THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 22 November 2018

GUNDAM WING - 3


Hero dirawat di ruang perawatan militer di pelabuhan sana karena sudah menimbulkan ledakan. Hero dalam kondisi tak sadarkan diri. Tubuhnya diikat ke ranjang karena mayor Sally takut kalau anak itu berbahaya. Bersama tim medis, ia memeriksa kondisi Hero dan perkembangan kesehatannya.
Sally ingin bisa mengintrogasi  Hero. Ia berusaha tak melakukan hal-hal yang berbahaya ke anak itu seperti disuntik dan sebagainya dengan alasan berbahaya bagi anak seusianya. Wanita itu penasaran akan kekuatan tubuh Hero karena ledakan kemarin.

Tanpa mereka sadari, Hero sebenarnya sudah sadarkan diri dan berusaha membebaskan diri diam-diam. Terlihat darah segar mengalir dari pergelangan tangannya karena ia mencoba melepaskan diri dari ikatan secara tak terlihat. Ia masih terus memejamkan matanya. Sally tak memperhatikan darah itu.
Hero teringat kemarin ia tak sadarkan diri dan tak langsung mati saja. sementara itu, Duo langsung kabur entah ke mana dan Relena tak bisa berbuat apa-apa saat Hero dibawa ke rumah sakit militer.

Duo sendiri datang dengan gontainya ke ruma sakit dan memandang ke atas gedung sambil tersenyum mantap. “Waktunya jenguk orang sakit!”

Sementara itu, Relena pun datang menjenguk dan dibawa oleh Sally ke ruang perawatan Hero. Sally mengizinkannya karena suatu hal sementara tak sembarang orang yang boleh menjenguknya karena ini termasuk misi rahasia yang tengah diteliti.
“Kau siapanya?”
“Aku ini temen sekelas dan temen deketnya,” jawab Relena bangga, hm diam-diam ia pasti naksir ama Hero.

Mereka pun masuk ke ruang perawatan Hero, namun…
“Ih, kejam! Kok diikat sih?!” protes Relena cemas. “Ia kan lagi sakit gitu!”
“Tenang, ntar kami lepasin kalo dah sehat. Kami takut ia berbahaya karena ia bukan anak biasa.”

Meski sakit, Hero sudah bisa membuka mata kalemnya dan melihat layar monitor penghubung dengan ruang control malah menyala dan… terlihatlah Duo di sana! Surprise! (jreng! Musiknya seru)
Hero sedikit mengernyit tak menyangka, kaget sedikit. “Eh anak itu? Ngapain ia kemari?” batinnya.
Duo tersenyum mantap di balik topinya sambil menempelkan telunjuk ke bibirnya agar Hero tetap tenang. Rupanya di ruang control ia sudah melumpuhkan para penjaganya dan mengambil alih monitor agar ia bisa berkomunikasi dengan Hero di sana.
Hero tenang-tenang saja sementara Duo berusaha berkomunikasi dengannya melalui gerak bibir belaka. “Anak malang! Aku tahu kau bisa baca gerak bibir ku kan?”
Tentu saja monitor itu tak ada suaranya, kalau ada kan bisa ketahuan!
“Ada banyak hal yang mau kutanyakan sama kamu. Jadi jangan mati dulu ya, karena kita sama! Aku akan membebaskanmu dari sana. Oke?”
Hero memalingkan wajahnya setelah bisa menangkap pesan itu. “Terserah kau sajalah,” batinnya. “Aku sama sekali tak ngarap di tolong siapa-siapa.”
“Ya gitu, acting yang bagus. Tunggu ya, temen!”

Duar!!! Ledakan yang membuat kabur pandangan itu tercipta dari sebuah tembok yang bolong karena ulah Duo. Debu yang bertebaran membuat orang sulit melihat kejadian di bawah sana. Duo bergegas masuk untuk membebaskan Hero.

Sementara itu, Relena dan Sally kebingungan akan apa yang terjadi di sana. Mereka sulit melihat kondisinya.

“Duh gimana lepasinnya nih?” Duo kebingungan sekaligus panic karena waktunya tak banyak.
Hero langsung menjulurkan tangannya yang berlumuran darah dengan tenangnya. “Pake pisaumu saja,” usulnya kalem. Gitu aja Duo ga kepikiran!
“Eh kenapa tanganmu?!” Duo heran melihat tangan berlumuran darah itu dan mendapati jawabannya begitu melihat darah di ranjang. “Ih, kamu ini nekat banget sih?!” cemasnya.

Setelah itu, talinya pun dilepas. Mereka berdua pun bergegas melarikan diri dengan lincahnya. Akhirnya keduanya menjadi kesatuan yang kompak meski baru kenalan!
“Cepet! Buruan!” Duo mengarahkan ke suatu tempat yang sudah diledakkan dengan bom di temboknya. “Kita akan kabur lewat sini!”

