eh, met lebaran ya mohon maaf lahir bathin! \(^0^)/ eh aku masih kepikiran neh kan okasan, otosan, sodara-sodari di rumah tuh pada doyan ama ASHOKA, terus apa mereka bakal doyan juga ya ama epik kolosal karanganku di novel? aku akan membuat mereka juga suka ama karyaku meski pun harus menyatukan bumi dan langit haha (maksudnya menyatukan naskah dan penerbitnya getuh ah ga usa serius nanggapinnya gara2 ikutan semboyannya ashoka neh bisa aja hoho)
Sinopsis Ashoka Samrat episode 6. Dharma mendatangi Bindu yang tidak sadar. Dia meminta Bindu bangun, "Ashok akan dihukum mati.
Hanya kau yang bisa menyelamatkannya. Dia tidak bersalah. Dia tak
mungkin menyerang dirimu. Aku tak bisa memihak padanya besok. Aku tak
pernah meminta apapun darimu, atau akan meminta apapun di masadepan.
Tapi Ashok membutuhkanmu. Ashok butuh ayahnya. Bangulah!" Dharma
menangis putus asa.
Helena
berkata meminta agar tersangka di bawah ke pengadilan. Dalam keadaan
ter-rantai, Ashok di bawa ke pengadilan. Dia melihat Helena ada di sana. Pendeta guru
meminta pengadilan di mulai. Seorang pendeta mencoba membela Ashok
dengan mengatakan kalau dia masih anak-anak, dan tidak tahu apa yang di
lakukannya. Khorasan membantah, "dia bukan anak, tapi strategi yang di
terapkan musuh. Dia tidak seperti anak-anak. Dia menyebut dirinya
Samrat. Dia mengolok-olok Samrat Bindusara dan berkata bahwa dia akan
menjadi Samrat. Dia masuk ke istana secara sembunyi-sembunyi.
Menyebabkan kebakaran dan menganggu prajurit jaga." Ashok tanpa takut
mengakui semuanya, "ya. Aku masuk ke istana. Prajurit mengejarku, karena
itu aku sembunyi di hutan." Helena bertanya, "jadi kau mengaku telah
menyerang Samrat Bindusara?" Ashok menatap Helena, dan teringat
bagaimana dia mendatanginya di penjara dan meminta dia menerima
kejahatan yang tidak di lakukannya, sebagai imbalan, Helena akan
menyelamatkannya dari hukuman mati. Mengingat itu Ashok dengan tegas berkata, "aku Ashoka.
Yang berjanji pada ibunya untuk selalu mengatakan kebenaran. Dengan
jelas aku menyatakan kalau aku tidak menyerang Samrat. Ratu ini datang
kepadaku di penjara dia akan menyelamatkan aku dari hukuman mati jika aku mau mengakui kejahatan itu. Menyembunyikan kebenaran untuk menyelamatkan diri juga hukuman mati.
Aku akan mengatakan yang sebenarnya. Aku melihat seorang prajurit
menyerang Samrat dan aku mengatakan kebenaran ini pada ratu kemarin."
Semua menatap penasaran pada Helena. Helena sendiri terlihat salah
tingkah, dia melirik Justin. Justin segera berdiri dan dengan geram
berkata, "anak ini sudah melewati batas. Dia menghina pengadilan, dia
harus di hukum mati." Ashok terlihat gugup. Helena berdiri dan berkata,
"aku perintahkan untuk memengal kepala anak ini sekarang juga!" Semua
orang tertegun. Sesaat suasana menjadi hening. Keheningan itu di
kejutkan dengan suara langkah kaki. Semua orang menoleh kearah pintu.
Acharaya Chanakya masuk ke ruang pengadilan mengagetkan semua orang.
Ashok senang melihatnya.
Helena terkejut, dia
teringat ketika prajurit menyampaikan kabar kematian Chanakya. Begitu
pula Khorasan. Ashok pun mendengar kabar kematian Chanakya dari Dharma.
Tapi sekarang... yang di sangka mati itu tiba-tiba muncul di istana dalam keadaan segar bugar tanpa cacat sedikitpun. Helena dan Justin saling pandang. Guru terlihat kecewa. Begitu hilang rasa terkejut, semua yang hadir segera memberi salam
pada Chanakya. Chanakya tersenyum dan berkata, "kebenaran selalau
menang. Ia tidak bisa di tekan. Matahari, bulan, sungai, semua menjadi
saksi kebenaran. Kebenarannya adalah aku masih hidup. Hari ini kejahatan terbesar akan terjadi, yaitu membunuh kebenaran. Samrat Chandragupta Maurya percaya pada keadilan dan kebenaran. Dan hari
ini keduanya akan di bunuh. Samrat Chandragupta merasa terhina. Karena
itu aku di beri kehidupan baru untuk menyelamatkan kebenaran." Pada
Helena Chanakya bertanya, "darimana anda mendapat
otoritas untuk menghukum tersangkah Hanya Samrat yang boleh menghukum
seseorang." Helena menyahut, "Samrat sedang berjuang untuk hidupnya.
Sesuai peraturan ibu yang akan menggantikan tempatnya." Chanakya
menyahut, "jangan lupa, aku yang
membuat semua peraturan ini. Tanpa kehadiran Samrat, satu orang tidak
berhak menentukan siapa penjahat atau bukan. Anda harus mendengarkan
kasunya terlebih dahulu." Helena membantah, "siapa yang mau mendengarkan
penjahat yang coba menyerang
Samrat? Dia musuh Magadha." Chanakya menyahut dengan kalem, "anda benar.
Orang yang menyerang dan yang memihak padanya..keduanya adalah
penghianat. Tapi tuduhan pada anak ini tidak terbukti. Sehingga anda
tidak boleh menghukumnya. Itulah keadilan dan akan memandu kasus ini.
Aku akan buktikan anak ini tidak bersalah." Semua orang merasa heran
dengan pernyataan Chanakya. Begitu pula Helena. Helena berpikir, "mengapa Chanakya memihak anak ini? Untuk siapa dia bangkit dari kematiannya?"
Helena bertanya, "Achari Chanakya, anda memihak tersangka?." Chanakya
menggeleng, "tidak! Aku memihak kebenaran." Ashok menyela, "tidak.
Bagaimana Achari Chanakya memihak padaku kalau aku terlibat masalah ini
semua adalah karena dia?" Helena tersenyum licik, "...dia berbicara
kasar tentang anda dan anda memihak padanya? Anda bangkit dari kematian
untuk anak ini?"
Achary Chanakya memberi tahu
yang hadir bahwa orang-orang yang di kirim untuk membunuhnya adalah
orang bodoh, "mereka tidak tahu kalau untuk bisa membunuhku mereka harus
cukup pintar." ~Kilas balik bagaimana prajurit berusaha pembunuhan
Chanakya di sungai, bagaimana chanakya selamat dari usaha pembunuhan
bahkan berhasil melukai salah seorang pembunuhnya dengan gelang di
tanganya. Dan bagaimana Radhagupta meminta rakyat menyebarkan kabar
palsu kalau Chanakya terbunuh, padahal seebenarnya dia masih hidup.
Chankya muncul di hadapan mereka dan meminta mereka mencari prajurit
yang telah di lukainya itu~
Helena bertanya
apakah Chanakya menemukan penyerangnya? Chanakya menjawab, "ya."
Chanakya memanggil Radhagupta. Radhagupta muncul bersama seseorang yang
berjalan pincang. Orang ituterlihat gugup dan ketakutan. Helena dan
Justin saling beradu pandang dengan cemas. Chanakya berkata, "dia adalah
prajurit Magadha." Chanakya menatap penyerangnya dan bertanya, "apakah
kau menyerangku? Apakah kau mengaku?" Si penyerang menganguk
takut-takut, "ya." Chanakya meminta orang itu menunjukan lukanya.
Prajurit itu mengangkat kainnya memperlihatkan goresan pararel di
kakinya. Chanakya berkata, "ini membuktikan kalau dia adalah orang yang
sama yang berusaha membunuhku." Chanakya meminta si penyerang mengatakan
siapa yang memberinya perintah. Tapi Helena menyela, "kita semua senang
anda masih hidup. Tapi bagaimana kita semua bisa percaya kata-kata
orang yang coba membunuh anda?" Chanakya berkata kalau dia sudah
mempersiapkan segalanya, "aku akan buktikan kalau apapun yang di katakan
prajurit ini adalah benar." Chanakya memanggil tabib dan menanyainya,
"kau seharusnya hanya melayani keluarga kerajaan saja. Itu peraturannya.
Tapi yang membuat aku binggung, kenapa
ketika Samrat Bindusara sedang berjuang dengan hidupnya kau malah pergi
mengobati prajurit biasa ini?" Tabib menatap Helena. Dengan gugup dia
menjawab, "sudah tugas saya untuk mengobati orang yang terluka."
Chanakya tersenyum heran, "kenapa prajurit lain tidak pernah melihat
sisi kemanusiaan mu sebelum ini? Anda tahu, bahwa ini melanggar
peraturan. Kau tidak boleh mengobati orang biasa. Tapi kau mengobati
penyerang ini. Jadi terbukti kalau kau melakukannya atas perintah orang
besar. Ini bukan secara kebetulan samrat dan aku di serang pada waktu
bersamaan. Ini di rencanakan. Samrat dan aku mempunyai musuh yang sama.
Orang ini akan membuktikannya." Helena memberi isyarat pada Justin untuk
menghentikan Chanakya. Justin berdiri, sambil menghunus pedang dia
menghampiri si penyerang, "siapa yang menyuruhmu membunuh achary
Chanakya? Katakan!" Tak tahu harus menjawab apa, dengan putus asa, si
penyerang meraih pedang Justin dan menebas lehernya sendiri. Si
penyerang mati seketika. Semua orang kaget melihat kenekatannya. Helena
menyerigai puas. Setelah tubuh si penyerang dibawah pergi, Chanakya
berkata, "jika penyerang itu mengatakan yang sebenarnya, dia tidak akan
di hukum mati. Tapi dia tahu, kebenaran itu lebih penting untuk tidak di ungkapkan daripada nyawanya sendiri."
Perdebatan tentang kasus Ashokpun di mulai lagi. Helena memberitahu Chanakya, kalau dia berpihak Ashok, maka guru yang lain akan melawannya dari sisi Magadha. Chanakya berkata, "kalau aku memihak anak ini, itu artinya anak ini jujur." Guru
yang ditunjuk menghampiri Chanakya dan memberi hormat, "saya belajar
segalanya dari anda. Kami tidak bisa menentang anda, tapi saya akan
berusaha menangani kasus ini dengan penuh kejujuran. Mohon jangan
tersinggung." Chanakya tersenyum, "apa yang kuajarkan padamu,
tunjukanlah. Aku akan senang." Guru memulai kasusnya dengan menanyai Ashok apakah dia bersembunyi di hutan dengan membawa alat memanah? Ashok memberi alasan. Tapi guru
tak mau mendengar alasan Ashok, dia menyuruh Ashok menjawab
pertanyaannya dengan iya atau tidak. Ashok dengan terpaksa mengangguk. Guru
bertanya lagi, "apakah kau menyerang Samrat Bindusara?" Ashok
menggeleng, "tidak. Itu tidak benar. Saya tidak tahu cara menggunakan
alat memanah. Saya melihat penyerang itu dengan mata kepalaku sendiri.
Kalau anda tidak percaya, bawalah wanita yang saat ini sedang merawat
Samrat, dia juga melihat penyerang itu." Khorasan membenarkan kalau ada wanita yang di bawa Chanakya untuk merawat Samrat. Tidak ada yang tahu kalau wanita itu adalah Dharma, karena dia memakai cadar. Guru meminta wanita itu di panggil.
Dengan
wajah tertutup selendang, Dharma di hadirkan dipengadilan. Suara gelang
kakinya saat melangkah memukau semua orang. Dharma melihat Khorasan.
Kenangan buruk kembali terbayang, dia ingat bagaimana Khorasan menyerang
dirinya dan membunuh ayahnya. Chanakya yang tahu kalau wanita itu
Dharma merasa tegang. Dharma berdiri diantara Chanakya dan Ashok dengan
kain menutupi wajahnya. Melihat itu Khorasan meminta Dharma
memperkenalkan diri dan membuka cadarnya. Helena setuju dengan
permintaan Khorasan. Dharma harus memperlihatkan wajahnya atau kalau
tidak dia akan menyuruh prajurit memaksanya.
Dharma
membuka cadarnya. Ashok mengenalinya dan memanggil, "ma!" Khorasa
terkejut melihat wajah Dharma, "Dharma? Kau Dharma?" Helena bertanya,
"Siapa Dharma?" Khorasan memberitahu semua orang kalau Bindusara pernah
menikahi Dharma, "kalau kau hidup, anakmu pasti hidup juga. ~Khorasan
menatap Ashok~ Apakah Ashok anakmu? Kau pasti datang untuuk balas
dendam. Dia adalah anakmu yang ingin kau selamatkan?" Dharma mengelak
dengan takut, "tidak. Sekarang dia bukan anakku." Khorasan menyakinkan
dirinya, "tidak! Dia pasti anakmu. AKu akan membunuhnya!" Khorasan
menghunus pedangnya siap menebas leher Ashok. Dharma berteriak, "tidak!"
Dharma tersentak kaget. Tidak ada kalimat
yang keluar dari mulutnya. Dia masih tetap berkerudung. Rupanya itu
hanya bayangan Dharma saja. Khorasan kembali meminta Dharma membuka
kerudungnya. Dharma dengan berat hati hendak menuruti permintaan
Khorasan ketika tiba-tiba seorang prajurit datang memberitahu kalau
Bindusara telah sadar. Chanakya dan yang lainnya menarik nafas lega.
Kecuali Justin dan guru yang bersengkokol dengannya. Helena pura-pura
bahagia, "Samrat telah sadar. Anakku telah sadar." Chanakya menatap
Helena dengan tatapan tak percaya. Guru menunda pengadilan dengan
berkata kalau sidang di tunda selama 1 hari, "anak ini mendapatkan
kesempatan hidup 1 hari lagi karena Samrat yang ingin dia bunuh." Helena
mengatakan pada semua orang kalau tidak ada yang boleh menemui Samrat
tanpa izinnya.
Bindusara sedang duduk menyandar
di divan ketika Helena dan Justin datang menemuinya. Helena mengelus
rambut Samrat penuh kasih sayang dan berkata bagaimana sedihnya ia
memikirkan Bindusara. Justin memberitahu Bindu kalau musuh mengirim
seorang anak untuk membunuhnya, anak itu menyebut dirinya Samrat. Dan
Achari Chanakya membela anak itu. Bindu dengan rasa ingin tahu bertanya,
"Achari Chanakya telah kembali?" Helena menyahut, "ya. Kami pikir
Achari datang untuk mu, tapi ternyata dia memihak penyerang itu."
Dari
tempat tersembunyi, Dharma mendengarkan hasutan Helena dan Justin.
Helena menyakinkan Bindu kalau yang menyerang dirinya seoran anak
kecil. Bindu mencela kalau musuhnya kini melakukan perbuatan sangat
rendah. Justin memberitahu Samrat kalau mereka akan memutuskan hukuman
bagi anak itu besok. Samrat menyahut, "aku akan mendengarkan kasusnya di
pengadilan besok, dan jika dia terbukti bersalah, maka anak itu akan di
hukum mati." Dharma menangis sedih mendengarnya.
Radha
Gupta menunjukan beberapa mayat pada Chanakya. Mayat-mayat itu terbunuh
oleh racun yang sama yang di gunakan untuk menyerang samrat. Chanakya
berkata kalau racun seperti itu hanya bisa di peroleh di klinik
kerajaan. Sedang Chanakya dan radhagupta berbincang-bincang, muncul
Dharma yang dengan rasa tidak terima bertanya, "kenapa anakku di tuduh
sebagai pelakunya?" Chanakya memberi pengertian pada Dharma kalau untuk
meraih tahta Magadha harus melalui banyak rintangan dan masalah. Salah
satunya adalah tindakan mementingkan diri sendiri, "calon Raja masa
datang tidak dapat melihat apa-apa. Dia hanya mengikuti arus dan kau
tidak akan dapat menghentikannya. Akan ada pertumpahan darah dan
berbagai kesulitan." Dharma bertanya, "lalu kenapa anda membawa Ashok ke
mari?" Chanakya menjawab, "takdir Ashok yang membawanya kesini.."
Di sisi lain, Ashok terikat di penjara. Dia terlihat begitu memelas... Sinopsis Ashoka Samrat episode7
0 komentar:
Posting Komentar