THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 23 November 2019

Pukul 13:00




Baru saja Irma menginjakkan kaki telanjangnya di rumah kayu itu, jempol kakinya sudah terasa nyeri. Dilihatnya kakinya yang tengah menginjak barisan semut merah. Karena sibuk mencari sapu, ia menimbulkan kegaduhan di mana-mana. “Duh, mana sih sapunya?”

Tiba-tiba saja, BBM-nya berbunyi. Ia segera membuka ponselnya. Dari Kiki rupanya.

“Bagaimana dengan rumah barunya, Ir?”

“Aku baru sampai, nih!”

“Ini kan jam 13 siang!”

“Memangnya kenapa?”

“Memangnya kamu tak diberitahu si pemilik rumah itu sebelumnya kalau sudah jam 13 itu jangan sampai membuat keributan di sana, sekecil apa pun suaranya. Rumah itu ada penghuninya!”

“Kalo soal hantu sih, aku ga takut, Ki.”

“Bukan hantu, tapi … eh, btw apa banyak semut di rumah itu?”

“Baru saja mau kusapu.”

“Eh, jangan disapu!”

“Kenapa?”

“Penghuni yang dimaksud adalah mereka. Kau tak boleh menyingkirkan mereka dari rumah itu.”

Duh, kok jumlahnya malah semakin banyak ya?”

“Ir, sebaiknya kau segera keluar dari rumah itu. Selamatkan dirimu!”

“Aow!” Irma tak sempat membalasnya lagi begitu ada semut lagi yang menggigit kakinya.

“Irma, kau masih di sana kan? Aku hanya bisa hubungi kamu lewat pesan agar tak menimbulkan suara. Apa benar kau tak diberitahu apa alasan mengapa kau tidak boleh menimbulkan suara apa pun yang bisa membangunkan mereka pada jam 13 siang?”

Irma tak membacanya karena sibuk menyapu.

Woooooo … tiba-tiba saja, terdengar suara bergemuruh di belakangnya. Irma menghentikan aktivitasnya sejenak dan terbelalak begitu melihat lautan semut merah menyerbunya!

Ia langsung menjatuhkan sapunya dan berlari. Namun sayangnya, ia tak sempat melarikan diri lebih jauh lagi.

“Aow! Aduh!” jeritnya begitu semut-semut itu menggigit kakinya. Tak lama, ia menjerit-jerit begitu tentara semut merah merayap ganas menaiki tubuhnya. Sementara itu, lautan semut merah tadi masih terus bertambah seolah mereka menjadikan tubuh Irma sebagai lahan agar mereka bisa muat di rumah itu.

Irma terjerembab tak berdaya. Ia menangis. Semut-semut itu tak hanya menyelimuti lantai, tapi juga dinding dan langit-langit. Semuanya jadi terlihat merah seperti dicat darah!

Mata Irma melotot mengerikan. Semut-semut juga berjatuhan menimpa tubuhnya dari langit-langit sana. Semut-semut itu merayap liar memasuki lubang telinga, hidung, juga mulutnya. Mulut Irma jadi terasa seperti makan semut hidup dan napasnya jadi sesak karena hidungnya dipenuhi semut. Tapi para semut itu merayap terus ke kerongkongan dan organ dalam tubuhnya, kemudian … mereka membuat sarang di sana!

Tak hanya lewat lubang, mereka juga ada yang masuk lewat luka-lukanya yang terbuka. Luka-luka yang mereka ciptakan bersama-sama seperti menggali terowongan. Di luka-luka yang entah berapa jumlahnya itu, mereka meletakkan telur-telur mereka.

Para semut berbondong-bondong memasuki mulut Irma hingga tampak menggembung dan akan meletus. Matanya melotot habis-habisan, mengerikan! Tak perlu tunggu waktu lama untuk Irma menghabisi napasnya sendiri.

Begitu tubuh itu sudah tak bernyawa, para semut itu membawa tubuh utuh Irma ke sarang mereka. Tentunya mudah, mengingat jumlah mereka yang menggila. Tubuh itu seperti mayat yang mengambang perlahan di air merah!

Pukul 14 siang, rumah itu sudah bersih dari serangan teror para semut merah buas. Bahkan ceceran darah pun sudah tak terlihat lagi. Rumah itu terlihat normal seperti semula. Entah dikemanakan mayat tersebut!

0 komentar: