THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 04 Juli 2013

boleh atau tidak boleh” dalam menulis

Banyak sekali penulis pemula yang bertanya,
“Kalau saya menulis seperti bla..bla..bla…, boleh enggak?”
“Boleh enggak sih, kalau saya menulis cerita yang seperti bla.. bla..bla…???”
“Kalau saya menulis tapi caranya seperti bla..bla.. bla… boleh enggak ya?”
Biasanya, saya menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu dengan bertanya balik, “Emang siapa yang melarang?”
Si penanya biasanya menjawab lagi, “Hehehe.. benar juga sih. Enggak ada yang melarang. Jadi boleh atau enggak nih?”
Saya jawab lagi, “Cyape deh…” 
* * *
Teman-teman sekalian,
Menulis itu tidak sama dengan aturan hukum, perundang-undangan dan sebagainya. Menulis bukanlah soal benar atau salah. Menulis bukan soal boleh atau tidak boleh.
Jadi, tak ada istilah “boleh atau tidak boleh” dalam menulis. Kalaupun ada, itu hanya hal-hal yang berkaitan dengan sistem nilai, keyakinan, agama, atau kepercayaan yang kita anut. Misalnya, kita yang Muslim tentu tahu bahwa percaya pada peramal itu dosa besar. Jadi seorang Muslim tidak boleh membuat tulisan yang isinya mengajak pembaca untuk percaya pada ramalan paranormal.
Nah, masalah “boleh atau tidak” dalam menulis hanya sebatas itu. TITIK!!!
Selebihnya: TERSERAH KITA!
Kita mau menulis apapun, dengan cara apapun, semuanya terserah kita.
Menulis adalah masalah SENI dan KREATIVITAS. Dalam setiap seni, yang paling penting adalah KEINDAHAN.
Karena itu, utamakanlah keindahan setiap kali Anda menulis. Atau kalau dijabarkan, rumusan UMUMNYA adalah EMPAT hal berikut:
1.    Buatlah tulisan yang disukai oleh pembaca..
2.    Buatlah tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca.
3.    Kalau Anda hendak mengirim tulisan ke penerbit atau media massa, maka buatlah tulisan yang sesuai dengan kriteria yang mereka tetapkan. Agar peluang untuk dimuat lebih besar.
4.    Pastikan bahwa tulisan Anda tidak bertentangan dengan aturan agama, hukum, dan/atau sistem nilai yang dianut oleh masyarakat (lihat poin “Tulisan Anda Ditentang oleh Masyarakat?” di bawah ini).
Itu saja. Titik.
Seorang penulis sukses adalah penulis yang berjuang untuk memenuhi keempat poin di atas. Jadi kalau Anda ingin menjadi penulis sukses, coba perjuangan Anda difokuskan pada 4 hal di atas. Setiap kali menulis, HAL UTAMA yang harus kita pikirkan adalah keempat hal di atas, bukan yang lain 
Masalah boleh atau tidak boleh, itu hanyalah yang berkaitan dengan sistem nilai, agama, keyakinan yang Anda anut dan percayai.
* * *
Masalah Tata Bahasa dan EYD
Memang, tak ada satu hal pun di dunia ini yang terbebas dari aturan. Dalam menulis pun pasti ada aturan. Misalnya soal tata bahasa dan EYD.
Tapi sebenarnya itu bukan aturan, karena tidak sama dengan aturan hukum yang bila dilanggar bisa membuat kita masuk penjara. Juga tidak sama dengan kitab suci, yang bila dilanggar bisa membuat kita masuk neraka.
Tata bahasa, EYD dan sebagainya… itu semua adalah KAIDAH yang dibuat berdasarkan KONSENSUS. Yang namanya konsensus, bisa saja berubah sesuai perkembangan zaman. Dan bila konsensus dilanggar, apakah Anda akan masuk penjara atau masuk neraka?
Jawabannya: TENTU TIDAK!
Jadi selama pelanggaran itu tidak membuat Anda masuk neraka atau masuk penjara, apa yang harus ditakutkan?
Saya akan berikan sebuah contoh kalimat yang sudah sangat akrab dengan keseharian kita saat ini:
Gue banget.
Anda yang mengerti tata bahasa pasti tahu, bahwa kalimat ini SANGAT SALAH. Kata “banget” seharusnya disandingkan dengan kata sifat (misal: cantik banget), bukan dengan kata benda.
Tapi gue banget, kopi banget, Indonesia banget, dan banget-banget lainnya yang disandingkan dengan kata benda, dan itu jelas-jelas sangat keliru dari segi tata bahasa, saat ini begitu sangat menggejala di negeri kita.
Anehnya, tak ada orang yang protes. Anehnya lagi, kita merasa oke-oke saja menggunakannya. Lebih aneh lagi, kita bisa memahami artinya walau itu jelas-jelas salah dari segi tata bahasa.
Dari sini saya yakin Anda kini paham, bahwa yang paling penting dalam berbahasa bukan tata bahasa atau aturan berbahasa lainnya. Yang paling penting dalam berbahasa adalah KOMUNIKATIF. Artinya:
•    Apa yang kita ucapkan bisa dipahami oleh orang lain.
•    Apa yang kita maksud lewat sebuah ucapan, bisa dipahami dengan cara yang sama oleh orang lain. Tidak ada salah persepsi. Kalaupun ada salah persepsi, persentasenya sangat sedikit.
* * *
Sukses Karena Berani Melanggar Aturan
Teman-teman sekalian,
Coba perhatikan sekeliling kita. Lihatlah, banyak sekali inovasi baru yang berawal dari keberanian seseorang untuk tampil beda, melakukan hal-hal yang tidak biasa, bahkan melanggar konsensus, pakem, atau tradisi yang sudah dianut oleh masyarakat selama bertahun-tahun.
Berikut saya tulis beberapa contoh di antaranya.
1. Serial Lupus
Serial karya Hilman Hariwijaya ini sangat terkenal sekitar tahun 1990-an. Kenapa? Karena penulisnya berani melanggar pakem. Dia menulis novel remaja yang bahasanya sangat gaul ala remaja ibukota. Sebelumnya, tak ada satu orang penulis pun yang berani berbuat seperti itu.
Dan kalau kita saat ini kenal dengan teenlit, termasuk novel-novel karya Raditya Dika yang ngetop banget itu, sadarilah bahwa semuanya mungkin tidak pernah ada bila dulu Hilman “Lupus” tidak berani tampil beda dengan Serial Lupus-nya.
2. Opera Van Java (OVJ)
Mengapa OVJ bisa sangat terkenal? Karena mereka berani membuat konsep acara komedi yang out of the box, tidak seperti biasanya, lain dari yang lain. Bagaimana mungkin ada dalang yang berani memarahi para pemain di atas panggung, karena si pemain selalu ngawur dalam memainkan perannya? Baru OVJ yang berani membuat komedi dengan konsep yang “aneh” seperti itu.
3. Si Doel Anak Sekolahan
Sinetron karya Rano Karno yang ngetop sekitar tahun 1995 (kalau tak salah) ini bisa sukses luar biasa, karena mereka berani membuat cerita dengan setting budaya Betawi yang sangat kental. Sebelumnya, tak ada yang berani membuat acara TV yang seperti itu, karena budaya Betawi dianggap kampungan, tak mungkin ada yang mau nonton 
4. TV One
Televisi milik Bakrie Group ini berhasil menjadi TV berita nomor satu di Indonesia, mengalahkan Metro TV yang sudah eksis beberapa tahun sebelumnya. Kenapa? Karena mereka berani membuat konsep acara berita yang out of the box, lain dari yang lain. Acara berita di TV yang sebelumnya terlihat sangat formal, resmi dan kaku, oleh TV One diubah menjadi sesuatu yang sangat santai. Bahkan news anchornya tidak lagi duduk di dalam studio, melainkan berdiri di pinggir jalan sambil disaksikan oleh orang-orang yang lewat.
5. Laskar Pelangi
Mengapa novel karya Andrea Hirata ini bisa sukses luar biasa? Karena penulisnya berani membuat cerita yang benar-benar berbeda, di tengah maraknya fenomena teenlit dan metropop ketika itu.
* * *
Nah…
Dari semua contoh yang saya tulis di atas, semuanya sekarang sudah sangat jelas, bukan?
Kreativitas, berani tampil beda, berpikir dan bertindak out of the box, adalah hal yang sangat penting di dunia seni, termasuk dalam hal tulis-menulis.
Karena itu, dalam menulis sebaiknya kita tidak terlalu sering bertanya, “Ini boleh atau tidak?”
Pokoknya masalah boleh atau tidak boleh dalam menulis, sama saja dengan boleh atau tidak boleh dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dalam keseharian kita dilarang mencuri, maka dalam menulis kita tidak boleh membuat tulisan yang mengajari orang bagaimana cara mencuri 
Selama isi tulisan atau cara menulis Anda tidak melanggar aturan hukum atau aturan agama, tidak bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat setempat, maka silahkan LANJUTKAN!
Bahkan bila Anda tetap ngotot membuat tulisan yang melanggar semua aturan dan sistem nilai, itu adalah hak asasi dan tanggung jawab Anda sepenuhnya. Bebas-bebas saja, selama Anda berani menanggung resikonya 
* * *
Tulisan Anda Ditentang oleh Masyarakat?
Tahun 1989 lalu, dunia sempat digegerkan oleh sebuah novel karya Salman Rusdhie yang berjudul Satanic Verses (Ayat Ayat Setan). Umat Islam menentangnya, karena isi novel ini jelas-jelas menghina ajaran Islam.
Nah, bagaimana jika Anda ingin membuat tulisan yang berpotensi ditentang oleh masyarakat umum seperti ini?
Begini ya:
1.    Sebagai seorang manusia, Anda punya HAK PENUH untuk membuat tulisan apapun. Termasuk bila Anda ingin membuat tulisan seperti Ayat Ayat Setan, tulisan yang bertentangan dengan aturan hukum, ajaran agama dan/atau sistem nilai yang dianut oleh masyarakat. Itu hak asasi Anda sepenuhnya.
2.    Dan resiko dari keputusan Anda untuk membuat tulisan seperti itu, adalah tanggung jawab Anda sepenuhnya. Termasuk resiko di akhirat nanti 
3.    Intinya: DARI SEGI PENULISAN, Anda bebas menulis apapun sekehendak Anda. Batasannya hanyalah hal-hal yang sudah saya sebutkan di atas.
“Kalau menurut pendapat Pak Jonru sendiri, gimana?”
Secara pribadi, saya Insya Allah tidak akan bersedia membuat tulisan yang bertentangan dengan ajaran agama saya, Islam. Dan kalau Anda ingin menjadi seorang muslim yang baik, ayo berpendapat yang sama dengan saya. Tapi kalau Anda tidak sependapat, itu hak pribadi Anda, dan resikonya ditanggung sendiri ya 
* * *
Dituduh Gila Karena Berbeda?
Tirto Utomo - pencipta merk Aqua - dulu diejek karena idenya membuat dan menjual air mineral dalam kemasan dianggap gila, tak akan laku.
Sudah menjadi resiko bahwa orang yang berani tampil beda, yang tampil dengan ide-ide baru, akan disebut gila. Mereka diejek bahkan diremehkan oleh masyarakat.
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan sempat ditolak oleh tiga stasiun TV, karena mereka percaya bahwa sinetron seperti itu tak akan laku karena dianggap kampungan.
Harry Potter sempat ditolak oleh sejumlah penerbit, karena mereka tidak yakin cerita karya JK Rowling itu bisa laku di pasaran.
Dulu, saya juga diejek dan diledek karena mengelola PenulisLepas.com. Banyak teman yang berkata, “Ngapain kamu menghabiskan banyak waktu untuk mengurus website yang enggak ada duitnya itu? Kurang kerjaan amat!”
Tapi coba lihat sekarang:
•    Sinetron Si Doel Anak Sekolahan dan novel Harry Potter terbukti laris manis di pasaran.
•    Rano Karno dan JK Rowling yang dulu diejek bahkan disebut orang gila, kini dikagumi oleh banyak orang karena kesuksesan karya mereka yang berani tampil beda.
•    Aqua kini menjadi produk air mineral yang paling laris di Indonesia, bahkan sudah menjadi generik.
•    Alhamdulillah, saya dan PenulisLepas.com pun mengalami “perlakuan publik” yang lebih kurang sama. Kini, tak ada lagi yang berani mengejek saya, karena orang-orang sudah melihat bagaimana PenulisLepas.com bisa menjadi salah satu modal dasar saya dalam mengelola bisnis di bidang penulisan.
* * *
Teman-teman sekalian,
Ada satu kalimat bijak yang menurut saya sangat benar karena sudah sangat sering terbukti di mana-mana:
Seseorang dengan ide baru adalah orang gila hingga ide itu berhasil. (Mark Twain)
Orang yang punya ide baru, lain dari yang lain, belum pernah ada, biasanya akan diejek orang. Dia disebut gila, idenya dianggap aneh dan tak mungkin berhasil. Barulah setelah idenya itu berhasil, semua orang berbalik kagum dan ingin menirunya.
Jadi kalau teman-teman punya ide baru lalu diejek, diremehkan, bahkan Anda disebut gila, saran saya CUEKIN SAJA. Yakinkan pada diri sendiri:
“Saat ini saya memang masih dianggap gila. Tapi tunggulah saatnya tiba! Anda yang mengatakan saya gila akan berbalik kagum berat, iri luar biasa dan ingin sekali meniru saya!”
NB: Dan pesan moral bagi Anda yang masih suka mengejek orang lain yang menurut Anda punya ide aneh, tidak masuk akal, gila dan sebagainya, saran saya mulai sekarang berhentilah mengejek. Suatu saat nanti bila mereka sukses, Anda akan malu sendiri!
Semoga bermanfaat. Salam Sukses Selalu!
Jonru
Follow me: @jonru
Comments
ehm ehm ,, mau nambahin sedikit mas ,, tentang yang tidak boleh dalam menulis .
“menulis hasil copy paste dari tulisan orang lain”.
bukan maksud menggurui ,, kalo salah mohon dikoreksi 
salam sukses selalu 
@galih: Kalo copy paste, itu namanya bukan menulis 
mas Jonru wrote:
Secara pribadi, saya Insya Allah tidak akan bersedia membuat tulisan yang bertentangan dengan ajaran agama saya, Islam. Dan kalau Anda ingin menjadi seorang muslim yang baik, ayo berpendapat yang sama dengan saya.
i agree mas Jonru..
*tulisan mas ini bener-bener layak untuk dibaca oleh penulis, krn mereka masih menganut paham boleh atau nggak boleh dlm menulis..
Betull… kalau terlalu banyak membatasi diri dgn batasan-batasan yg sebenarnya tidak perlu, malah justru menghambat kita dalam menulis. Jadinya nggak menghasilkan tulisan apa-apa deh. Sebenarnya dulu saya sering sekali mengalami hal ini, hehe….
Salam 
Wah, suka banget tulisan Pak Jonru yang ini. Hanya sayangnya, yang menganggap saya gila justru datang dari orang-orang terdekat saya. Hehehe…sedih kan, pak?
Setuju dan sependapat dengan mas Jonru yang mengatakan “Menulis itu tidak sama dengan aturan hukum, perundang-undangan dan sebagainya. Menulis bukanlah soal benar atau salah. Menulis bukan soal boleh atau tidak boleh.”
Saya menambahkan kalo menulis itu soal mau dan tidak mau. Kalo tidak bisa menulis ya belajar di tempat om jonru ini. hehehe
Salam
http://slametpurwanto.com

====================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
 

Rabu, 03 Juli 2013

[Penerbitan Buku] Seputar Hak Cipta, Perizinan, ISBN dan Perpajakan



mendaftarkan_hak_cipta_buku

Hal yang ditulis pada judul artikel ini merupakan tema yang cukup sering ditanyakan oleh para penulis pemula. Sebenarnya, tak ada kaitan di antara mereka. Tapi banyak orang yang sering menganggap itu semua satu paket. Karena itu, saya coba bahas semuanya di artikel ini. Semoga bermanfaat :-)
I. Hak Cipta

Banyak penulis yang mengira bahwa jika menerbitkan buku, hak ciptanya juga harus diurus.

Sebenarnya, dalam proses penerbitan buku di manapun, tak ada yang namanya “pengurusan hak cipta”. Seorang sahabat saya yang lulusan fakultas hukum pernah berkata”

    “Sebuah hasil karya intelektual akan OTOMATIS mendapat hak cipta begitu karya tersebut dipublikasikan.”

Jadi ketika sebuah buku terbit atas nama Bejo Suparjo misalnya, maka OTOMATIS si Bejo Suparjo sebagai pemilik hak cipta dari buku tersebut. Dan hak cipta ini berlaku seumur hidup. Bahkan setelah kita meninggal pun, hak cipta bisa diwariskan kepada ahli waris kita.

NB: Masih menurut teman saya, tidak ada definisi yang jelas mengenai “dipublikasikan” tersebut. Artinya, publikasi bisa di mana saja, termasuk di blog, milis, notes Facebook, dan sebagainya. Jadi tulisan yang sedang Anda baca ini pun, sudah memiliki hak cipta karena sudah dipublikasikan, walau hanya di blog pribadi. Padahal saya tak pernah mengurusnya :-)

NB: Hak cipta biasanya hanya perlu diurus jika kita sebagai penulis hendak mempatenkan istilah, logo atau konten tertentu pada buku kita. Misalnya pada buku Quantum Ikhlas. Pak Erbe Sentanu sebagai penulisnya telah mendaftarkan hak merek Quantum Ikhlas sehingga tak bisa lagi dipakai oleh orang lain.

“O… jadi hak cipta itu bukan milik penerbit?”

Bukan! Hak yang melekat pada penerbit adalah HAK PENERBITAN, atau hak untuk menerbitkan. Bukan hak cipta. Dan hak penerbitan ini pun tidak selamanya. Bisa dibatasi oleh waktu atau jumlah eksemplar.

Misalnya begini:

1. Si A menerbitkan buku di Penerbit Y, dengan kontrak selama 3 tahun. Artinya, Penerbit Y berhak menerbitkan buku si A selama 3 tahun. Setelah masa 3 tahun berakhir, maka kontrak pun berakhir dan si A bebas menerbitkan buku tersebut di tempat lain.

2. Si B menerbitkan buku di Penerbit Z dengan kontrak 5.000 eksemplar. Artinya, kontrak antara si B dan Penerbit Z berlaku hingga buku tersebut dicetak sebanyak 5.000 eksemplar. Jika kuota 5.000 eksemplar tersebut telah tercapai, maka perjanjian otomatis berakhir, dan si B bebas menerbitkan bukunya di tempat lain.

“Apakah penerbit bisa memiliki hak cipta atas buku yang kita tulis?”

Bisa, jika si penerbit TERLIBAT dalam proses penulisan buku tersebut. Contohnya adalah buku Trilogi Sepatu Dahlan karya Krisna Pabichara. Penulisan buku ini berawal dari ide penerbitnya (NouraBooks). Semua konsep berasal dari mereka. Lalu mereka pun mencari penulis yang bersedia menuliskan buku sesuai permintaan penerbit.

Dalam kasus seperti ini, penerbit dan penulis memiliki hak cipta terhadap buku yang ditulis. Adapun jika semua ide dan proses penulisan berasal dari penulis, maka hak cipta seharusnya 100% milik penulis. Jangan sampai penulis (yang mungkin masih lugu) menyerahkan hak cipta bukunya kepada penerbit. Wow! Bahaya!

“Bagaimana dengan ISBN? Apakah adanya ISBN merupakan pertanda bahwa sebuah buku sudah memiliki hak cipta?”

TIDAK. ISBN (International Standard Book Number) berfungsi sebatas administratif saja. Dengan memiliki ISBN, sebuah buku tercatat di Arsip Nasional selama 50 tahun. Dengan ISBN, sebuah buku akan lebih mudah dikenali dan dicatat secara administratif. Itu saja fungsinya. ISBN tak ada kaitan dengan hak cipta atau perizinan.

“Perizinan? Hm… bagaimana cara mengurus perizinan penerbitan buku?”
II. Perizinan

Untuk menerbitkan buku di Indonesia, tak ada izin apapun yang harus diurus. Demi Tuhan. Tak ada izin apapun yang harus diurus! Sangat jelas, bukan?

Karena itu, tak perlu bertanya lagi. Tak ada gunanya pembahasan mengenai perizinan, sebab memang tak ada aturan yang mengatur hal itu di dunia penerbitan.

“Tapi bukankah untuk menerbitkan buku, hanya boleh dilakukan oleh perusahaan berbadan hukum?”

Siapa bilang? Perorangan pun bisa, kok!

“Lho… kok aneh? Setahu saya, untuk menerbitkan buku kan harus ada ISBN-nya. Dan untuk mengurus ISBN, katanya wajib melampirkan bukti legalitas penerbit, seperti akte notaris. Gimana, dong?”

Hehehe…. jangan bingung, teman. Begini, ya.
III. ISBN

Pertama: Tak ada aturan bahwa buku yang terbit harus punya ISBN. Anda bebas menerbitkan buku tanpa nomor ISBN. Jadi misalnya Anda menerbitkan buku atas nama perseorangan, tanpa pakai nomor ISBN, dan diterbitkan dengan nama penerbit buatan Anda sendiri  (nama yang dibuat secara asal-asalan saja, sesuka Anda, tanpa perlu mendaftarkan nama penerbit tersebut ke manapun), maka itu bisa Anda lakukan. Dan itu sama sekali tidak melanggar hukum.

Kedua: Tak ada aturan bahwa penerbitan buku hanya boleh dilakukan oleh perusahaan berbadan hukum. Bahkan perorangan pun bisa.

Ketiga: Anda bisa saja mendirikan perusahaan berbadan hukum, lalu penerbitan bukunya dilakukan di bawah naungan perusahaaan tersebut. Jika misalnya Anda mengurus perizinan, maka perizinan tersebut HANYA berkaitan dengan si perusahaannya saja. Tak lebih dan tak kurang. Artinya, perusahaan Anda butuh legalitas, karena itu Anda mengurus perizinannya. Adapun kegiatan menerbitkan buku yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, sama sekali tak ada izin yang harus diurus. Nah, sudah jelas kan, bedanya?

Keempat: Untuk mengurus ISBN bagi penerbit baru, DULU bisa dilakukan secara bebas, tanpa ada syarat khusus yang memberatkan.

Namun sejak awal tahun 2012, Perpustakaan Nasional sebagai lembaga resmi yang menerbitkan nomor ISBN di Indonesia, membuat aturan baru, bahwa bagi penerbit baru yang hendak mengurus ISBN, wajib melampirkan bukti legalitas penerbit (misalnya akte notaris). Namun bagi penerbit lama, syarat ini tidak diperlukan.

Jadi, HARAP DIBEDAKAN: Bukti legalitas tersebut konteksnya adalah untuk mengurus ISBN, bukan untuk mendirikan penerbitan. Keduanya berbeda, jangan dicampuradukkan, agar tidak bingung, hehehe… :-D

Jika Anda misalnya menerbitkan buku tanpa nomor ISBN, tentu saja Anda tak perlu punya bukti legalitas apapun, tak perlu berbadan hukum.

Nah, sudah jelas kan, sekarang?

NB: Jika Anda butuh jasa pengurusan ISBN, coba klik di sini.
IV. Perpajakan

“Oke, saya mulai paham sekarang. Namun bagaimana dengan perpajakan? Misalnya buku saya diterbitkan tanpa izin, lalu laris manis dan terjual sebanyak (misalnya) 1 juta eksemplar, apakah saya tidak akan dikejar-kejar oleh petugas pajak?”

Hehehe… begini teman:

Satu: Perpajakan dan perizinan itu tak ada kaitannya, tak ada hubungannya. Jadi tak perlu dihubung-hubungkan, ya. Kalau dihubung-hubungkan, cuma bikin bingung, hehehe… :-D

Perizinan itu urusan menteri atau departemen yang mengurus masalah-masalah hukum. Sedangkan perpajakan itu urusan menteri atau departemen yang mengurus masalah-masalah keuangan. Artinya, petugas pajak tak akan mengejar-ngejar Anda karena buku Anda terbit tanpa izin. Sebab itu bukan urusan mereka :-)

Dua: Pajak itu tidak ada kaitannya dengan besar kecilnya nilai rupiah yang Anda dapatkan atau yang Anda keluarkan.

Saya beri contoh konkrit nih:
Para pedagang elektronik di Mangga Dua, penghasilan mereka bisa miliaran rupiah berbulan. Tapi mereka tak kena pajak. Sebaliknya, Anda beli permen di hypermarket, ternyata kena pajak. Padahal harganya cuma Rp 2.000.

Perpajakan tak ada kaitannya dengan jumlah rupiah. Sebuah transaksi bisa terkena pajak hanya jika terdapat unsur-unsur berikut:

1. Adanya transaksi yang membutuhkan bukti tertulis (misalnya kuitansi, nota pembelian, dan sebagainya)
2. Di dalam bukti tertulis tersebut terdapat konsekuensi pajak.

Kedua syarat di atas harus terpenuhi, tak bisa salah satunya saja.

Contoh konkrit:
Anda beli permen di warung pinggir jalan, tak kena pajak. Karena kedua syarat di atas tidak diperlukan. Sebaliknya, Anda beli permen di hypermarket, pasti kena pajak. Karena pada hypermarket, kedua syarat tersebut diperlukan.

Jadi, kembali ke pertanyaan semula:
Penjualan buku Anda akan dikenai pajak, hanya jika Anda menjualnya dengan cara yang mengharuskan adanya kedua syarat di atas. Misalnya jika buku Anda dijual di toko buku seperti Gramedia. Pasti kena pajak, walau yang laku cuma 5 eksemplar misalnya.

Sebaliknya kalau Anda jualan secara online misalnya, maka tak ada pajak yang harus Anda bayar, walau penghasilan dari kegiatan ini mencapai (misalnya) triliunan rupiah.

Mohon maaf, angka triliunan rupiah ini mungkin terlalu berlebihan. Namun saya sengaja “agak lebay” seperti itu, hanya bertujuan agar Anda bisa memahami konteks tema perpajakan ini dengan lebih mudah. Intinya (sekali lagi), pengenaan pajak tak ada kaitannya dengan jumlah rupiah yang diterima atau dikeluarkan.

* * *

Nah, sudah jelas kan sekarang? Semoga bermanfaat. Terima kasih. Salam sukses selalu!

Jonru
Follow me: @jonru

===================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
 

Senin, 01 Juli 2013

Kiat Menulis Bebas: Kiat Paling Jitu agar Kita Selalu Lancar Menulis!

Writer’s block, mandeg menulis, blank, tak tahu harus menulis apa, banyak ide tapi bingung bagaimana cara menuangkannya menjadi tulisan, dan seterusnya? Itu semua adalah penyakit paling kronis dalam menulis. Atasi dengan cara menerapkan kiat berikut ini. Insya Allah, semua masalah seperti itu akan hilang. Anda akan bisa menulis secara lancar selancar-lancarnya!


Sejak sekitar tiga tahun lalu, saya mengenal istilah “kiat menulis bebas” dari Pak Hernowo, penulis yang terkenal dengan konsep Mengikat Makna. Tapi penemu konsep menulis bebas ini adalah Peter Elbow lewat bukunya Writing Without Teacher (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul sama dan diterbitkan oleh Indonesia Publishing atau iPublishing, tahun 2007). Tapi, “Saya menerapkan kita menulis bebas ini tidak dari Peter Elbow, melainkan dari Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog yang menulis buku Opening Up,” ujar Pak Hernowo ketika suatu hari saya mengkonfirmasikan konsep Kiat Menulis Bebas tersebut padanya.
Terlepas dari apapun, saya merasa bersyukur karena menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, sebagaimana yang tertulis pada judul artikel ini. Bahkan saya kemudian menyebut kiat ini sebagai RAHASIA TERBESAR DI DUNIA PENULISAN. Saya pun memberi nama khusus untuknya, dengan tujuan agar mudah diingat: “Otak Kanan Dulu Baru Otak Kiri”.
Kiat Menulis Bebas = Kembali ke Fitrah Manusia
Saya yakin Anda semua sudah paham, bahwa otak manusia memiliki dua belahan, yakni otak kanan dan otak kiri.
•    Otak kanan = menyukai spontanitas, penuh kebebasan, tanpa aturan.
•    Otak kiri = sistematis, runut, penuh pertimbangan.
Secara naluriah, sebenarnya setiap manusia sudah “diprogram” oleh Tuhan untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, DALAM HAL APAPUN. Sebagai contoh:
1.    Seorang perempuan jalan-jalan di sebuah mal. Dia melihat sebuah baju bagus yang dijual dengan diskon 50%. Maka PIKIRAN SPONTAN si perempuan ini akan berkata, “Wah, harus beli nih!”
2.    Seorang pemuda secara tak sengaja melihat perempuan seksi lewat di depan matanya. Maka secara spontan dia akan berkata di dalam hati, “Wah, cantiknya! Andai dia jadi milikku.”
3.    Seseorang yang disenggol oleh orang asing secara tak sengaja, maka secara spontan emosinya akan naik dan timbul NIAT SPONTAN untuk marah atau membalas tindakan tersebut.
Hal-hal seperti contoh di atas adalah REAKSI SPONTAN manusia ketika menghadapi situasi tertentu. Dan reaksi spontan ini adalah hasil pekerjaan OTAK KANAN.
Setelah reaksi spontan itu muncul, biasanya kita tidak langsung bertindak. Misalnya pada contoh nomor 1. Setelah si perempuan secara spontan berkata “harus beli”, maka dia kemudian berpikir. “Jadi beli enggak, ya?” Pikirannya pun penuh oleh berbagai macam pertimbangan. Hingga akhirnya dia MUNGKIN tak jadi beli.
Aktivitas “penuh pertimbangan, banyak mikir” dan seterusnya ini merupakan hasil kerja dari OTAK KIRI.
Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam, sangat sesuai dengan fitrah manusia.
Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!
Kita mulai menulis dengan berbagai macam pikiran dan pertimbangan:
•    Tulisan ini nanti jadinya bagus tidak ya?
•    Bagaimana kalau hasilnya jelek?
•    Bagaimana kalau nanti tulisan ini diejek oleh orang lain?
•    Bagaimana kalau tulisan ini tidak sesuai dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku?
•    Kalau tulisan ini saya kirim ke Kompas, dimuat enggak ya?
•    Saya ingin membuat tulisan sebagus tulisan Andrea Hirata. Tapi bagaimana kalau tulisan saya nantinya tidak bagus, jauh dari kualitas Andrea Hirata?
•    Dan seterusnya!
Dengan kata lain, belum apa-apa kita sudah pakai otak kiri! Padahal, hukum alam justru mengajarkan kita untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri. Ini berlaku dalam hal apapun, termasuk dalam MENULIS.
Maka, ketika saya belakangan ini rajin memasyarakatkan KIAT MENULIS BEBAS kepada teman-teman penulis, itu didorong oleh keinginan saya agar para penulis kita kembali ke fitrahnya, kembali ke hukum alam dalam hal menulis.
Memang, kecenderungan kita untuk MELAWAN HUKUM ALAM ketika menulis sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sistem pendidikan kita di sekolah. Sejak kecil, kita diajarkan oleh Guru Bahasa Indonesia bahwa menulis harus pakai kerangka karangan, harus mematuhi EYD, harus taat pada tata bahasa, dan seterusnya dan seterusnya. Ajaran seperti ini membuat kita berpikir bahwa menulis itu rumit, membingungkan, dan sulit untuk dipraktekkan.
Padahal sebenarnya, menulis itu sangat gampang! (seperti kata Arswendo Atmowiloto pada bukunya “Mengarang Itu Gampang!”). Bagaimana caranya agar gampang? Ya tentu saja dengan KEMBALI KE HUKUM ALAM. Kikislah habis “aliran sesat” yang diajarkan oleh guru kita di sekolah dulu. Mulai sekarang, menulislah dengan otak kanan dulu baru otak kiri.
Bagaimanakah Cara Menulis Bebas Tersebut?
Caranya sangat gampang. Ya, DEMI TUHAN INI SANGAT GAMPANG!
Tahap ke-1: Otak Kanan:
Mulailah menulis secara spontan. Apapun yang muncul di pikiran Anda, langsung ditulis saja. Bahkan ketika Anda bingung harus menulis apa, coba tulis saja:
“Saya bingung nih, mau nulis apa. Apa yang harus saya tulis, ya? Kenapa ide sama sekali tidak muncul? Padahal kemarin saya ada ide, lho. Kenapa sekarang idenya hilang tak berbekas? Kenapa? Kenapa saya jadi blank begini?…..”
Apa susahnya menulis seperti itu?
Tentu saja Anda tidak harus menulis persis seperti kalimat-kalimat yang saya tulis. Itu hanya contoh untuk menjelaskan bahwa menulis bebas itu SANGAT MUDAH. Oke?
Ketika menulis bebas tersebut, HILANGKAN SEMUA BEBAN PIKIRAN ANDA.
Ya, SEMUANYA. Jadi apapun itu yang menghantui Anda ketika menulis, yang membuat tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.
Yang tak kalah penting: Jangan diedit atau direvisi sebelum selesai.
Walau tulisan Anda kacau balau, kalimatnya ngelantur ke sana ke mari, banyak salah ketik, atau Anda merasa tulisan tersebut sangat jelek, membosankan dan tak ada bagus-bagusnya, bahkan bila banyak kalimat yang berisi kata-kata vulgar, berbau SARA, membuka aib, dan seterusnya, BIARKAN SAJA. Jangan diedit atau direvisi dulu. Lanjutkan saja proses menulis Anda hingga semua ide tertuang dalam bentuk tulisan.
Kenapa tidak boleh diedit? Sebab begitu Anda mulai mengedit, maka itu akan menjadi sumber kemandegan yang baru. Percayalah!
Tahap ke-2: Otak Kiri:
Setelah tahap ke-1 selesai, diamkan dulu naskah Anda sekitar satu atau dua hari. Atau kalau buru-buru, satu atau dua jam cukup deh. Lalu baca lagi tulisan tersebut. Kini, mulailah MEREVISI dengan otak kiri. Buatlah tulisan tersebut menjadi lebih bagus. Bila ada salah ketik, saatnya diperbaiki. Bila topiknya melebar ke mana-mana, saatnya difokuskan ke tujuan semula. Bila Anda merasa tulisannya kurang menarik, kini saatnya dibuat lebih menarik. Dan seterusnya dan seterusnya.
“Bagaimana cara merevisi? Apa saja yang harus saya edit?”
Oke, pertanyaan bagus!
Hal utama yang harus Anda sadari, “Saya ini penulis, bukan editor.”
Karena itu, Anda tidak harus bekerja seperti para editor di penerbitan buku, atau redaktur di media cetak. Tidak harus!
Kalau Anda mau belajar editing secara lebih mendalam, ya itu bagus. Saya juga sangat setuju dan akan mendukung Anda sepenuhnya! Tapi tanpa berbuat seperti itu pun, Anda sebagai PENULIS bisa mengedit atau merevisi tulisan Anda secara layak plus memadai.
Caranya:
Edit atau revisi saja tulisan tersebut semampu Anda. Tidak ada patokan bagian mana yang harus direvisi atau bagaimana cara mengeditnya dan seterusnya. Pokoknya edit dan revisi saja semampu Anda. Yang penting Anda merasa bahwa hasil editing atau revisi tersebut membuat tulisan Anda lebih bagus dari sebelumnya. Itu saja. Titik.
Hasil Otak Kanan = Draft (atau Ruang Privat)
Selama ini, hampir semua peserta pelatihan mengaku puas setelah mempraktekkan kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Bahkan banyak di antara mereka yang mengaku sudah bertahun-tahun tak bisa menulis, kini bisa menulis dua – bahkan lebih – halaman secara lancar tanpa hambatan sama sekali.
Bahkan, banyak peserta yang awalnya bingung harus menulis apa, tapi – setelah mempraktekkan kiat menulis bebas – justru protes ketika saya berkata “waktu sudah habis, silahkan tulisannya dikumpulkan”. Mereka berkata bahwa tulisan mereka belum jadi, masih banyak ide yang belum sempat dituliskan.
Alhamdulillah, ini menjadi bukti bahwa kiat menulis bebas memang benar-benar jitu!
Tapi tentu saja, ada juga peserta pelatihan yang protes, masih bingung, bahkan marah dan mengkritik saya. Sebagai contoh, TIGA ORANG peserta Pelatihan Penulisan di Cipanas  Bogor tanggal 11 Juni 2009 lalu (yang diadakan oleh Serikat Penerbit Suratkabar Pusat) berkata dengan penuh emosi:
“Pak Jonru. Kami ini staf Public Relation dari berbagai perusahaan dan instansi di Indonesia. Kami datang ke sini untuk mengetahui kiat apa yang paling jitu agar kami bisa membuat tulisan yang membangun citra positif bagi perusahaan kami. Kalau kami menerapkan kiat menulis bebas seperti yang Pak Jonru ajarkan, bukankah itu justru berbahaya? Kami menulis sebebas-bebasnya, tidak peduli apakah di dalam tulisan tersebut ada rahasia yang tidak seharusnya diketahui oleh publik, bahkan dengan tulisan bebas itu citra perusahaan kami jadi hancur berantakan. Bagaimana dong?!”
Terus terang, ini adalah pengalaman paling seru yang saya alami dalam mengajarkan kiat menulis bebas. Terlebih ketika dua hari kemudian saya mengisi pelatihan di Unibraw Malang dengan membawakan tema yang sama, salah seorang peserta – mahasiswa – pun mengajukan protes yang sama. Dia berkata:
“Saya sering disuruh dosen untuk menulis dengan kriteria dan aturan tertentu. Kalau saya menerapkan kiat menulis bebas, bagaimana dong? Saya tentu tidak bisa membuat tulisan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh dosen!”
Saya kira, protes seperti ini dapat dimaklumi, karena para peserta tersebut masih salah persepsi – atau lebih tepatnya belum mengerti – tentang konsep KIAT MENULIS BEBAS.
Kiat menulis bebas adalah OTAK KANAN DULU BARU OTAK KIRI.
Dengan kata lain (seperti yang Anda bisa lihat juga pada penjelasan di atas), kiat menulis bebas dilakukan dalam DUA TAHAP.
Tahap pertama adalah TAHAP OTAK KANAN.
Pada tahap otak kanan ini, tulisan yang dihasilkan adalah DRAFT. Atau meminjam istilah Hernowo, tulisan hasil otak kanan adalah untuk konsumsi ruang privat. Atau bahasa gamblangnya, “Ini adalah tulisan untuk diri Anda sendiri. Bila misalnya Anda hendak mengirim tulisan ke Kompas, bukan draft atau hasil otak kanan tersebut yang Anda kirim.”
Tahap kedua adalah TAHAP OTAK KIRI.
Pada tahap inilah, Anda merevisi atau mengedit draft tersebut. Setelah jadi, setelah tulisannya menjadi bagus dan sesuai harapan Anda, barulah tulisan tersebut diarahkan ke tujuan semula. Bila sejak awal tulisan itu hendak Anda kirim ke Kompas, maka kini saatnya Anda mewujudkan rencana tersebut.
Meminjam istilah Pak Hernowo, hasil tulisan dengan otak kiri adalah untuk ruang publik. Maksudnya, ini adalah hasil tulisan yang akan Anda PUBLIKASIKAN.
Sekadar Info:
Tulisan-tulisan yang Anda baca di koran, majalah, tabloid, buku, bulletin, jurnal, dan seterusnya, semua itu BUKANLAH tulisan yang sekali tulis langsung jadi. Semua tulisan itu pastilah hasil dari draft 1, lalu direvisi menjadi draft 2, draft 3, draft 4, dan seterusnya. Ketika ada tulisan yang dimuat di sebuah koran, bisa saja itu adalah tulisan yang telah melewati sepuluh atau dua puluh editing atau revisi.
Karena itu, bila Anda hendak membuat tulisan yang SEKALI TULIS LANGSUNG SEBAGUS TULISAN YANG DIMUAT DI KORAN ATAU MAJALAH, maka ini adalah pemikiran yang keliru.
Jadi, sebenarnya tidak masalah bila di TAHAP AWAL tulisan Anda masih jelek, masih berantakan, masih kacau balau. Sebab setelah draft awal selesai, Insya Allah Anda masih punya kesempatan untuk merevisinya agar menjadi bagus dan sesuai harapan Anda.
Kiat Menulis Bebas = Cocok untuk Jenis Tulisan APAPUN
Ya, tulisan jenis apapun yang Anda tulis, semuanya cocok untuk ditulis dengan kiat menulis bebas. Cerpen, artikel, opini, memoar, karangan ilmiah, skripsi, esai, resensi, puisi, novel, skenario sinetron, berita, dan seterusnya. Pokoknya tulisan apapun itu, SEMUA COCOK!
Jadi jangan berpikir bahwa kiat menulis bebas hanya cocok untuk tulisan tertentu. SEMUA COCOK deh pokoknya! Kalau tidak percaya, coba simak subjudul berikut ini.
Kiat Menulis Bebas = Kiat SEJUTA UMAT dalam Menulis
Di atas saya sudah menyebutkan:
“….apapun itu yang bisa menghantui Anda ketika menulis, yang membuat tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.”
Ya, APAPUN itu.
Tapi walau saya sudah menulis APAPUN dengan HURUF KAPITAL untuk menegaskannya, ternyata masih banyak juga teman yang belum memahaminya.  Buktinya, mereka masih juga bertanya-tanya, mengajukan kasus yang mereka hadapi. Mereka mengaku masih tetap mandeg, bingung harus menulis apa, dan seterusnya.
Sebenarnya, bila Anda sudah sangat memahami makna dari kata APAPUN, percayalah bahwa masalah mandeg atau bingung atau blank dalam menulis tak akan pernah lagi Anda hadapi. Sebab seperti yang sudah diulang di atas, masalah APAPUN yang membuat Anda mandeg dalam menulis, maka kiat paling jitu untuk mengatasinya adalah KIAT MENULIS BEBAS.
Itulah sebabnya kenapa saya menyebut kiat ini sebagai KIAT SEJUTA UMAT DALAM MENULIS.
Untuk lebih jelasnya, saya akan sebutkan beberapa contoh saja (ingat, INI HANYA BEBERAPA CONTOH, sebagai gambaran belaka. Saya yakin, setelah membaca contoh-contoh ini, Anda akan bisa menerapkannya untuk hal-hal lain yang juga membuat Anda mandeg dalam menulis, atau setidaknya memperlambat proses penulisan Anda).
Contoh 1: Kerangka Karangan:
Anda menulis dengan didahului oleh pembuatan kerangka karangan atau outline, atau apalah itu namanya. Maka tulislah naskah Anda dengan cara seperti yang saya jelaskan di sini:
(1) Dengan asumsi bahwa Anda memang butuh kerangka karangan, awali proses penulisan Anda dengan membuat kerangka karangan. Bagaimana format dan caranya? Di atas sudah dijelaskan. Oke?
(2) Setelah itu, mulailah menulis. Menulislah secara bebas, spontan, sesuka Anda. Hilangkan semua beban dari pikiran Anda. Lupakan dulu semua teori, kiat menulis, dan seterusnya. Pokoknya menulislah sesuka-suka Anda.
….
Termasuk kerangka karangan yang telah Anda buat tadi, silahkan lupakan dulu. Jangan diingat-ingat. Jangan sampai Anda dibayang-bayangi oleh makhluk yang bernama kerangka karangan tersebut. LUPAKAN DIA UNTUK SEMENTARA. Oke?
(3) Setelah semua ide berhasil dituangkan ke dalam tulisan, barulah kerangka karangan tadi dilirik lagi. Silahkan sekarang Anda mencocokkannya dengan tulisan yang telah dibuat.
Cara mencocokkannya lebih kurang sama seperti ibu-ibu yang mencocokkan check list daftar belanjaan dengan barang-barang yang telah dia beli di mall. Ingat contoh tentang ibu-ibu di atas. Begitulah caranya.
Contoh 2: Jumlah Halaman:
Katakanlah Anda hendak mengirim naskah cerpen ke Koran A. Lalu oleh Koran A, dibuat aturan bahwa naskah opini hendaknya sepanjang 6 sampai 8 halaman kuarto, ketik 1,5 spasi, dan seterusnya.
Maka ketika menulis, awalilah dengan spontan atau menulis bebas. Lupakan dulu aturan dari Koran A tersebut. Tuliskah sepanjang-panjangnya, tidak peduli berapa halaman pun itu. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Sekaranglah saatnya Anda mengingat lagi aturan dari Koran A tersebut. Revisilah naskah Anda sehingga dia menjadi sekitar 6 atau 8 halaman kuarto, ketik 1,5 spasi.
Contoh 3: Kualitas Tulisan
Anda ingin membuat tulisan yang benar-benar bagus, menarik, dan menggugah perasaan para pembaca. Anda tidak ingin membuat tulisan yang standar bahkan jelek. Maka ketika menulis, Anda dihantui oleh keinginan seperti ini. Anda selalu berpikir, “Hasilnya nanti bagus enggak, ya?”
Karena dihantui seperti itu, Anda jadi mandeg. Maka kembalilah ke kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan saja dulu keinginan Anda tersebut. Walau Anda merasa hasil menulis spontan itu sangat jelek, tak ada bagus-bagusnya dan seterusnya, biarkan saja. Terus saja menulis. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan tersebut sehingga menjadi lebih bagus, menarik dan menggugah para pembaca.
Contoh 4: Kaidah-kadiah pada tulisan ilmiah
Tulisan ilmiah penuh oleh kaidah-kaidah yang membatasi kita dalam menulis. Bila kita langsung memikirkan dan memperhatikan kaidah-kaidah tersebut ketika menulis, maka dapat dipastikan bahwa masalah mandeg akan muncul. Karena itu, coba terapkan kiat menulis bebas. Menulislan secara spontan, lupakan dulu kaidah-kaidah tersebut. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan dengan cara menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku pada penulisan karya ilmiah.
Contoh 5: Referensi Data
Pada jenis tulisan tertentu (misalnya esai atau karangan ilmiah), referensi data pendukung sangat penting. Nah, banyak penulis yang mandeg karena mereka mencari data sambil menulis. Ini cara yang salah! Saran saya, terapkan saja kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan dulu semua data pendukung yang Anda butuhkan. Katakanlah Anda hendak menulis data tertentu tapi lupa-lupa ingat (seperti judul lagu Kuburan). Maka tulis saja seperti contoh berikut:
“Berdasarkan data penelitian lembaga …. tahun ….., jumlah penduduk miskin di Jakarta pada tahun 2006 adalah sebanyak …. orang. Bahkan Bapak …., seorang pakar Ekonomi moneter berpendapat bahwa…… (dikutip dari Majalah Tempo edisi …….).”
Tidak masalah bila masih titik-titik seperti itu. Toh itu baru draft. Setalah tahap otak kanan selesai, atau setelah semua ide tertuang di dalam tulisan, maka selanjutnya Anda masuk ke tahap otak kiri. Pada saat itulah Anda bebas mencari data, melengkapi titik-titik tersebut dengan data yang relevan.
Contoh 6: Dikejar Deadline
Anda mungkin diperintahkan oleh Bos untuk membuat tulisan dan harus jadi dalam waktu satu jam dari sekarang. Maka, Anda pun menulis sambil dihantui oleh deadline. Anda selalu khawatir, “sudah satu jam belum ya?”
Saran saya, cobalah menulis secara spontan saja. Lupakan saja deadline dari bos tersebut. Kosongkan pikiran Anda dari rasa khawatir. Menulislah seolah-olah deadline tidak ada. Tapi tentu saja, Anda harus berpikir bahwa tulisan ini harus selesai SESEGERA MUNGKIN. Dengan cara ini, insya Allah Anda akan bisa lebih lancar dalam menulis. Dan kemungkinan besar Anda bisa menyelesaikan tulisan tersebut sebelum deadline tiba.
Contoh 7: Beban Psikologis
Ketika baru mulai menulis, Anda langsung berpikir, “Nanti tulisannya bagus enggak, ya? Bagaimana kalau diejek orang? Bagaimana kalau ditolak oleh majalah? Bagaimana kalau setelah saya muat di blog, tak ada orang yang mengomentari tulisan ini? Bagaimana kalau… bla… bla… bla….”
Bila pikiran-pikiran seperti itu menghantui Anda, sadarilah itu hanya PERASAAN ANDA. Anda membayangkan hal-hal yang sebenarnya BELUM TERJADI. Tentu sangat konyol bila kita terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, padahal itu BELUM TENTU terjadi!
Maka saran saya, langsung saja menulis, lupakan semua beban psikologis yang menghantui pikiran Anda tersebut. Menulislah secara spontan. Gunakan dulu otak kanan Anda. Setelah selesai dalam bentuk draft, saatnya Anda boleh memikirkan lagi semua beban psikologis tersebut. Bila misalnya Anda khawatir tulisan tersebut akan diejek orang, maka revisilah naskah itu sebagus mungkin. Kalau sudah bagus, tentu KEMUNGKINAN untuk diejek oleh orang lain menjadi lebih kecil.
Contoh 8: Tata Bahasa, EYD, Kiat & Teori Penulisan
Banyak mahasiswa dan lulusan Fakultas Sastra yang tidak berani menulis, karena mereka dihantui oleh teori-teori yang mereka dapatkan di bangku kuliah. “Nanti kalau tulisan saya tidak sesuai teori ANU, gimana dong?”
Walau bukan dari Fakultas Sastra, saya yakin Anda pun mungkin pernah berpikir seperti itu. Ketika menulis, pikiran Anda penuh oleh teori penulisan, kiat penulisan, tata bahasa, dan seterusnya. Dan ini tentu membuat Anda mandeg menulis.
Saran saya, LUPAKAN DULU SEMUA ITU! Mulailah menulis dengan spontan, semau-mau Anda. Gunakan dulu otak kanan Anda. Semua teori dan kiat serta aturan penulisan itu, SILAHKAN LUPAKAN DULU.
Setelah selesai dalam bentuk draft, baru deh semua teori, kiat dan aturan tersebut diingat-ingat lagi. Sekarang saatnya pakai otak kiri. Revisilah tulisan Anda agar sesuai dengan teori, aturan dan kiat yang sudah Anda pelajari tersebut.
Satu hal yang perlu Anda ketahui:
Teori, kiat dan aturan dalam menulis bisa dipelajari sambil jalan. Anda tidak harus menguasai semuanya sebelum mulai menulis. Justru dari praktek menulislah, Anda akan menjadi makin mahir, makin ahli, dan makin mudah dalam memahami teori, kiat dan aturan penulisan yang ada.
“Anda tidak harus menjadi ahli untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi Ahli,” demikian bunyi sebuah kata bijak 
* * *
Oke, delapan contoh sudah cukup ya?
Saya yakin Anda bisa mencari contoh-contoh lain. Intinya: APAPUN masalah yang menyebabkan Anda mandeg dalam menulis, maka atasi dengan kiat menulis bebas.
Dan inilah sebabnya kenapa pada subjudul sebelumnya saya mengatakan bahwa kiat menulis bebas cocok untuk jenis tulisan apapun!
Kiat Menulis Bebas = Alat Bantu Belaka
Bila Anda baru belajar menulis, dan menerapkan kiat menulis bebas pun terasa masih sangat sulit, maka Anda bisa dianalogikan seperti seorang anak SD atau TK yang baru belajar membaca.
Pada kondisi seperti ini, “kiat menulis bebas” bisa disebut sebagai ALAT BANTU yang ditujukan bagi Anda yang masih sangat pemula dalam menulis. Dengan alat bantu ini maka orang yang paling pemula pun diharapkan bisa menulis secara lancar selancar-lancarnya, tanpa mandeg atau mentok sama sekali.
Tapi Anda juga tentu paham bahwa keahlian apapun akan bisa diasah melalui PRAKTEK. Semakin sering menulis, maka Insya Allah keterampilan Anda dalam menulis pun makin terasah. Sama seperti seseorang yang belajar menyetir mobil. Awalnya terasa sulit, sering nabrak, dan seterusnya. Tapi semakin sering menyetir, dia makin mahir mengenderai mobil.
Maka, keahlian menulis yang Anda miliki akan makin terasah, Anda akan makin terampil atau mahir menulis, bila Anda semakin sering praktek menulis.
Dan bila Anda sudah sampai pada tahap MAHIR atau AHLI, mungkin KIAT MENULIS BEBAS tidak terlalu relevan lagi bagi Anda. Anda mungkin bisa menulis dengan lancar walau sambil sesekali mengedit tulisan yang baru saja Anda ketik, misalnya. Terus terang, saya pun sering seperti itu 
Tapi selama “pelanggaran” yang Anda lakukan terhadap kiat menulis bebas ini tidak membuat Anda mandeg menulis, atau justru membuat Anda makin lancar menulis, maka silahkan lanjutkan “pelanggaran” tersebut.
Kenapa? Sebab kita tibak boleh memperlakukan kiat menulis bebas ini sebagai sebuah kitab suci yang tak terbantahkan. DIA HANYALAH ALAT BANTU. Sebagai alat bantu, kita hanya membutuhkannya bila dia memang benar-benar bisa membantu pekerjaan kita. Bila dia justru mempersulit pekerjaan kita, lantas buat apa dipakai?
Dan dalam menerapkannya pun, fleksibel sajalah. Jangan terlalu kaku. Seperti yang saya jelaskan di atas: Tidak mematuhi kiat ini secara seratus persen bukanlah masalah. Yang penting Anda tetap dapat lancar dan nyaman dalam menulis.
Info selengkapnya tentang cara memperlakukan alat bantu dalam menulis, silahkan klik di sini.
Kiat Menulis Bebas = Untuk Dipraktekkan, Bukan untuk Dibaca atau Dihafal Belaka
Banyak teman penulis yang mengaku sudah paham tentang kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Tapi begitu mulai menulis, mereka masih mandeg, masih dihinggapi penyakit writer’s block, masih bingung harus menulis apa.
Saya katakan pada mereka, “Bila Anda memang sudah benar-benar memahami apa itu kiat menulis bebas, saya yakin Anda tidak akan bingung lagi, tak akan mandeg lagi. Saya yakin Anda pasti bisa menulis dengan sangat lancar.”
Mereka manggut-manggut, tapi tetap mengeluh dan berkata bahwa mereka masing bingung, masih belum tahu harus menulis apa, dan seterusnya.
Saya hanya tersenyum geli. Untuk menghadapi orang seperti ini, kiat paling jitu adalah LANGSUNG MENYURUH MEREKA MENULIS.
“Silahkan langsung dipraktekkan. Kiat menulis bebas itu bukan untuk sekadar dibaca atau dihafal.. Sebab Anda baru bisa merasakan dampak dan kedahsyatannya bila kamu mencobanya langsung. Oke?”
Setelah saya “paksa” (karena awalnya mereka terlihat ogah-ogahan), barulah si penulis bingung tersebut mulai menulis. Awalnya mereka berkata masih tetap bingung. Tak tahu harus menulis apa. “Pikiran saya blank,” ujarnya.
“Kalau pikiran Anda blank, cobalah menulis tentang blank. Tulis saja ‘saya lagi blank, tak tahu harus menulis apa, bingung harus ngapain. sudah disuruh menulis oleh Jonru tapi saya kok tetap blank juga ya?????’ Saya tidak percaya kalau Anda katakan tidak bisa. Yang penting, YAKINKAN DIRI, ‘Saya Bisa Menulis!’ Dengan keyakinan seperti itu, Insya Allah Anda akan bisa menulis dengan lancar. Oke?”
Alhamdulillah, teman penulis tersebut akhirnya berhasil menulis. Hanya satu paragraf. Tapi dengan satu paragraf itu dia akhirnya percaya dan bisa merasakan sendiri, bahwa kiat menulis bebas itu memang sangat jitu! 
(web jonru)

====================================================================


JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422