklan ato berita artis ga penting. Pokoknya gue bangetlah!
Story ga beredar secara merata, sehingga ada beberapa temans yang harus berlangganan. (tahu ngga ada penulis yang nangis2 karna ga dapat majalah ini di kotanya, setelah seharian mencari? >_<)  Kalo langganan harganya lebih murah. Terus kalo dah ngirim naskah bersabar hya, soalnya naskah story numpuk membeludak gubrak2. Pusing muatinnya! :’(
Temans masih bisa cari alternative ke majalah laen, misalnya aja majalah say yang ga jauh beda ama story. Tentu saja majalah lainnya ga menutup kemungkinan, seperti di teen, kawanku, hai, gaul, dsb. Tapi majalah khusus cerpen tetaplah nomor 1 di hati para penulis fiksi inih. Nah, kita doakan sama2 hya story jaya n menyajikan cerpens yang menghidupkan…
Story dah ampe ga ya? Cerpenku dimuat ga si? Oh iya, temans, story bulan September ga terbit,, cos para stafnya lageh mudik getoh. ^_^ mungkin begitu juga dengan majalah say yang sibuk mudik bulan September…
Udah dulu hya… ngestory dulu ah…  Salam. Btw kalo cerpens-nya nongol di story, kabar2i kami hya… ^_^ Keep writing. CU…

Ke Kampung Surga


Yuk ke kampung surga
Dengan mobil jihad
Yang bahan bakarnya Istikomah
Sopirnya ikhlas
Lewat jalan iman
Bawa peta al Quran+sunah
Dan berbekal takwa
Melalui 5 jalan istimewa:
Berkah rezeki
Dengan solat duha
Cahaya kubur
Dengan tahajud
Kemudahan menjawab Pertanyaan Munkar dan Nakir
Dengan baca Al Quran
Kemudahan melintasi Sirotol Mustakim
Dengan puasa  Dan sedekah
Mendapat perlindungan Arsy Illahi  Pada hari hisab
Dengan zikir

Sabtu, 02 Oktober 2010

Keutamaan Berpuasa


Puasa adalah Separuh kesabaran…
Hilal (bulan sabit) telah nampak di ufuk barat,
 pertanda Rajab telah berlalu & Sya'ban pun tiba..
Aisyah berkata: Tidak ada bulan (selain Ramadhan)
yang mana Nabi s.a.w. banyak berpuasa di dalamnya
kecuali di bulan Sya'ban..
Maka perbanyaklah shiyam, qiyam & tilawah
untuk mempersiapkan diri kita
menyambut Sang Tamu yang Mulia & Dimuliakan..
Ramadhan..
Perbanyaklah do'a:
"Allahumma bàrik lana fì sya'ban wa ballighna Ramadhan"
sebagaimana para salaf dahulu banyak membacanya..
kini Ramadhan hampir meninggalkan
dan syawal perlahan menjelang.
Ada haru yang bercampur rindu.
Akankah ramadhan akan kembali menjumpai.
Rasulullah bersabda,Barangsiapa berpuasa Ramadhan
Lalu puasa syawal Selama 6 hari
Maka ia berpuasa Seperti setahun penuh
Mari kita sambut syawal dengan semangat ramadhan,
selalu memperbaiki diri tuk menjadi hamba yang sesungguhnya.

Jumat, 01 Oktober 2010

NIGHTMARE (lomba flash fiction 200 kata: aku, kamu dan ramadhan)

Tidurku gelisah dan tanpa sadar aku terlentang. Tiba-tiba saja telingaku terasa berdengung dan sakit karena seperti ada yang menerobos ke telingaku. Kudengar ada suara mengaji. Lalu suara itu disusul suara tawa yang mengerikan! Aku ingin bergerak, tapi seolah ada yang mengikatku!
Tak hanya itu, seperti ada yang menarik kakiku dan aku merasa melayang. Aku takut sekali dan berdoa. Aku ingin bangun! Aku tahu itu jin, aku lalu mengancam akan membakar mereka dengan ayat suci.
Mereka malah melawan, “Kalau tak berhasil bagaimana?”
Dengan optimisnya aku menjawab, “Aku akan terus mengulanginya sampai Allah mengabulkannya.” Aku pun terus membaca dan kurasakan gangguan mereka memudar. Aku terus bersabar menanti untuk terbangun! 
Tok-tok-tok! Aku mendengar suara ketukan yang kaku. Suara itu membuatku terbangun. Begitu mataku terbuka, suara itu malah lenyap.




Kubuka pintu. Siapa yang membangunkanku? Aku merasa tertolong olehnya.  Tapi anehnya aku tak melihat siapa-siapa. Kuperiksa kamar orangtuaku, mereka masih terlelap. Sepertinya bukan mereka. Aku jadi kepikiran! Lalu siapa?!
Aku bukannya merasa takut, karena aku sudah bisa merasa itu pasti kamu. Kamu diutus oleh Allah untuk menyelamatkanku. Ya, kamu pasti adalah malaikat penjaga rumah kami.
Kusadari, sekarang waktunya sahur. Aku pun segera membangunkan kedua orangtuaku untuk sahur. (Ramadhan tahun 2000)