“Kagome kagome…
Burung dalam sangkar!
Kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Burung jenjang dan penyu tergelincir
Siapa yang ada tepat di belakangmu?”
Suasana
keseharian penduduk di Chiba tampak seperti biasa. Jalan dipenuhi para penduduk
yang berlalu-lalang menyelesaikan urusannya masing-masing. Namun sebenarnya ada
yang tak biasa hari itu…
“Ada
orang mau bunuh diri!” pekik seorang pria sambil menunjuk ke puncak gedung
sebuah rumah sakit.
Suasana
yang tenang mendadak jadi riuh seperti pasar. Orang-orang berkerumun di depan
rumah sakit itu sambil membujuk orang tersebut agar tidak meloncat sementara
beberapa orang berusaha mencekalnya dari atas sana kemudian menyeretnya menepi.
“Lepaskan! Biarkan aku mati!” jerit wanita
yang hendak bunuh diri itu sambil meronta. Tentu saja orang-orang yang
menyeretnya tak akan membiarkannya. “Para ilmuwan gila Nazi itu akan datang
kembali! Mereka akan menjadikan penduduk Jepang sebagai kelinci percobaan
mereka!”
Salah
seorang yang menyeretnya tertegun. “A-aku juga melihat mimpi yang sama
dengannya. Belakangan ini aku selalu bermimpi buruk!”
Meski
tak menimpali, namun sepertinya ada di antara mereka—yang sedang menyeret wanita
itu—melihat mimpi yang sama.
Brugh!
“Kyaaaaa!!!”
Keriuhan
kembali terjadi di bawah sana. Sesosok tubuh terjun bebas dari atap sisi lain
rumah sakit itu dan menghantam atap mobil. Kaca mobil itu pecah seketika.
Sresh!
Sebuah dahan pohon yang patah kembali mengejutkan mereka. Seperti ada yang
menjatuhinya. Buru-buru sebagian kerumunan itu mengeceknya kemudian terdengar
jeritan nyaring di sana. Rupanya ada orang yang berpikiran sama dengan wanita
tadi. Leher korban yang terjun dari kamar apartemennya di lantai atas itu
patah. Kondisinya sangat mengerikan!
Kehebohan
tak terhenti sampai di sana karena bencana bunuh diri berantai itu akan terus
terjadi dan semuanya dikarenakan oleh suatu hal: mimpi buruk!
***
Gadis
kecil bernama Miku itu bersembunyi di lemari saat tragedi itu terjadi. Jeritan
menggema di mana-mana. Meski bersembunyi, namun ia masih bisa melihat kejadian
mengerikan itu dari celah pintu lemari.
“Bajingan kalian!” pekik salah seorang bocah
lelaki yang terikat di meja. Ia terus mengumpat hingga para ilmuwan itu secara
perlahan menggesek pisau ke lehernya hingga ia tak bersuara lagi.
Setelah
itu, mereka menarik kepala itu sampai putus kemudian melemparnya ke arah lemari
tempat Miku berada. Kepala itu menggelinding menyelinap memasuki lemari itu.
Miku
membekap mulutnya rapat-rapat. Mata di kepala itu sempat berkedip dua kali
padanya sebelum pada akhirnya terbuka terus.
Meski
sudah melihat pemandangan tragis terhadap teman sekelasnya itu, si gadis kecil
masih terus mengintip. Kali ini ia melihat para ilmuwan gila itu membelah perut
seorang anak kemudian mencabut tulang rusuknya. Jeritan semakin menggila di
kelas itu.
Meja-meja
kelasnya yang dijadikan tempat tidur mereka sudah berlumuran darah. Ada juga
yang menjerit hebat karena kelopak matanya dicabut paksa seolah mencabut uban
dan…
Grek!
Pintu lemari itu bergeser.
“Sekarang giliranmu!”
Dengan
kasarnya, tangan besar itu pun menarik Miku keluar dari lemari untuk memulai
“audisi”nya!
“Kyaaaaaaaaa!!!”
***
Miku
terbangun dari bunga tidurnya dengan napas terengah-engah. Mata cekungnya
menandakan betapa kurang tidurnya ia. Tak lama ia bergegas beraktivitas
kemudian berangkat ke sekolah dengan langkah lunglai.
Di
sepanjang jalan distrik pertokoan itu, ia tak memedulikan kejadian sekitarnya.
Padahal tiap beberapa langkah kakinya, selalu saja ada orang yang bunuh diri!
Ia
melewati begitu saja seorang wanita dengan tubuh tergantung di pohon, ia
melewati begitu saja mobil yang menabrak tiang listrik, orang yang jatuh tak
jauh di belakangnya karena terjun dari lantai 13 dan sebagainya.
Keadaan
menjadi kacau-balau karena mimpi buruk!
Gadis
kecil itu sendiri terus melangkah, tapi bukan ke arah sekolahnya melainkan ke
stasiun kereta api. Seolah terhipnotis, gadis kecil itu melangkah tanpa ragu ke
rel kereta api. Ia berdiri mematung di sana.
Tak
ada yang mau berbaik hati menegurnya meski melihat jelas gadis kecil itu
menantang bahaya di sana. Dan begitu kereta api yang melintas
memporak-porandakan tubuh mungilnya, tak ada juga yang mau repot-repot
mengurusinya… saking banyaknya orang yang bunuh diri karena sebuah mimpi buruk!
1 komentar:
Saya tau lagu ini waktu maenin game fatal frame, dengerinnya aja udah merinding
Posting Komentar