hm ashoka main senin ampe jumat doang, mamaku ampe kesel karna sabtu minggu ga main padahal dy nungguin kemarin. mungkin karna mau dikasi habis krisna makanya 3 kali main tuh. bisa nonton di yutub si tapi mama sukanya edisi dubbingnya. duh yang kemaren tuh seru amat kira mau jatuh lilinnya, kalo jatuh lilinnya di istana baru dah deh terbakar n tipu muslihat musuh pun terungkap ih sampe gemes de liatnya tu. aku juga baru suka ama jodha ne pas ada ruh labony nya tu mentang2 aku suka horor ya mumpung ada hantunya tu jodha akbar. padahal ashoka bukan horor, tapi epik kolosal tapi aku pelajari metode plotnya ke hororku. makanya di novel hororku juga ada analisis masalahnya semacam ungkap pelaku kayak di ashoka kan tinggal main otak, berpikir, twist sana-sini. pinter2lah, palagi kalo ada canakya acari nya hm dah deh aku suka amat ama filosofinya, dy genius amat dah. yuk, simak deh sambil masih makan neh. eh aku dah duga tuh pelakunya susima kentara amat matanya, ga salah kan aku...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 13 by Sally Diandra. Utusan dari Kerajaan Magadha datang ke pasar, memberikan
pengumuman “Pengumuman pengumuman ! Tahun ini pada perayaan
Mahashivratri akan diadakan pesta yang diadakan oleh Samrat Bindusara
dan beliau telah memerintahkan untuk merayakannya dengan baik” ujar
utusan tersebut sambil menabuh kenongnya
Sementara
itu Helena sedang berada dikamarnya sedang asyik bermain halma
sendirian, Justin menemuinya dan merasa heran dengan kelakuan ibunya
“Ibu, kenapa kamu tidak peduli pada semua ini ? Semuanya ini akan
diambil oleh Acharaya Chanakya juga tabib perempuan itu yang telah
menyembuhkan Bindusara hingga sehat kembali ! Sedangkan kita tetap diam
ditempat tidak bergerak kemana mana !” Helena hanya tersenyum sambil
memperhatikan kepanikan di wajah anak semata wayangnya itu “Dalam sebuah
permainan, kamu seharusnya juga bisa mengerti pergerakan musuh juga,
Justin ... kalau tidak kita bisa kalah,
saat ini ibu sedang memikirkan cara yang baru, apakah kamu mempunyai
sebuah ide ?” Justin hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan ibunya
“Sampai kita belum menemukan cara yang terbaik,
kita tidak akan melakukan apa apa, secepat mungkin kita akan segera
tahu apa yang akan kita lakukan dan tujuan seperti apa yang akan kita
dapatkan !”
Dikandang kuda, Ashoka sedang memberi
makanan untuk Gul Bhushan “Aku harus mengatakan padamu bahwa aku akan
meninggalkan tempat ini dan begitu aku pergi, aku akan menjadi Samrat
Vanraj ! Aku tahu kamu pasti akan merindukan aku, aku juga akan
merindukan kamu juga karena kamulah yang pertama kali menendang aku dan
aku tidak akan berkata apa apa padamu, baiklah ... sekarang aku harus
pergi” ujar Ashoka kemudian teringat bagaimana dulu Acharaya berkata padanya bahwa iblis itu sebenarnya masih hidup, Ashoka terkejut.
Disebuah pasar, ada
seorang pengemis yang meminta makanan pada seorang penjual makanan tapi
penjual itu malah mengusirnya pergi, kebetulan saat itu Ashoka berada dipasar dan melihat si pengemis yang meminta makanan itu sangat kelaparan “Hei kamu, kemari ! Kamu mau ini ?” kemudian Ashoka memberikan ladu yang dibawanya sedari tadi kepada pengemis, tepat pada saat itu ketika penjual makanan lengah, ada
salah seorang pria yang mencuri ladunya, ketika penjual memperhatikan
dagangannya, dia segera keluar dari kiosnya dan menghampiri si pengemis
kemudian menuduhnya mencuri ladu “Aku ini saksinya, dia itu tidak
mencuri !” penjual itu melihat tangan pengemis penuh dengan ladu yang
diberikan Ashoka tadi “Lihat, dia telah mencuri laduku !” ujar penjual
itu “Bagaimana bisa kamu mengatakan kalau dia yang mencurinya ? Ini
tidak adil untuk menyebut seseorang sebagai pencuri seperti ini !” Ashoka
mencoba membela si pengemis, sementara itu pria yang mencuri ladu si
penjual menaruh ladu curiannya ditas si pengemis “Aku melihat tangannya
ini penuh dengan ladu, dia pasti menginginkan mereka maka dari itu dia
adalah pencuri ! Bagaimana bisa kamu malah mendukungnya ketika kita bisa
melihat semuanya dengan sangat jelas” ujar penjual, kembali Ashoka teringat ketika Acharaya mengatakan padanya bahwa “Sang
tabib ditemukan tewas di sebuah ruangan misterius maka dia pasti iblis
itu” tapi bagaimana bisa Acharaya mengatakan “Tapi rasanya tidak perlu
kita melihat kebenarannya, bisa saja iblis itu adalah orang lain dan dia yang membunuh sang tabib untuk menyelamatkan dirinya sendiri” Ashoka menyadari bahwa iblis itu masih hidup.
Dari kejauhan Chanakya memperhatikan Ashoka
bersama Radhagupta, Radhagupta bertanya pada Chanakya “Acharaya apakah
kamu tahu siapa sebenarnya si iblis itu ?” Acharaya masih terus
memperhatikan Ashoka “Aku tidak tahu tapi yang aku tahu bahwa tabib itu bukan sang iblis, hanya anak ini Ashoka yang akan mencari tahu siapa iblis itu sesungguhnya, Ashoka
itu bukan anak biasa, dia itu unik, aku yakin dia pasti akan mencari
tahu” tepat pada saat itu pria yang mencuri ladu si penjual menghampiri
Acharaya, Radhagupta segera memberinya sekantong koin emas, pria itu
berlalu meninggalkan mereka dan ternyata dia adalah pria suruhan
Acharaya untuk mencuri ladu si penjual dan ditaruhnya ditas si pengemis.
Dari pasar Ashoka mendatangi tanah lapang dimana diadakan penghormatan terakhir untuk sang tabib sebelum mayatnya dibakar, dari kejauhan Ashoka melihatnya dengan seksama dan ketika dilihatnya dibagian dada sang tabib, Ashoka tidak menemukan tanda didadanya seperti yang Ashoka
lihat pada tubuh sang iblis ketika mereka sedang bertarung dengannya
“Acharaya benar, tabib itu bukanlah si iblis, lalu siapa iblis itu
sekarang ?”
Dharma sedang berkumpul dengan para
pelayan istana lainnya, mereka sedang merangkai bunga untuk pemujaan
dewa, salah seorang pelayan bertanya pada Dharma “Dharma, apakah kamu
selalu melakukan pooja bersama suamimu pada perayaan Mahashivratri ?”
Dharma teringat bagaimana dirinya selalu melakukan pooja itu sendirian,
kemudian pelayan yang lain juga berkata “Hari ini Ratu Subrishri akan
datang, dia itu adalah istri ketiga Maharaja Bindusara, dia itu orangnya
sangat menyenangkan dan tidak ada orang istana yang suka bertengkar dengannya, kehidupannya itu sangat sederhana bersama dengan anaknya Drupata”
Diluar dihalaman istana, rombongan Ratu Subrishri memasuki kerajaan Magadha bersama anak laki lakinya, di halaman depan Maharaja Bindusara telah bersiap menyambutnya bersama seluruh keluarga kerajaan, Subrishri memberikan
salam pada mereka, Bindusara membelai wajah anaknya Drupata “Ayah, ibu
tidak membiarkan aku memegang sebuah pedang ditanganku, katanya aku ini
masih kecil, apakah aku masih kecil, ayah ?” Bindusara tersenyum “Tidak !
Kamu itu kuat, nak ! Terima kasih, Subrishri kamu mau datang kesini”
ujar Bindusara kemudian masuk kedalam istana “ Subrishri, kamu harus
segera bersiap siap untuk pestanya nanti” ujar Helena
Dharma
memasuki sebuah ruangan dimana para ratu sedang merawat tubuh mereka,
Cahrumitra dan Noor sedang duduk bersisian dan para pelayan melakukan
perawatan kaki, Charumitra mengejek Noor dengan mengatakan “Setiap tahun
aku selalu duduk disebelah Maharaja pada saat melakukan pooja” Noor
tersenyum sinis “Lebih baik kamu seharusnya mengawasi anakmu, dia bisa
saja melakukan sesuatu”, “Dia adalah calon penerus Samrat, kamu tidak
boleh berkata seperti itu” ujar Charumitra kesal “Tapi dia itu kalah dari rakyat biasa yang bekerja dikandang kuda yang bernama Ashoka”
Dharma mendengarkan pembicaraan mereka, tepat pada saat itu Subrishri
datang menemui mereka. Noor dan Charumitra segera menyambutnya dan memberikan
salam “Aku datang kesini untuk merayakan Mahashivratri bersama suamiku
karena itu baik untuk sepasang suami istri” ujar Subrishri, namun
Charumitra dengan gaya sok pedenya berkata “Maharaja akan memutuskan
dengan siapa dia akan duduk bersamanya pada saat pooja nanti” kemudian
mereka bertiga meninggalkan ruangan tersebut, sementara Dharma masih
bertahan disana dan berkata pada dirinya sendiri “Maharaja ingin
menciptakan kedamaian untuk bangsanya akan tetapi disini di dalam istana tidak ada kedamaian sama sekali”
Di
salah satu ruang istana, Bindusara sedang berkumpul dengan Chanakya dan
para pendeta, salah seorang pendeta berkata “Yang tertangkap kemarin
itu adalah tabib yang baik, kita tidak pernah mengira kalau dialah iblis
itu !” tepat pada saat itu Ashoka memasuki ruangan tersebut dan berkata
“Samrat ! Tabib itu bukanlah sang iblis, dia itu dibunuh makanya
perhatian kita terkecohkan oleh iblis yang sebenarnya, aku yakin iblis
yang sesungguhnya itu masih hidup !” ujar Ashoka lantang “Bagaimana kamu
bisa mengatakan hal semacam ini ?” tanya salah satu pendeta “Iblis itu
mempunyai tanda di tubuhnya tapi kalau tabib itu tidak punya tanda apa
apa ditubuhnya, hadiah yang telah anda berikan untukku itu, aku tidak
pantas menerimanya” Acharaya tersenyum dan berkata “Jadi kamu bisa
menerima kalau kamu telah berbuat kesalahan ?”, “Ya, aku tahu itu tapi
kali ini aku akan menangkap iblis yang sebenarnya dan akan meminta
hadiahku !” ujar Ashoka “Jika iblis ini masih hidup maka kita akan menemukannya, Ashoka
kamu harus lebih bersiap siap karena kamu akan menemukan iblis yang
sebenarnya, kali ini jangan lakukan kesalahan lagi !” ujar Bindusara
“Kali ini, saya tidak akan melakukan kesalahan, Samrat ... Ini adalah
janji saya !”
Ashoka menemui ibunya dikamarnya
“Ibu, aku telah melakukan kesalahan, tabib itu bukan sang iblis”,
“Ashoka, hal yang penting adalah kamu telah belajar dari kesalahanmu”
ujar Dharma sambil melipat pakaian pakaiannya “Aku akan mencari tahu
siapa iblis yang sebenarnya”, “Saat ini ibu akan melakukan pemujaan
Mahashivratri, ibu ingin kamu membaca beberapa ayat dalam kitab suci,
karena kamu dikelilingi oleh berbagai macam masalah, kamu harus berdoa
pada Dewa”, “Aku akan melakukannya ibu !” ujar Ashoka sambil melirik
kearah patung Dewa Siwa “Tapi ingat jangan melanggar pada saat pembacaan
doanya !” Ashoka segera mengangguk menuruti permintaan ibunya.
Bindusara
dan keluarganya mendatangi tempat pemujaan, semua yang hadir disana
menyambutnya dan memberinya salam “Silahkan, dimulai saja pemujaannya”
saat itu Noor sudah bersiap hendak maju ke depan untuk melakukan
pemujaan bersama Bindu, namun pendeta menghentikan langkahnya “Ratu
Charumitra, anda adalah istri pertama Maharaja maka anda mempunyai hak
untuk duduk pada saat pemujaan” Noor segera mundur dengan kesal
sementara Charumitra tersenyum senang, Bindu dan Charumitra melakukan
pemujaan, sementara Dharma juga berada disana berdiri dibelakang
Bindusara “Yaa Dewa, ini adalah takdir baikku meskipun aku tidak duduk disampingnya, paling tidak dia suamiku ada bersamaku hari ini”
doa Dharma dalam hati. Sementara itu Bindu dan Charumitra mulai
melakukan ritual pemujaan, tak lama kemudian pendeta meminta mereka
untuk berdiri, Cahrumitra tersenyum sinis kearah Noor, Noor yang tidak
terima perlakuan Charumitra segera menghalangi kaki Charumitra diam
diam, Charumitra terjatuh dan tidak bisa berdiri karena kakinya sakit,
Dharma segera menghampirinya dan berkata “Maharaja, Ratu Charumitra
kakinya keseleo, dia tidak bisa berdiri”, “Lalu bagaimana dia akan
melakukan pooja nya sekarang ?” ujar Noor sambil mengejek “Dia tetap
akan melakukan pooja, Subadrangi akan membimbingnya, Subadrangi bantu
Ratu Charumitra untuk berdiri” Dharma terkejut, akhirnya Bindusara,
Charumitra dan Dharma dibelakangnya melakukan pooja bersama sama, dalam
hati mereka berdoa dengan doa mereka masing masing, dalam doanya Bindu
berkata “Sampai hari ini aku masih merindukan Dharma” sementara itu dalam hati Dharma berdoa “Aku
telah datang untuk mengetahui bahwa apapun yang terjadi maka terjadilah
hanya untuk kebaikan semata dan aku menerima semua keputusan Dewa”
Ashoka
berada di tanah lapang dekat sungai, Ashoka sedang menghias patung Dewa
Siwa dengan bunga bunga disekitarnya, kemudian Ashoka memulai poojanya.
Ditempat pemujaan di istana, Guru (pendeta)
datang menghampiri Bindusara yang sedang duduk bersama ketiga putranya
untuk melakukan pemujaan “Samrat, kami telah menangkap orang orang yang
mempunyai tanda ditubuhnya” sambil berbisik Bindusara berkata “Tunjukkan
mereka ke Ashoka !” Sushima yang mendengarnya merasa penasaran “Ada
apa, ayah ?”, “Kami tahu kalau iblis itu masih hidup tapi secepatnya dia
akan segera tertangkap karena Ashoka adalah saksinya, aku percaya
dengannya” Sushima sangat kesal begitu mendengar ucapan ayahnya, setelah
itu Bindu kembali sibuk melakukan pemujaan. Sushima teringat bagaimana
dulu Bindusara sangat menghargai Ashoka, bagaimana Ashoka mendapatkan
perhatian dari Bindusara, ketika dirinya hendak meniggalkan tempat
pemujaan, ibunya dari arah belakang menahannya agar tetap ditempat
“Sabar, tenang dan jangan tinggalkan pemujaan” namun sayangnya karena
amarah yang sudah memuncak yang tidak bisa di kontrol oleh Sushima,
Sushima langsung pergi meninggalkan tempat pemujaan tanpa mendengarkan
nasehat ibunya, Bindusara terkejut melihat kepergian Sushima dari tempat
pemujaan, sementara itu Noor mendekat kearah Charumitra dan berbisik
“Kamu itu terus berusaha untuk meningkatkan pribadi anakmu itu dan dia
juga terus melakukan hal hal yang bisa menghancurkannya” ujar Noor
sambil tersenyum sinis
Disisi lain ditepi sungai
Ashoka sedang melakukan pemujaan, dilain pihak Bindusara juga sedang
melakukan pemujaan, tiba tiba Sushima mendatangi Ashoka yang sedang
melakukan pemujaan dan langsung mencambuknya, Ashoka hanya diam saja,
dirinya teringat ketika ibunya mengatakan “Jangan hentikan pemujaan apapun alasannya” Sushima
kembali mencambuk punggung Ashoka, Ashoka berusaha bertahan menahan
sakit akibat cambukan itu, Ashoka terus melakukan pemujaan sementara
Sushima berkali kali mencambuk punggungnya hingga akhirnya ketika
pemujaannya selesai, Ashoka segera membuka matanya dan memegang cambuk
tersebut lalu melempar Sushima sekeras mungkin hingga Sushima jatuh
tersungkur “Aku memang telah tahu bahwa kamu itu hanyalah seorang
pengecut yang menyerang orang lain dari belakang” ujar Ashoka marah
“Hari ini aku akan menunjukkan pada kamu siapa yang sebenarnya pengecut
!” ujar Sushima sambil mengeluarkan pedangnya dan menyerang Ashoka
membabi buta, Ashoka yang saat itu hanya menggunakan tangan kosong,
berusaha mengelak serangan demi serangan dari Sushima hingga akhirnya
Ashoka berguling ditanah dan mengambil selongsong pedang Sushima dan
berusaha menahan serangan pedang Sushima, ketika Ashoka dan Sushima
sedang bertarung tiba tiba Ashoka melihat tanda ditubuh Sushima yang
persis sama seperti yang dia lihat di tubuh sang iblis, Ashoka sesaat
tertegun “Jadi kamu itu sang iblis ?” Sushima melirik kearah tanda tubuh
didadanya dan berkata “Hari ini aku tidak akan membiarkan kamu hidup !”
Sushima langsung menyerang Ashoka namun Ashoka segera merengkuh
lehernya, Ashoka teringat bagaimana dulu ketika dirinya memukul seorang
anak, kemudian Dharma menghampirinya dan berkata “Kekasaran itu bukan
jalan keluar pada setiap permasalahan, berjanjilah pada ibu bahwa kamu
tidak akan bertarung dengan orang lain mulai dari sekarang !” ujar
Dharma sambil meletakkan tangan Ashoka dikepalanya “Tapi jika dia
memukul aku terlebih dulu, apakah aku harus diam saja, ibu ? Itu bisa
dianggap seperti seorang pengecut” ujar Ashoka “Berada pada jalan
kedamaian itu bukanlah pengecut, nak ... Tuhan akan menolong kamu dalam
keadaan yang sulit sekalipun” setelah teringat ucapan ibunya Ashoka
melepaskan cengkramannya pada Sushima, Sushima yang masih marah mencoba
untuk memukul Ashoka lagi dan berkata “Kematianmu sudah dekat saat ini
!” tepat pada saat itu dari kejauhan para prajurit berkuda datang kearah
mereka, Sushima yang melihatnya segera berlalu meninggalkan Ashoka yang
saat itu sedang terkapar ditanah “Prajurit, tangkap pangeran Sushima !
Dia itu sang iblis !” ujar Ashoka sambil menunjuk kearah Sushima yang
sudah pergi dengan kudanya “Apakah kamu itu gila ? Dia itu penerus
Maharaja” ujar prajurit yang tidak percaya dengan ucapan Ashoka “Aku
akan mengatakannya pada Samrat tentang pangeran Sushima, dia pasti akan
mengambil keputusan yang tepat !” ujar Ashoka lantang “Jangan ganggu
Samrat Bindu, kamu itu dipanggil sama Guru, ayoo ikut kami !” ujar
prajurit
Sementara di kamar Noor, Noor memberikan
kalung untuk Siamak anaknya “Ibu, bangga padamu, Siamak” ujar Noor
sambil mengalungkan kalung tersebut dileher Siamak “Apa yang telah aku
lakukan ibu ?” Noor tersenyum “Keluguanmu itu bagus, hari ini kamu telah
menyelesaikan pemujaan dengan ayahmu, Sushima mungkin yang tertua tapi
dia tidak dapat bahkan duduk pada pemujaan dan ketika nama penerus
Maharaja mulai ditentukan, maka hal ini akan mulai diperhitungkan”,
“Kenapa kak Sushima selalu marah padaku ?” tanya Siamak “Karena dia
cemburu padamu, karena kamu mendapat dukungan dari kakekmu Panglima
Khurasan, Ratu Charumitra dan Sushima tahu bahwa siapa orangnya yang
akan mendapat kekuasaan tahta kerajaan” ujar Noor sambil tersenyum
“Apakah aku bisa menjadi Samrat dari Magadha”, “Tentu saja bisa !” ujar
Noor mantap
Ashoka menemui Guru “Guru, jika anda
tidak percaya pada saya, maka lebih baik lihat saja dada pangeran
Sushima, ada sebuah tanda ditubuhnya, dia itu iblis yang sesungguhnya,
anda bisa saja menghukum anak kecil yang tidak bersalah seperti saya,
anda bisa saja memberikan saya hukuman mati tapi seseorang yang benar
benar tersangka, anda tidak bisa menangkapnya !” ujar Ashoka lantang
“Meskipun jika kami menganggap pangeran Sushima mempunyai tanda
ditubuhnya sama dengan ditubuh sang iblis, lalu kenapa ? Mungkin ada
banyak orang yang mempunyai tanda ditubunya yang sama dengan orang lain,
apakah kamu ingin kami mencurigai pangeran Sushima ? Kamu itu hanyalah
seorang saksi yang hanya mengecek orang orang yang telah kami tangkap”
ujar Guru “Aku telah menangkap pelaku sebenarnya tapi kalian tidak
berani melakukan tindakan untuk menangkapnya ! Ini tidak adil ! Ketika
nanti aku datang di sebuah pengadilan, pertama tama adalah Raja, putra
mahkota atau pangeran, jika kamu dan Samrat dapat berbuat keadilan maka
aku Ashoka juga bisa berbuat keadilan !” Sinopsis Ashoka Samrat episode 14 by Sally Diandra.
0 komentar:
Posting Komentar