eh dah lebaran! rupanya emak, papa, sodara-sodari di rumah doyan ashoka juga haha! kirain hanya aku yang abg di rumah ini rupanya yang doyan ga kenal usia hehe. eh aku kan doyan nulis epik kolosal juga, moga mereka doyan ama novelku juga kalo terbit n kalo diterbitkan tuh alhamdulillah banget ya palagi kalo ada filmnya haha...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 5 by Sally Diandra. Achari
Chanakya masuk kedalam kamarnya, Ashoka pada saat itu sudah berada
didalam kamar Chanakya dan memanggilnya “Achary !” Chanakya segera
menoleh kearah suara Ashoka yang duduk bersimpuh diatas lemari “Jika
kamu ingin hidup tenang maka katakan padaku, dimana ibuku ?”, “Hah !
Seorang pengecut memberikan peringatan !” Chanakya mengejek Ashoka
“Seorang pengecut adalah yang menculik seorang ibu untuk mendapatkan
anaknya” ujar Ashoka lantang “Tenang ... tenang Ashoka, keputusan apa
yang akan kamu ambil, ibumu akan membayar ini semua, kamu seharusnya
menyerahkan dirimu sendiri untuk menyelamatkan ibumu !”, “Jika terjadi
sesuatu pada ibuku maka seluruh kerajaan Magadha ini harus membayarnya,
jadi keputusan ada ditanganmu !” Chanakya memanggil para prajuritnya,
prajuritpun berdatangan mengacungkan tombak mereka ke Ashoka kemudian
Chanakya menyuruh para prajurit untuk mengikat Ashoka, Ashoka diikat
pada sebuah pilar yang besar “Kamu memang pintar Maharaja Ashoka”, “Kamu
itu seharusnya memberikan petunjuk yang benar untuk kepintaranmu, jika
kamu mendengarkan aku maka tidak akan terjadi apa apa pada ibumu” ujar
Chanakya “Kenapa kamu mengikat aku ?”, “Tidak ada yang bisa dikatakan
sebelum waktunya”
Ratu
Noor Khorasan (istri Maharaja Bindusara yang lain) datang menemui
Maharaja Bindusara dikamarnya dan melihat ada Dharma disana namun Dharma
menutupi wajahnya dengan dupattanya sambil meracik obat obatan “Jadi
kamu yang telah dipilih untuk mengobati Maharaja !” Dharma hanya diam
saja, saat itu Maharaja Bindusara mulai meracau lagi dan memanggil nama
Dharma, Ratu Noor Khorasan sangat kesal mendengarnya “Nama itu telah meracuni sepanjang hidupku !” bathin Ratu Noor Khorasan kemudian berlalu dengan kesal dari sana, Dharma sedih melihat Maharaha Bindusara
Tabib
yang mengobati Maharaja Bindusara menemui Justin “Yang Mulia, Acharaya
Chanakya telah menghina pekerjaanku”, “Kamu bisa membalas dendam, tabib !
Pikirkan jika Maharaja Bindusara meninggal karena pengobatan perempuan
itu maka kamu bisa membalaskan dendammu pada Acharaya” Justin meracuni
pikiran tabib “Bagaimana bisa aku membunuh Acharaya, ini perbuatan yang
salah ! Aku harus memberitahu Acharaya kalau nyawa Maharaja Bindusara
sedang dalam bahaya !” sang tabib terlihat panik “Aku tahu rahasiamu,
tabib ,,, kamu punya tempat bawah tanah dirumahmu kan ? ketika kamu
menculik anak anak dan mencobakan penemuan ramuanmu yang terbaru pada
mereka, kamu harus menjaga rahasia ini, jangan sampai rahasia ini
terdengar orang lain” Justin mulai mengancam tabib
Sementara
itu, Dharma mencoba menemui Acharaya dikamarnya, Ashoka yang saat itu
masih ditahan dikamar Acharaya begitu mendengar suaranya ibunya didepan
kamar sedang berbicara dengan prajurit mencoba untuk berteriak “Ibuuuu
!” namun Acharaya segera membekap mulut Ashoka dengan kain putih tak
lama kemudian Acharaya keluar kamar menemui Dharma “Acharaya, aku rasa
Maharaja Bindusara membutuhkan pengobatan special untuk menyelamatkan
nyawanya”, “Aku tidak tahu apa apa, Dharma ... pengobatan seperti apa
yang kamu inginkan ? Kamu bisa melakukannya, aku akan melindungi anakmu
dan kamu akan mendapatkan anakmu dan suamimu ditanganmu, kamu harus
melindungi mereka berdua” ujar Acharaya, kemudian Dharma meninggalkannya
Tabib sedang membuat ramuan yang sangat special
dan teringat ketika Justin mengatakan bahwa dirinya bisa membalas
dendam, saat itu Dharma sedang membuat ramuan dikamar Maharaja
Bindusara, sedangkan Ashoka berusaha melepaskan diri dari ikatan tali
yang mengikat tubuhnya, dia berhasil lolos dan keluar dari kamar
Chanakya, ketika menyelinap kesebuah ruangan, Ashoka melihat ada dua
orang laki laki yang sedang melumuri panah dengan sebuah ramuan yang
bisa membunuh siapapun juga, Ashoka mengambil anak panah dan busurnya
kemudian berjingkat keluar tanpa sepengetahuan mereka, orang yang
dilihat oleh Ashoka adalah sang tabib dan salah satu prajurit “Sekarang,
panah ini bisa digunakan untuk membunuh !” ujar sang tabib. Lolosnya
Ashoka diketahui oleh para prajurit, mereka langsung mengejar Ashoka
masuk kedalam hutan, Ashoka berlari sangat kencang kemudian memanjat
sebuah pohon dan bertahan diatas sana “Kita semua pasti akan dihukum
oleh Acharaya !” ujar para prajurit ketika mereka tidak menemukan Ashoka
Keesokan harinya, Ashoka masih berada diatas
pohon didalam hutan, Maharaja Bindusara juga dibawa masuk kedalam hutan
untuk pengobatannya, Dharma ada disana menemani Maharaja Bindusara
sambil terus meramu obatnya, Khurasan juga ada disana. Sambil mengobati,
sambil mengobati Maharaja Bindusara, Dharma berupaya untuk terus
menutupi wajahnya dengan dupattanya, dilain pihak chanakya sedang
melakukan semacam ritual didalam sungai, tiba tiba saja ada beberapa
orang tidak dikenal keluar dari dalam sungai mengelilingi Chanakya dan
berusaha menenggelamkannya disungai. Sementara itu didalam hutan, ada
sebuah anak panah yang tiba tiba melesat dan mengenai dada Maharaja
Bindusara, semuanya sangat terkejut dan melihat kearah belakang, mencari
siapa orangnya yang telah melesatkan anak panah itu.
Pada
saat itu, Ashoka yang juga sedang duduk diatas pohon melihat disebrang
pohon yang lain ada seseorang yang tidak dikenal mengenakan baju dan
cadar hitam yang melesatkan anak panah tersebut ke tubuh Maharaja
Bindusara, Ashoka berusaha menghentikan orang itu akan tetapi orang
tidak dikenal itu lari secepat kilat “Lihat ! Anak itu yang telah
menyerang Maharaja Bindusara, tangkap dia!” Khurasan memerintahkan
prajuritnya untuk menangkap Ashoka. Ashoka berlari mengejar si pemanah
misterius, sementara itu para prajurit mengejar Ashoka, Dharma yang
melihat keberadaan Ashoka diatas pohon tadi panik dan lebih panik lagi
ketika dilihatnya Khurasan juga ada disana, orang yang dulu hendak
membunuhnya ketika dirinya mengandung Ashoka.
Sementara
itu Chanakya masih berusaha dibunuh oleh orang orang yang tidak
dikenalnya dengan cara menenggelamkan ke dalam sungai. Di hutan, Ashoka
yang sedari tadi mengejar si pemanah misterius, menghentikan langkahnya
kemudian diambilnya batu dan dilemparkannya ke arah si pemanah, si
pemanah itupun terjatuh akan tetapi tak lama kemudian, si pemanah bisa
bangun dan lari lagi menjauhi Ashoka, ketika Ashoka hendak mengejarnya
kembali, para prajurit telah datang dan menangkapnya “Bukan aku yang
memanah, aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya memanah, percayalah
padaku ! Itu adalah salah satu prajurit yang menyerang Maharaja !”
Ashoka memberontak “Khurasan menyuruh kami untuk membawa kamu ke dia !
Ayoo cepat !” akhirnya Ashoka dibawa oleh prajurit menghadap ke
Khurasan.
Ditempat Maharaja Bindusara, sang tabib
segera menghampiri sang Maharaja dan mencabut panah yang menancap
didada sang raja sambil berkata “Panah ini beracun”, “Panah ini beracun ?
Itu artinya ada seseorang yang ingin membunuh Maharaja !” ujar
Khurasan, Dharma yang saat itu ada didekat Maharaja dan Khurasan, segera
mengambil belati Khurasan dan menggoreskan luka yang lain ditubuh
Maharaja Bindusara “Aku mencoba untuk menghentikan racun ini agar tidak
mencapai jantung, belati ini bisa memberikan kehidupan dan mengambil
kehidupan juga, itu semua tergantung dari cara penggunaannya” ujar
Dharma, tak lama kemudian Ashoka dibawa kedepan Khurasan “Aku berkata
jujur ! Bukan aku yang memanah !” teriak Ashoka lantang, Dharma panik
begitu melihat anaknya diperlakukan seperti itu oleh para prajurit “Dia
berkata benar, tuan ! Aku tadi juga melihat ada orang lain yang berada
diatas pohon sana, anak ini tidak menyerang Maharaja” Dharma mencoba
menyelamatkan Ashoka “Kebenaran akan diputuskan dipengadilan besok !”
teriak Khurasan
Sementara itu Radhagupta datang
ke sungai dan menemukan tubuh Acharaya yang terbaring ditepi sungai,
Radhagupta menangis melihat jenazah gurunya, diistana, prajurit
mendatangi ibu ratu Helena “Ibu Ratu Helena, Acharaya telah tewas
terbunuh !”, “Maharaja Bindusara memang telah diserang, akan tetapi
perempuan yang dibawa oleh Acharaya itu bisa menyelamatkannya, dia
berusaha sekali” ujar sang tabib “Kenapa dia nggak langsung dibunuh ?
Aku telah mencoba berbagai macam cara untuk membunuhnya tapi Maharaja
Bindusara tidak pernah mati !” Helena muali kesal “Ada seorang anak yang
ditangkap, Khurasan mengira kalau anak itu yang menyerang Maharaja
Bindusara” sang tabib memberikan informasi ke Helena dan Justin, Justin
tertawa dan berkata “Mereka kira anak itu yang menyerang Maharaja
Bindusara”, “Kita bisa mengambil kesempatan ini, kita akan memastikan
bahwa anak itu akan mendapatkan hukumannya !” ujar Helena “Aku akan
mengatasi permasalahan ini karena aku tidak percaya sama kamu, Justin !”
Justin sangat marah, tiba tiba terdengar suara sirene Tiba tiba
terdengar sebuah sirene yang menggema diseluruh istana "Suara apa itu ?"
ibu Ratu Helena keheranan "Itu adalah sebuah tanda pengumumman kalau
Acharaya telah tewas !" ibu Ratu Helena senang mendengarnya.
Begitu
mendengar suara sirene tersebut, semua orang yang memiliki tanda khusus
dipunggungnya semacam tato mulai bergerak berkumpul kesuatu tempat,
mereka berasal dari berbagai macam profesi, termasuk salah satu prajurit
yang mempunyai semacam tanda khusus dipunggungnya mendatangi sebuah
tempat prostitusi dan sedang bersenang senang dengan para gadis disana,
seorang gadis berkata padanya “Aku suka tatomu ini” si prajurit sangat
terkejut. Mereka berkumpul disuatu tempat menemui Radhagupta "Kalian
adalah mata mata Acharaya Chanakya, saat ini beliau sudah tewas ! jadi
tetaplah waspada ! ada seseorang yang ingin menggulingkan posisi Maharja
Bindusara !"
Saat itu, Khurasan sedang bersama
Maharaja Bindusara, prajurit menginformasikan bahwa Acharaya sudah
meninggal, Dharma yang juga ada disana sangat terkejut “Ini berarti anak
kecil itu juga yang telah membunuh Acharaya” Dharma yang mendengar
ucapan Khurasan semakin panik hingga mangkok yang dipegangnya tumpah
“Selamatkan Maharaja Bindusara !” perintah Khurasan ke Dharma “Aku harus
tahu panah yang seperti apa yang menyerang Maharaja Bindusara, untuk
itu aku harus bertemu dengan anak itu, tuan” ujar Dharma sambil menutupi
wajahnya, Khurasan pun menyetujuinya.
Didalam
penjara, saat itu Ashoka sedang dipukuli oleh para prajurit dengan
tangan dan kaki diikat rantai “Aku sudah bilang yang sebenarnya kalau
aku tidak menyerang Maharaja Bindusara, aku hanya kesini mau bertemu
dengan ibuku yang diculik oleh Acharaya !” ujar Ashoka sambil teringat
bagaimana dulu Dharma merawat dirinya, bagaimana Dharma selalu merasakan
penderitaannya ketika Ashoka terluka atau sakit, Ashoka sangat sedih,
tak lama kemudian Dharma datang ke penjara menemui Ashoka, masih dengan
menutupi wajahnya dengan dupatta, Dharma berkata “Aku harus bertanya
padamu, nak”, “Aku ini tidak bersalah, aku tidak tahu apa apa” Ashoka
sudah merasa lelah ditanyai terus menerus, Dharma yang sedih melihat
Ashoka menyuruh para prajurit untuk meninggalkannya berdua saja dengan
Ashoka, prajuritpun meninggalkannya. Sepeninggal para prajurit, Dharma
membuka dupattanya dan melihat kearah Ashoka “Ibuuuu” Ashoka senang
ibunya datang, lagu Lal Mere pun terdengar. Dharma segera memeluk Ashoka
erat, Dharma sedih melihat keadaan Ashoka yang tubuhnya lebam karena
cambukkan “Ibu, maafkan aku ... Akulah yang bertanggung jawab atas semua
ini, aku akan membawa ibu pergi dari sini”, “Ashoka, dalam keadaan
seperti ini kamu masih memikirkan ibu ? Besok kamu akan ditanyai
disidang, nak ... tapi kamu harus menjaga dirimu sendiri, kamu harus
mengatakan yang sebenarnya” Dharma ingin sekali menyelamatkan Ashoka
“Apa gunanya bicara jujur, kalau mereka semua tidak mempercayai aku !
Hanya Acharaya yang bisa menolongku, ibu ... dia tahu kenapa aku datang
ke istana ini !”, “Acharaya telah dibunuh, nak !” Ashoka kaget “Kalau
begitu katakan pada mereka, bu ... Bahwa aku kesini untuk mencari ibu,
aku tidak punya hubungan apapun dengan Maharaja Bindusara !” mendengar
ucapan anaknya Dharma kembali teringat ketika dulu dirinya menikah
dengan Maharaja Bindusara “Ibu, tolong katakan pada mereka bahwa aku
kesini hanya untuk kamu !” Dharma sangat sedih melihat Ashoka karena
dirinya tidak bisa berbuat banyak untuk menolong Ashoka “Ashoka,
berjanjilah pada ibu, nak ... bahwa kamu tidak akan menceritakan siapa
dirimu yang sebenarnya disidang besok, berjanjilah pada ibu bahwa kamu
tidak akan mengatakan dimana kamu tinggal” Ashoka merasa ada yang ganjil
dengan permintaan ibunya “Mengapa aku harus menutupi kebenaran tentang
diriku ?”, “Lalukan seperti yang ibu katakan, berjanjilah Ashoka !”,
“Ya, aku berjanji, ibu”
Prajurit yang kakinya
terluka karena dilukai oleh Acharaya sebelum Acharaya tewas, menemui
tabib istana untuk meminta obat “Kamu akan baik baik saja, kamu pasti
akan segera sembuh” ujar sang tabib kemudian prajurit itupun pergi
meninggalkan tabib, tepat pada saat itu salah satu prajurit yang
merupakan mata mata Acharaya (dengan tanda sebuah tato dipunggungnya)
melihat prajurit yang terluka keluar dari ruangan tabib istana.
Sementara
itu diruangan yang lain Ratu Noor (istri Maharaja) sedang menangis,
Justin (adik tiri Maharaja) menemuinya “Kenapa kamu menangis ?”,
“Mungkin saja kali ini Maharaja Bindusara tidak akan hidup lagi,
tanpanya aku pasti tidak akan punya identitas ! Ratu Charumitra tidak
akan membiarkan aku hidup” Justin mendekatinya “Tidak akan ada yang bisa
menyentuhmu selama aku berada disampingmu, Ratu Noor” Justin semakin
mendekatinya “Ini adalah hari sial untuk Maharaja Bindusara bahwa dia
tidak akan bisa mencintaimu” Ratu Noor tersenyum kemudian mereka
berduapun berpelukkan.
Ibu Ratu Helena menemui
Ashoka dipenjara “Sekarang ternyata anak anak juga bisa membunuh orang
rupanya”, “Aku bukan pembunuh ! Aku melihat pembunuh sebenarnya” ucapan
Ashoka membuat Helena terkejut “Tapi semua orang mengira kalau kamulah
pembunuhnya, jika itu terbukti maka kamu akan diberi hukuman mati”,
“Tidak ada seorangpun yang mempercayai aku, apakah kamu percaya padaku ?
Kamu adalah seorang ratu, kamu bisa menyelamatkan aku” Helena hanya
tersenyum sinis “Sidang tidak akan menerima keputusanku sebagai bukti
yang menentang kamu” Ashoka merasa putus asa “Lebih baik kamu terima
saja tudingan itu bahwa kamu yang menyerang Maharaja Bindusara maka aku
akan melakukan sesuatu yang bisa meringankan hukumanmu” Ashoka bingung
“Tapi aku tidak menyerang siapapun, kalau aku mengatakan seperti itu
berarti aku berbohong, kamu bisa bertanya pada ibuku juga !” Ashoka
teringat ucapan ibunya untuk tidak mengatakan siapa mereka sebenarnya
pada orang orang didalam istana “Jadi ibu kamu ada disini ?” tanya
Helena penuh selidik “Tidak ! dia tidak ada disini tapi dia tahu bahwa
aku tidak bisa memanah”, “Kalau begitu kamu harus menerima tuduhan
terhadap dirimu disidang besok, kamu punya waktu sepanjang malam ini
untuk memikirkannya” ujar Helena kemudian berlalu meninggalkan Ashoka,
Ashoka mencoba memikirkan ucapan Helena barusan Sinopsis Ashoka Samrat episode 6
0 komentar:
Posting Komentar