Mereka pun terjun dari gedung bertingkat tinggi itu. Duo mengeluarkan baling-balingnya, tapi… Hero membiarkan dirinya terjun bebas!
“Woi! Buka parasut yang kukasih untuk kamu! Wei!” teriaknya, namun Hero tak terpengaruh dan membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Duo tahu Hero sengaja agar tak selamat dan ia sangat menyayangkannya, padahal dirinya baru saja ketemu teman yang semisi. Ia memang sangat membutuhkan teman untuk melaksanakan misi ke bumi agar ia semakin percaya diri!

Namun begitu Relena dan Sally datang meninjau situasinya dari tembok bolong…
“Hero! Jangaaaaaaaaaaaan!!!” pekik Relena cemas karena Hero bisa mati.

Klep. Baru deh Hero mau membuka matanya dan spontan saja membuka parasutnya.

“Ih, dah telat mah bukanya!” komentar Duo dari atas menyesalinya sambil nepuk jidat. Karena sudah dekat dengan tanah dan parasut jadi tak begitu berfungsi.

Hero sempat berparasut, namun kehilangan keseimbangan dan jatuh berguling-guling dari  atas bebukitan. Ia terus terjatuh dan rebah di bawah sana. Sakitnya tuh di sini!

“Kuatnya! Semoga saja ia bukan musuh kita,” komentar Sally yang menyaksikan aksi nekat pemuda itu, terpana. Sementara itu, Relena pun jadi lega!

Hero berusaha menguatkan tubuhnya yang setengah mati untuk bangkit dan berdiri. Wajah pucatnya menatap alam, tak habis pikir kalau ia masih belum mati dan selamat terus. Duo datang dan melepaskan baling-balingnya. Wajahnya tampak kesal akan aksi nekat Hero barusan.
Hero menatap tangannya yang gemetaran. “Kenapa kubuka parasutnya? Seharusnya aku tak melakukannya! Tapi kenapa tangan ini seolah di luar kuasaku?”
Hero sendiri tak habis pikir kenapa juga ia spontan saja mau membuka parasutnya hanya karena mendengar suara Relena, padahal teriakan Duo diabaikan. Ia tak sadar kalau itu semua dari alam bawah sadar refleksinya. Ia merasa tak ada gunanya lagi untuk hidup karena tak ada yang peduli padanya, eh begitu Relena teriak, alam bawah sadarnya merasa itu semua keliru dan ia harus tetap hidup!
Bukannya ia takut mati. Suara Relena yang begitu memperhatikannya membuat alam bawah sadarnya memilih untuk tetap hidup karena masih ada orang yang membutuhkannya. Tak hanya Relena…

Duo mendekat dengan wajah miris. “Aku tahu kau mau mati karena rahasiamu terbongkar. Tapi kan aku sudah susah payah selamatin kamu, bertaruh nyawa dan waktu pula. Kenapa kau harus menyia-nyiakan pengorbananku ini, teman?” katanya sambil memapah Hero yang semakin tak berdaya. “Hanya aku temen yang bisa kau percaya sekarang. Tapi terserah kau mau anggap aku temen atau kagak.”
Hero mah ikut saja karena sudah ga berdaya…

Sementara itu, para teknisi yang bekerja di bawah Zeck berhasil mengumpulkan data gundam yang ditemukan di air namun ga sempat diambil itu, kemudian membuat mesin mobile suit yang mirip. Zeck datang memonitoring perakitan rahasia itu. Ia penasaran dan ingin membuat mesin yang sama kayak gundam meski tak akan bisa menirunya karena gundanium hanya bisa diproses di ruang angkasa sana, jadi mustahil kalau dibikin di bumi. Alias gundam hanya bisa diproduk di space koloni!

Ada banyak senior yang tak menyukai keputusan Treze di oz dan mengambil keputusan sendiri. Senior itu pun memutuskan untuk perang sendiri melawan salah satu gundam bersama bawahannya.
Di satu sisi, di sebuah medan tempat balon udara senior itu berada, gundam 03 tampak menjalankan aksinya membabat mobile suit musuh. Pertempuran tampak begitu sengit, namun tidak begitu Trowa kehabisan peluru. Hal ini pun dimanfaatkan musuh.

Sementara itu, balon udara yang digunakan oleh senior itu diselamatkan dan senior itu melarikan diri dengan berat hati karena tak bisa bertempur melawan gundam yang kuat habis. Ia pun membenarkan strategi Treze.

“Dy kehabisan peluru!”
Dari senapan dan dari dada gundam 03 tak tersisa amunisi lagi. Trowa masih tenang-tenang saja di dalam dan pasrah saja untuk mati. Namun…

Tiba-tiba saja saat akan diserang, ada tembakan dari beberapa mobile suit type lain. Mobile suit itu berdatangan bersama dengan gundam 04. Mereka pun bersama menghabisi para musuh.
“Sori!” ucap Quattre dengan berat hati begitu akan menghancurkan mobile suit musuh dengan pelukan sandrock yang bersabit.

Duar. Musuh pun tak tersisa. Namun Trowa malah merasa terancam diselamatkan seperti itu. Harga dirinya sebagai prajurit luntur seketika. Ia merasa kecewa tak dibiarkan mati dalam keadaan terhormat seperti itu.
“Ih, napa sih diselamatin? Ganggu aja!” gerutu batinnya. “Tapi ada gundam lain selain aku? Siapa dy?”
“Ada gundam lain juga toh di sini? Siapa ya?” batin Quattre juga di gundam 04.
“Serang aja deh!” Trowa memutuskan untuk menyerang gundam 04. “Habis, dy ikut campur pertempuranku sih! Rasakan ini!”

Pertempuran kedua gundam pun kembali berlangsung. Duh, nih Trowa kayak ga tahu terima kasih deh! Dah diselamatin, eh malah nyerang duluan. Quattre berusaha melawannya, namun gerakan gundam 03 tampak begitu agresif dengan pukulan dan tendangannya. Gundam 04 terperosok mundur. Quattre kewalahan menghadapinya dari dalam sana. Gundam 03 sangat agresif diganggu!

Quattre geram juga, namun ia lalu tersenyum. “Ini salah! Tak seharusnya sesama gundam dari koloni bertempur.”
Maka ia segera ambil tindakan, menonaktifkan gundamnya dan keluar. “Saya menyerah!” serunya mengalah duluan. “Kita tak boleh bertarung karena kita sama!”
Trowa juga menonaktifkan gundam 03 dan keluar sambil mengangkat tangan. Terlihatlah wajah tampan kalem di mata Quattre. Quattre tersenyum melihat teman barunya itu, senyum lembut nan ramah. “Rupanya dy pilotnya. Rupanya hampir seumuran sama aku,” batinnya damai.
“Jangan angkat tangan, kan aku yang duluan menyerah,” katanya bijak sambil tersenyum halus. “Hai! Namaku Quattre. Kamu?” tanyanya ramah.
“Trowa. Trowa barton,” jawab Trowa datar. “Ini pilot gundam yang ikut campur itu. Rupanya masih anak-anak pula. Ga nyangka,” komentar batinnya. “Sepertinya ia sangat baik.”

Sementara itu, Duo berhasil menaikkan gundam miliknya sendiri, kemudian gundam milik Hero menggunakan alat berat. Dy asik berceloteh sendiri sampai akhirnya dy melihat apa yang dilakukan oleh Hero.
“Hei, kamu lagi ngapain?”
Hero tampak berusaha menormalkan tulang kakinya sekuat tenaga dan… krek! Duo mengalihkan pandangan darinya. Duo hanya bisa tepuk jidat lagi sambil geleng-geleng.
“Ya ampun, nekat banget sih kamu ini!” komentarnya tak habis pikir. “Memikirkannya saja sudah membuatku ngilu. Dasar!”
“Kalo aku sih mana berani menanggung dan menahan rasa sakit sebesar itu? Ia mah berani banget! Kalo aku mah mending ke dokter spesialisnya aja,” batin Duo blak-blakan.

Hero tak menanggapi dan terus mendekati gundamnya yang baru kelihatan sebahu. Hero sangat pendiam! Ia menatap gundam itu penuh arti dan juga secara tersirat, tampak rindu. Gundam yang ingin diledakkannya sekarang balas menatapnya, seolah berkata, “Hai, Tuan!”
Akankah ia kembali menggunakannya? Apakah lubuk hatinya begitu rindu ingin mengendalikannya kembali? Kedua ‘kawan’ itu pun kembali bersua…


http://www1.nontonanime21.live/nonton/mobile-suit-gundam-wing-episode-03.html
(klik gambar di sini untuk nonton!)

=================================================

mau baca karya-karyaku di bawah ini?

> senin (romance) : CAFFE LATTE FULL ROMANCE
> selasa (dorama) : AKU BUKAN YU
> rabu (fantasi) : BATHOR
> kamis (horor) : 13 HARI DI RUMAH SAKIT
> jumat (action) : NAMAE NO NAI KAIBUTSU
> sabtu : MENULIS BUKTI HIDUPKU (kumcer)
> minggu : GHOST WRITER (kumcer horor)



klik saja di sini:
http://gwp.co.id/author/arieska-arief/

atau di: 
https://www.wattpad.com/user/arieska27?utm_medium=widget&utm_source=follow_2_default#works

0 komentar: