hm, penulisnya lain2 lagi. aku si ga ada lagi kesempatan nulis sinopsis karna fokus dulu nulis novel2ku. btw dah mo tanggal 1 lagi tu ntar lagi mo ganti jadwal tapi kayaknya ga bakal ada yang berubah drastis de paling hanya beberapa skedul dari 7 itu yang kuganti (cus skedulku sehari tu 7, sesuai solat 5 waktu plus 2 solat sunah, ikutin yang itu aja skedulnya). skedulku bulan juli tuh aku kerjain 3 fiksi horor sekaligus (2 kumcer, 1 novel) n baru selesai episod 1 ya aku dah seneng amatlah, kan tiap draft tu rencananya ada 12 episod sesuai dengan panjang karakter namaku tu kan 12 huruf juga. antimainstreamlah! mo curhat dikit soal horor, kan tiap baca horor tu aku merasa mainstream banget hantunya selalu seragam pake baju puti, pasti rambut panjang acak2an, darahnya keluar, mata melotot, ya ntar aku punya ciri khas hantu yang antimainstream. penasaran?! pokoke hantu yang kupake tu ga mainstream n pake seragam getuan, kayak dah wajib aja hantu tu harus pake baju puti2, berdarahlah, rambutnya panjanglah. tapi aku menggambarkannya beda! penasaran? doain ya cepet kelar. amin! :=(D
Sinopsis Ashoka Samrat episode 16. Guru memuji
Sushim di depan Samrat karena telah mengalahkan iblis. Menurut guru itu bukti
kalau Dinasti Maurya mempunyai masa depan yang gemilang. Chanakya menatap Sushim
dengan sangsi. Bindu tersenyum, "Sushim, aku bangga padamu." Sushim tersenyum
bangga. Ashok tertawa geli. Charumitra meminta izin untuk mengajak Sushim peri.
Bindusara mengangguk. Charu kemudian menghampiri Sushim dan mengandengnya pergi
meninggalkan aula kerajaan. Di telinga Sushim, Charu berisik, "siapa yang
memukulimu?" Sushim balas bebisik, "aku akan cari tahu, ma." Ashok menatap
kepergian Sushim dan ibunya dengan senyum lebar.
Sambil tertawa-tawa, Ashok dan Bal Ghovin kembali ke istal
(kandang kuda). Keduanya menjatuhkan diri di tepi kolam. Bal mengucapkan terima
kasih pada Ashok, karena mengembalikan rasa percaya dirinya. Ashok tertawa.
Tiba-tiba tawanya lenyap dan dia terlihat tegang. Buru-buru dia berdiri, "aku
akan kembali." Lalu bergegas pergi meninggalkan Bal Ghovin yang menatap
kepergiannya dengan heran.
Chanakya mengutarakan rasa sangsinya pada Radhagupta, "aku
tidak percaya kalau Sushim mengalahkan binatang itu. Kebenarannya pasti
berlawanan. Dia pasti telah di hajar." Ashok muncul di depan Chanakya dan
Radhagupta. Dengan wajah polosnya dia melipat tangan di dada dan berkata,
"acharya, saya datang kesini untuk memberitahu anda, bahwa saya tidak akan pergi
kemana-mana sampai saya bisa berhasil membuat iblis pergi dari sini." Chanakya
dengan heran berkata, "tapi Sushim mengatakan kalau dirinya telah membuat iblis
itu melarikan diri dari Patliputra." Ashok tersenyum, "aku diatas segalanya,
maka apa yang kupikirkanpun jauh diatas mereka." Chanakay dengan rasa ingin tahu
bertanya sampai berapa lama waktu yang dia punya untuk tinggal di Patliputra?
Ashok menjawab sampai dirinya berhasil menangkap iblis itu, sampai saat itu pula
dia tidak akan meninggalkan Patliputra. Setelah berkata begitu, Ashok memberi
hormat pada Chanakya, lalu pergi dari hadapannya. Chanakya menatap kepergian
Ashok sambil berguman, "Ashok akan segera pergi dari tempat ini, Radhagupta.."
Radhagupta mengangguk kecil. Keduanya hendak melangkah ketika Helena muncul dri
belakang mereka. Chanakya segera menoleh. Helena menatap Chanakya dan berkata,
"aku telah memahami permainan politikmu achari. Dulu anda membawa seorang anak
dan membuat raja waktu itu kalah dari anak itu. Lalu anda menjadikan anak itu
sebagai Samrat. Sekarang anda membawa Ashok, ide anda adalah merebut tahta
Bindusara dan memberikannya pada anak itu. Tapi anda tidak akan berhasil kali
ini." Chanakya tersenyum dan balas berkata, "aku mengerti maksudmu. Tapi apakah
anda punya bukti untuk membuktikan teori anda itu? Bahkan aku merasa bahwa anda
dan Justin menyerang Samrat Bindusara sehingga anda bisa menjadikan Justin raja.
Tapi aku tidak punya bukti untuk melawanmu waktu itu karena itu tak bisa
melakukan apa-apa. Dalam peperangan ini, hanya orang yang punya bukti dan
strategi saja yang bisa menang. Anda tahu itu dengan sangat baik. Anda memainkan
permainan ini bertahun-tahun dan bertahun-tahun pula aku telah mengalahkan anda.
Dan permainan yang anda mainkan saat ini, aku akan membuat anda kalah dengan
mengikuti aturanmu saja. Aku akan menyapu bersih anda." Chanakya tersenyum kalem
pada Helena sebelum beranjak pergi dari depannya, di iringi tatapan penuh
kebencian dari sang Ratu.
Helena sedang menulis surat. Justin
mengutarakan rasa tidak sukanya melihat Helena berbicara dengan Chanakya, "apa
perlunya?" Guru setuju dengan ucapan Justin, "sekarang achari Chanakya pasti
akan bersikap lebih hati-hati." Helena menyahut kalau itu adalah rencananya,
"aku ingin Achari Chanakya kosentrasi pada keselamatan Ashok saja." Helena
mengulurkan surat yang telah selesai di tulisnya pada Justin dan menyuruh dia
membacanya. Justin bertanya, "apa ini?" Helena berkata kalau Justin tak akan
mengerti. Lalu dia menyuruh Guru mengirimkan surat itu pada ayahnya, Nikator.
Seorang prajurit masuk ke kandang kuda dan menunjukan logo
Singa pada penjaga. Penjaga mengizinkan dia masuk. Seorrang pelayan
memata-matainya. Prajurit itu mengambil kuda putih dan membawanya pergi.
Sushim di kelilingi oleh teman-temannya. Salah seorang teman
Sushim bertanya kalau Sushim telah mengalahkan iblis itu mengapa membiarkannya
lolos? Sushim tidak menjawab pertanyaan itu, dia menyuruh mereka semua pergi.
Sebelum pergi, mereka meminta Sushim agar besok membawa mereka semua pergi ke
tempat di mana dia mengalahkan iblis itu. Sushim terbayang bagaimana dia di
pukuli oleh anak-anak, dia menjadi marah dan membuat berantakan kamarnya. Charu
datang teropoh-gopoh dan bertanya, "ada apa Sushim?" Sushim dengan geram berkata
kalau dia akan mencari tahu siapa orang yang telah memukulinya, "siapa yang
ingin mati di tanganku?" Charu berkata pasti orang itu tidak berasal dari negeri
ini. Sushim teringat bagaimana Ashok telah menuduhnya sebagai iblis. Tapi Sushim
merasa sangsi, "tidak. Aku tidak berpikir Ashok punya keberanian sebanyak
itu."
Untuk membuktikan kesangsiannya, Sushim mendatangi Ashok di
istal dan berkata, "aku tidak tahu kalau kau punya banyak ketakutan. Aku tahu
apa yang kau lakukan kemarin." Ashok menjawab kalau dirinya melakukan banyak hal
kemarin, "apa yang kau bicarakan, pangeran?" Sushim menarik kain Ashok, "kalau
kau berasal dari keluarga baik-baik, kau pasti akan mengakui apa yang kau
lakukan kemarin." Sushim kemudian mendorong tubuh Ashok. Ashok menjadi marah,
tangannya tergenggam siap untuk membalas perbuatan Sushim, tapi kata-kata Dharma
terngiang kembali di telinganya, "berjanjilah untuk tidak melakukan kekerasan di
masa depan." Melihat Ashok terdiam, Sushim menoleh kearah Bal Ghovin lalu
menghampirinya. Dia menarik kain Bal dan menyuruhnya memberitahu siapa yang
memukulinya kemarin, "atau aku akan membunuhmu!" Bal Ghovin gemetar ketakutan.
Sushim menjadi sangat marah, dia mengerakkan cambuknya, tapi Ashok berkata,
"cukup! Hentikan, pangeran!" Sushim melepaskan Bal Ghovin dan berbalik menatap
Ashok dengan cambuk siap terlontar di tangan. Ashok tidak gentar, "Ya. Aku yang
telah memukulimu. Dan ku pikir kau menginginkannya lagi, karena itu kau datang
kesini." Sushim dengan marah menghampiri Ashok. Ashok terlihat tegang. Tiba-tiba
kemarahan Sushim mengendur, dia tersenyum mengejek, "aku tidak menyangkah kau
sangat bodoh sekali sampai mau mengaku." Ashok menatap Sushim dan bertanya tanpa
takut, "kenapa? Apa yang akan kau lakukan? memukuli aku?" Sushim berkata kalau
dirinya akan melaporkan perbuatan Ashok pada Samrat, dan bindusara pasti akan
menghukum Ashok. Ashok bertanya, "apa yang akan kau katakan padanya? Kemarin kau
telah membuat cerita besar bagaimana kau telah mengalahkan iblis dan semuanya.
Dapatkan dia menerima kalau semua itu cuma cerita palsu belaka? Kalau kau
melapor padanya, maka kau akan jatuh di matanya. Dia akan menyangkalmu. Dan kau
tak punya kehormatan lagi dimatanya." Menyadari itu Sushim menjadi sangat marah.
Dia teringat bagaimana dia di pukuli. Ashok menatap Sushim dengan alis
terangkat. Kemarahan Sushim tak bisa di bendung lagi. Dia menarik rambut Ashok
dan menjatuhkannya di tanah, lalu tanpa ampun dia mencambuki tubuh Ashok, hingga
Ashok merintih kesakitan. Semua anak menatap Ashok dengan iba, tapi tak ada yang
berani menolongnya. Seorang prajurit melihat itu dan bergegas pergi menemui Guru
(perdana menteri).
Guru segera pergi ke kandang kuda untuk menghentikan Sushim.
Tapi Sushim tak mau berhenti. Guru menarik tangannya dan berkata, "aku mohon
padamu, pangeran. Hentikan! Kami akan membeikan hukuman pada Ashok. Jika samrat
tahu anda memukuli Ashok seperti itu, dia tidak akan suka. Mohon hentikan!"
Mendengar nama Samrat, Sushim membuang cambuknya. Guru menyuruh anak-anak
membawa Ashok ke klinik. Sushim memprotes perdana menteri, "bagaimana anda
berani menghentikan aku? Sebelumnya anda menyangka aku sebagai iblis atas
desakan Ashok." Perdana menteri menjawab, "saya melakukan semua itu demi
menegakkan keadilan. Jika anda ingin Ashok dihukum, maka anda harus
melaporkannya pada Samrat. Tidak menggunakan kekerasan sepetri ini." Sushim
menatap prajurit yang melapor pada perdana menteri dan berkata dengan begis,
"orang yang bicara menentangku, akan menjadi musuhku."
Ashok digotong ke klinik oleh kawan-kwannya. Dia memanggil
Dharma, "ma.." Dharma terkejut dan segera berlari menyambut Ashok, "Ashok?"
Dharma membantu Ashok yang kesakitan berdiri tegak. Dia mengamati bilur-bikur di
tubuh Ashok lalu dengans sedih dia memeluknya dan bertanya pada Bal Ghovin, "apa
yang terjadi?" Bal memberitahu Dharma kalau Sushim memukuli Ashok. Dharma
mengecup kepala Ashok dan membantunya berbaring tengkurap di divan yang ada di
tempat itu. Dengan cekatan Dharma meramu obat lalu mengobati luka di punggung
Ashok. Ashok mengerang kesakitan. Dharma seperti merasakan nyeri yang di derita
Ashok, dia menangis dalam diam.
Radhagupta berlari-lari menemui Chanakya dan memberitahu dia
kalau Ashok terluka. Chanakya terlihat prihatin dan terdiam lama.
Sushim hendak meninggalkan istal ketika dia melihat Bindusara
memasuki istal sambil menuntun seekor kuda. Sushim segera mengambil segenggam
jerami dan mengoleskannya ke tubuh kuda. Setelah itu dia mengambil kain dan
pura-pura membersihkannya. Bindu yang merasa heran melihat Sushim menegurnya,
"Sushim, kenapa kau membersihkan kuda? dimana Ashok?" Sushim dengan wajah kesal
menoleh, "jangan sebut namanya, ayah. Ketika saya memintanya membersihkan kuda,
dia malah membuat kuda menjadi kotor dan kemudian menghinaku dengan mengatakan
kalau aku mengeluh pada anda, maka anda tidak akan mendengarkan aku dan hanya
akan memihak Ashok saja. Dia juga bilang kalau dia tidak takut pada Samrat."
Mendengar pengaduan Sushim, Bindu terlihat marah.
Di klinik Dharma merawat ashok. Melihat Ashok kesakitan, Dharma
menanggis. Melihat ibunya sedih Ashok tersenyum menghiburnya, "ma, anda tidak
boleh sedih. Tapi harus bangga bahwa aku memenuhi janjiku pada anda. Dia
memukuliku tapi aku bahkan tidak membalasnya." Dharma mencoba tersenyum di
sela-sela tangisnya. Lalu dia mencium kening Ashok dengan penuh kasih sayang.
Ashok tersenyum. Katanya pada Dharma, "semakin aku mencoba pergi dari tempat
ini, semakin aku berpikir untuk melakukan sesuatu untuk tempat ini. Lihatlah,
Samrat Bindusara orang yang sangat baik, tapi anak-anaknya? Mereka egois. Apa
jadinya Dinasti Maurya kalau sampai jatuh di tangan yang salah?" Dharma
tersenyum mendengar kata-kata Ashok yang sangat logis.
Charumitra sedang melakukan ritual di kamarnya. Dia teringat
bagaimana Noor mengejeknya dengan berkata kalu Siamak tidak pernah melakukan
sesuatu yang salah tapi hal sama tidak bisa di katakan untuk Sushim. Charu
kemudian membuat ramuan sambil berkata, "Noor, caramu menghancurkan hidupku,
caramu merebut Samrat dariku, dengan cara itu pula aku akan menyiksamu. Aku akan
membuatmu tak berdaya. Aku tidak akan membiarkan siapapun datang diantara tahta
dan anakku."
Noor memanggil pelayannya, Sitara. Tapi yang datang pelayannya
Charu. Dia memberitahu Noor kalau Sitara sedang sakit, karena itu dirinya yang
akan melayani Noor. Noor bertanya kenapa dia mau melayaninya? Dengan diplomatis
pelayan charu menjawab, "saya mungkin pelayan ratu Charu, tapi saya ingin
melayani ibu calon raja Siamak." Noor dengan heran bertanya bagaimana dia tahu
kalau anaknya akan menjadi raja? Pelayan Charu menjawab kalau dia bisa
memprediksi sesuatu dengan melihat arah angin. Noor terlihat senang. Dia
mengulurkan sisir pada pelayan itu. Kilas balik terlihat bagaimana Charu
menyuruh pelayannya untuk membawakan helaian rambut Noor. Ddan pelayan charu
melakukaan persis seperti yang di minta charumitra, mengambil rambut noor.
Prajurit yang melaporkan Sushim pada perdana menteri melaporkan
kelakuan Ashok pada Bindu. Dharma mendengar percakapan itu. Prajurit itu berkata
kalau Ashok adalah anak yang nakal dan kasar. Dia sering melihat Ashok
bertingkah tidak baik pada Sushim. Bindu terlihat kecewa, dia berkata kalau
dirinya akan mengatur Ashok agar menjadi benar dengan memberinya hukuman. Dengan
marah Bindu bergegas melangkah pergi. Dharma mencegatnya dan meminta agar
sebelum menghukum Ashok, Bindu mendengar cerita dari sisi lain juga. Bindu
mencela Ashok di depan Dhaarma dengan mengatakan kalau kebaikan Ashok selama ini
aalah palsu, ia anak yang buruk, tidak punya sopan santun. Sikapnya itu menurut
Bindu telah menunjukan kalau latar belakang keluarganya tidak baik. Ashok
berasal dari keluarga yang buruk. Mendengar itu, Dharma menjadi tersinggung.
Dengan suara tinggi dia membela Ashok, "bagaimana anda dapat memutuskan tentang
keluarganya tanpa kenal mereka. Anda kenal ibunya? Anda tahu bagaimana Ashok
lahir? Anda tahu berapa banyak kesulitan yang di hadapi ibunya? Aku juga seorang
ibu dan aku selalu melihat Ashok seperti anakku. Dia anak yang baik." Biandu
tersiam seperti berpikir. Dharma memohon agar Bindu mempertimbangkannya lagi,
"jika Ashok melakukan seperti yang anda katakan, hukumlah dia, tapi setidaknya
dengarkan dulu ceritanya. Dengarkan pendapatnya..sekali saja." Tanpa bicara
sepatah kata lagi, Bindu bergegas pergi dengan wajah kesal meninggalkan Dharma.
Di pengadilan, Perdana menteri mengatakan pada Bindu kalau Ashok bicara buruk, dia juga mencoba bicara di depan Bindu, PM minta Bindu menghukum Ashok. Helena setuju, "saat anak ini datang ke sini, banyak masalah terjadi. Dia abukan anak baik." Charu menyela, "lalu apa yang kita tunggu? Hukumlah anak ini!" Noor bersuara lain, "tapi maharani Charumitra, kita semua tahu, Sushim sangat pemarah. Dia melempar pisau ke arah Siamak di depan pengadilan..." Charu menyangkal, "aku hanya membela anakku, dan anak ini menciptakan masalah." Noor kembali berkomentar, "tapi Ashok selalu terbukti tidak bersalah dalam semua kasus." Charu menjawab kalau ini bukan masalah pribadi. Noor membalas, "bahkan saya mengingatkan anda ini, jangan berpikir Sushim sebagai anakmu disini. Lihat kasus ini secara netral. Itu akan menguntungkan Sushim." Justin yang mendengar perdebatan kedua ratu menegur Noor, "ratu Noor, jangan melewati batas. Kita di pengadilan." Noor tidak suka di tegur Justin, dia melotot marah. Justin menjauhkan tatapannya dari Noor. Helena juga menegur Charumitra agar menghentikan perdebatan dan meminta mereka berdua menunggu keputusan Samrat. Bindusara menyuruh Ashok membela diri dan tidak takut pada siapapun, "katakan apapun yang kau inginkan." Ashok hanya diam. Semua menunggu dia membuka mulut. Bindu berkata lagi, "keheninganmu membuktikan kalau kau pelakunya. Kau punya hak untuk membela diri." Semua menatap Ashok. Tapi Ashok tetap diam. Bahkan ketika Bindu membujuknya, dia tetap membisu.
Di pengadilan, Perdana menteri mengatakan pada Bindu kalau Ashok bicara buruk, dia juga mencoba bicara di depan Bindu, PM minta Bindu menghukum Ashok. Helena setuju, "saat anak ini datang ke sini, banyak masalah terjadi. Dia abukan anak baik." Charu menyela, "lalu apa yang kita tunggu? Hukumlah anak ini!" Noor bersuara lain, "tapi maharani Charumitra, kita semua tahu, Sushim sangat pemarah. Dia melempar pisau ke arah Siamak di depan pengadilan..." Charu menyangkal, "aku hanya membela anakku, dan anak ini menciptakan masalah." Noor kembali berkomentar, "tapi Ashok selalu terbukti tidak bersalah dalam semua kasus." Charu menjawab kalau ini bukan masalah pribadi. Noor membalas, "bahkan saya mengingatkan anda ini, jangan berpikir Sushim sebagai anakmu disini. Lihat kasus ini secara netral. Itu akan menguntungkan Sushim." Justin yang mendengar perdebatan kedua ratu menegur Noor, "ratu Noor, jangan melewati batas. Kita di pengadilan." Noor tidak suka di tegur Justin, dia melotot marah. Justin menjauhkan tatapannya dari Noor. Helena juga menegur Charumitra agar menghentikan perdebatan dan meminta mereka berdua menunggu keputusan Samrat. Bindusara menyuruh Ashok membela diri dan tidak takut pada siapapun, "katakan apapun yang kau inginkan." Ashok hanya diam. Semua menunggu dia membuka mulut. Bindu berkata lagi, "keheninganmu membuktikan kalau kau pelakunya. Kau punya hak untuk membela diri." Semua menatap Ashok. Tapi Ashok tetap diam. Bahkan ketika Bindu membujuknya, dia tetap membisu.
Chanakya yang berkata, "keheningan Ashok pasti ada alasannya."
Perdana menteri menyela, "achari, dia merasa tidak perlu membuktikan
ketidakbersalahannya sehingga dia memilih diam, itu membuktikan kalau anak ini
menghina pangeran Sushim." Chanakya hanya melirik Perdana menteri, tapi tak
berkomentar apa-apa. Dia membiarkan Perdana menteri meminta Bindu untuk
menegakkan keadilan dan mengumumkan keputusannya. Semua mata menatap Bindu.
Dharma menatap bindu dengan cemas. Bindu hendak mengumumkan keputusannya, ketika
Chanakya berdiri dari duduknya dan menyela, "maafkan aku samrat. Sebelum anda
mengumumkan keputusanmu, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku tahu Ashok tidak bisa
menghina siapapun. Anak yang mengambil tanggung jawab untuk menangkap iblis,
anak yang yang tinggal di sini hanya untuk menyelamatkan anak-anak dari iblis,
anda berpikir anak itu bisa menghina pangeran Sushim?" Perdana menteri menyela,
"maaf achari, jadi anda mengatakan pangeran Sushim berbohong?" Disela begitu
Chanakya terlihat kesal, "aku berbicara dengan samrat Bindusara, kalau anda
menyela, itu sama saja dengan menghina samrat." Ditegur begitu, perdana menteri
langsung terdiam. Chanakay bertanya sekali lagi pada Bindu, apakah dia berpikir
kalau Ashok bisa menghina Sushim? Bindu berpikir, "tidak. Tapi kalau Ashok tidak
membela diri, aku tidak punya pilihan selain menuduhnya sebagai pelaku."
Chanakya setuju, "baiklah. Untuk sementara, aku menerima bahwa Ashok
menghinanya, maka dia harus di hukum. Tapi apa hukumannya?" Bindu menatap
Chanakya tak mengerti. Chanakya melanjutkan, "menurut aturan, jika pelakunya
sudah di beri hukuman maka anda tidak bisa menghukumnya lagi." Bindu terlihat
semakin bingung, "aku tidak mengerti Achari." Chanakya menyahut, "aku akan
membuat anda mengerti.." Chanakya menghampiri Ashok dan menarik kain yang
menutupi tubuhnya. Sushim tertunduk cemas. Lalu dengan lembut dia memutar tubuh
Ashok, menunjukan punggungnya pada Bindusara, "lihatlah ini, Samrat." Bindu
melihat bilur-bilur di punggung Ashok bekas pukulan cambuk Sushim. Bindu kaget.
Sushim terlihat tegang. Dharma menangis dan semua menatap punggung Ashok dengan
tatapan tak percaya. Chanakya memberitahu Bindusara kalau luka di di punggung
Ashok adalah bukti kalau Sushim telah memberi hukuman pada Ashok. Bahkan hukuman
itu lebih dari yang seharusnya di tanggung Ashok, " Ketidakadilan telah terjadi
pada Ashok, bukan pada Sushim!" Bindusara merasa miris melihat luka Ashok. Di
wajahnya terbayang kesakitan seperti yang rasakan Ashok... Sinopsis
Ashoka Samrat episode 17
0 komentar:
Posting Komentar