THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 04 September 2010

RENCANA PEMBAKARAN AL QURAN (lomba essay semarak ramadhan surau firdaus)



Islam Is Of The Devil” begitulah tanda kebencian kaum kafir terhadap Islam yang secara tak bijaksana dikarenakan oleh ulah teroris. Gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida kembali berbuat ulah setelah mencap Islam sebagai agama kekerasan. Kali ini mereka memiliki rencana yang lebih ekstrim dalam memojokkan Islam dan menginjak-injak kehormatan kaum muslimin dengan menyerukan agar warga Amerika Serikat membakar Al-Quran pada tanggal 11 September sebagai peringatan sembilan tahun penyerangan 11 September di World Trade Center.
Gereja tersebut mengajak orang untuk ikut mendukung gerakan tersebut, termasuk di sejumlah media maya, seperti facebook dan youtube. Tak kurang sekitar 1.500 anggotanya mengklik tombol “Like” di Facebook. Namun ajakan gereja tersebut ternyata disikapi berseberangan oleh kaum kristiani sendiri. The National Association for Evangelicals (NAE) bereaksi dan mendesak Dove World Outreach Center untuk membatalkan acara yang direncanakan untuk membakar Quran itu. Menurut mereka, rencana untuk membakar salinan Al-Quran pada tanggal 11 itu menunjukkan ketidakhormatan mereka terhadap tetangga Muslim dan akan memperburuk ketegangan antara Kristen dan Muslim di seluruh dunia.
Pendeta Gereja Florida, Terry Jones mengatakan bahwa Islam adalah setan, agama itu menyebabkan jutaan orang untuk masuk neraka, agama menipu, agama kekerasan dan menghina lebih banyak lagi. Jones juga menulis sebuah buku berjudul “Islam adalah setan,” dan gerejanya menjual cangkir kopi dan baju yang menampilkan kalimat keji itu. Gereja itu meluncurkan saluran YouTube dan facebook untuk menyebarkan pesan keji tersebut. Terry Jones menuduh Islam dan hukum syariah bertanggung jawab atas aksi terorisme terhadap World Trade Center di New York pada 11 September 2001. Hal ini menunjukkan bahwa inisiatif untuk membakar Quran adalah salah satu upaya Islamophobia di negara bagian Florida dan seluruh Amerika Serikat. Pembakaran Alquran hanyalah sebagai ajang pembalasan dendam terhadap teroris di balik peristiwa 11 September. Padahal aksi penistaan terhadap agama Islam yang mereka lakukan itu tidak akan sanggup menekan jumlah teroris, karena mereka bukannya menangkap para teroris tersebut. Pendeta itu bahkan secara tak langsung menuduh semua kaum muslim bersalah atas ulah teroris terhadap WTC. Benar-benar pikiran yang tak bijaksana. Para pendukung gerakan pembakaran Al Quran itu tak lebih hanya akan menabuh genderang peperangan yang seharusnya dihindari.
Bodohnya lagi, ajakan ini benar-benar tak logis. Pihak gereja yang hendak membakar Al Quran pastinya harus memiliki Al Quran itu terlebih dahulu untuk membakarnya. Dan lagi apa mereka pikir dengan membakar Al Quran lantas isi Al Quran itu akan musnah begitu saja? Jadi untuk apa mereka membakar Al Quran itu tanpa berpikir jika Al Quran itu tersebar luas di seluruh dunia (bukan hanya di Amerika) dan berada di kepala sebagian besar umat muslim yang menghafalnya? Alangkah lucunya jika membayangkan para pendukung pendeta hina ini ramai-ramai membeli Al Quran yang sebelumnya tak pernah mereka miliki untuk dibakar. Kitab yang dimiliki tak untuk dibaca, tapi untuk dibakar, padahal yang mereka bakar itu hanya kertas biasa yang isinya sudah ada di kepala orang-orang muslim yang menghafalnya.
Banyak kecaman dan kampanye penolakan rencana peringatan 11 September tersebut. Di Indonesia pihak-pihak yang mengecam keras aksi brutal dan biadab pihak gereja tersebut yaitu Gerakan Peduli Pluralisme, PGI, Parisadha Hindu Dharma Indonesia, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Ma’arif Institute, Moderate Muslim Society, Forum Kerukunan Antarumat Beragama, Masyarakat Dialog Antaragama, Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, dan Forum Lintas Agama. Rencana Hari Pembakaran Al Qur’an Sedunia jatuh pada tanggal 11 September 2010 nanti. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau kepada umat Islam untuk tidak terprovokasi dengan rencana hal itu.
Tak hanya itu, ada beberapa orang juga membuat buku tentang rencana aksi pembakaran Al Quran itu. Salah satunya novel yang berjudul ‘Kau Bakar Aku Bakar’, yang ditulis oleh Damien. Royalti novel itu juga diberikan pada GPP. Dalam novel itu ia menulis surat terbuka untuk pastor Terry Jones, agar tak belajar dari Hitler yang membasmi keyakinan orang lain. Tapi sepertinya ada atau tidaknya aksi teroris itu, kaum kafir seperti pendeta tersebut sepertinya akan tetap selalu membenci Islam. Bisa saja aksi terror di WTC itu hanya menjadi ajang kesempatan bagi kaum kafir tersebut untuk lebih memojokkan Islam di mata dunia.
Sikap antipati terhadap Islam itu juga ditunjukkan dengan protesnya sebagian warga Amerika Serikat atas rencana presiden Obama untuk membangun mesjid di lokasi tempat WTC runtuh akibat serangan teroris tahun 2001 itu. Sebelumnya, mereka mengatakan bahwa rencana ini tidak menghormati memori dari para korban yang meninggal pada serangan 11 September tersebut. Mereka mengecam Obama, tapi menurut Obama, semua itu dilakukan oleh Al Qaida dan bukan Islam. Pada kenyataannya, Al Qaida justru telah membunuh lebih banyak warga Muslim daripada para penganut agama lain. Di antara para korban ada warga Muslim yang tak berdosa. Kita cenderung lupa bahwa di Barat, tangan AS lebih banyak dipenuhi darah Muslim ketimbang tangan Al-Qaida dipenuhi darah non-Muslim.
Masjid ini dibangun oleh sebuah grup yang bernama Cordoba Initiative. Kelompok ini menyatakan dalam situsnya bahwa tujuan pembangunan masjid ini adalah untuk membantu perkembangan hubungan yang lebih baik antara muslim seluruh dunia dan pihak barat.
Beginilah buah hasil ulah segelintir umat yang mengaku berjuang atas nama jihad, dengan kata lain dikenal dengan istilah teroris. Bukannya berbuah manis, Islam malah mendapatkan penolakan keras dari segelintir kaum. Tak hanya itu, Islam malah dikenal bukan sebagai agama kasih sayang lagi, melainkan agama kekerasan dan tak berprikemanusiaan hingga muncullah yang namanya Islamfobia.
Teroris yang menyalahartikan makna jihad itu telah tersebar luas ke pelosok dunia. Mereka tak pernah berpikir jika ulah mereka yang biadab itu bukannya mengharumkan nama Islam, tapi sudah memojokkan nama baik Islam di mata dunia. Sikap terror mereka mengundang antipati dunia terhadap Islam. Islam telah tercemar oleh racun-racun dalam pikiran mereka. Entah darimana para teroris itu menghubungkan antara jihad dengan pembantaian. Entah dikemanakan nurani dan akal sehat mereka.



Jihad itu membela nama baik Islam, bukannya malah membuatnya terpuruk. Tak hanya kaum kafir yang merasa dirugikan dan mengecam aksi brutal mereka, melainkan umat muslim itu sendiri juga amat tidak setuju dengan kebinasaan. Jihad dalam konteks pembelaan itu pun tak berarti melakukan penyerangan kepada kaum kafir yang menyikapi keberadaan Islam secara pasif dengan tak melakukan penyerangan ataupun sesuatu yang merugikan umat Islam. Jihad yang sebenarnya adalah melawan mereka yang hendak menghancurkan umat Islam, seperti perang terhadap kaum kafir di Palestina. Mengapa mereka menghadirkan konflik itu sendiri di tempat yang damai dengan kaum kafir? Apa mereka tak berpikir tak hanya kaum kafir itu yang celaka, tapi kaum muslim di sekitarnya juga terkena imbasnya dengan bom yang mereka ledakkan? Di manakah rasa persaudaraan mereka? Tidakkah mereka berpikir ulah mereka yang secara terus menerus itu hanya akan memperpanjang ketegangan antar umat beragama?
Begitu pun halnya dengan para pendukung gerakan pembakaran Al Quran ini. Tidakkah mereka berpikir bahwa ada juga kaum muslim yang dianiaya oleh kaum kafir seperti yang terjadi di Palestina? Bukannya bersimpati terhadap umat Islam, malah memojokkannya. Seharusnya mereka berpikir bahwa para teroris itu sepenuhnya tidak didukung oleh umat muslim yang masih berpikiran normal, yakni mengedepankan kasih sayang sesama manusia. Seharusnya mereka sadar bahwa para teroris itu hanyalah korban yang telah dicuci otaknya oleh suatu teori sesat opnum yang tak bertanggung jawab. Tak hanya orang yang mengaku muslim yang pernah melakukan aksi teror, bahkan orang kafir lebih banyak melakukan aksi terror yang tak kalah merugikan. Kaum muslim yang melakukan aksi terror itu hanya salah menempatkan makna jihad. Seharusnya jika kaum muslim itu hendak berjihad, seharusnya mereka lebih terpancing membantu saudara kita di tengah kanca peperangan di Palestina. Jihad itu sendiri kan tak hanya dirumuskan sebagai perang melawan orang kafir yang memusuhi Islam, tapi juga dengan membantu mengobati saudara seiman kita yang terluka, membantu memberikan makanan, tempat tinggal dan sebagainya. Bukankah itu lebih membantu dan bermakna daripada mencelakakan orang-orang yang tak memusuhi Islam? Sebuah aksi yang sangat sia-sia dan tak bermanfaat.
Orang muslim yang lebih bijak, berpikiran matang dan panjang pasti takkan terburu-buru untuk mengakhiri hidupnya dengan aksi terror bom bunuh diri yang bukan di arena konflik. Apalagi jika berpikir di sana juga ada muslim yang beraktivitas. Bukankah pembunuhan tanpa alasan yang bijak itu tak diterima dalam Islam?
Dan lagi hidup para teroris yang terbuang percuma itu belum tentu membawa mereka ke surga. Apalagi mereka sengaja membuang nyawa mereka sendiri atas alasan yang belum jelas dan tempat kembali yang belum pasti. Orang seperti itu orang yang mudah dibodohi oleh para oknum yang menanamkan racun-racun di pikiran mereka. Dijelaskan sebagai jihad, tapi tetap saja itu namanya bunuh diri yang tak berarti, karena hanya akan menumpahkan darah-darah yang tak seharusnya. Para teroris polos pelaku bom bunuh diri itu tak peduli apa akibat dari terror yang mereka lakukan, yang mereka pikirkan hanyalah keinginan untuk bahagia dengan tak sabar masuk surga yang belum tentu mereka dapatkan. Hal itu dikarenakan mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka di dunia atas kematian banyak orang berkat bom bunuh diri mereka. Allah yang Maha Adil tak mungkin membiarkan orang seperti itu menikmati surga begitu saja, sementara banyak air mata tumpah di dunia karena ulah mereka. Penyaluran ‘jihad’ mereka yang tidak pada tempatnya sehingga banyak korban yang terzolimi. Dan bukankah doa orang yang terzolimi itu lebih didengar oleh Allah, meski pun ia orang kafir? Bagaimana jika mereka mendoakan para teroris itu akan azab siksa neraka? Naudzubillahi minzalik!
Oleh karena itulah kita harus memupuk nilai-nilai jihad dalam Islam yang sesuai pada kamula muda muslim agar tak teracuni oleh teori-teori ekstrim yang salah. Kita harus mewaspadai paham-paham terorisme dan mencekal para pelaku dan tempat-tempat yang dicurigai sebagai markas para teroris. Hal itu penting agar tak terjadi kesalahpahaman makna jihad di mata internasional, yang kini hampir disamaratakan dengan pembantaian massal. Marilah kita mensucikan kembali makna jihad yang benar-benar Islam butuhkan.

0 komentar: