Hero dirawat di ruang perawatan militer di pelabuhan sana
karena sudah menimbulkan ledakan. Hero dalam kondisi tak sadarkan diri.
Tubuhnya diikat ke ranjang karena mayor Sally takut kalau anak itu berbahaya.
Bersama tim medis, ia memeriksa kondisi Hero dan perkembangan kesehatannya.
Sally ingin bisa mengintrogasi Hero. Ia berusaha tak melakukan hal-hal yang
berbahaya ke anak itu seperti disuntik dan sebagainya dengan alasan berbahaya
bagi anak seusianya. Wanita itu penasaran akan kekuatan tubuh Hero karena
ledakan kemarin.
Tanpa mereka sadari, Hero sebenarnya sudah sadarkan diri dan
berusaha membebaskan diri diam-diam. Terlihat darah segar mengalir dari
pergelangan tangannya karena ia mencoba melepaskan diri dari ikatan secara tak
terlihat. Ia masih terus memejamkan matanya. Sally tak memperhatikan darah itu.
Hero teringat kemarin ia tak sadarkan diri dan tak langsung
mati saja. sementara itu, Duo langsung kabur entah ke mana dan Relena tak bisa
berbuat apa-apa saat Hero dibawa ke rumah sakit militer.
Duo sendiri datang dengan gontainya ke ruma sakit dan
memandang ke atas gedung sambil tersenyum mantap. “Waktunya jenguk orang sakit!”
Sementara itu, Relena pun datang menjenguk dan dibawa oleh
Sally ke ruang perawatan Hero. Sally mengizinkannya karena suatu hal sementara
tak sembarang orang yang boleh menjenguknya karena ini termasuk misi rahasia
yang tengah diteliti.
“Kau siapanya?”
“Aku ini temen sekelas dan temen deketnya,” jawab Relena
bangga, hm diam-diam ia pasti naksir ama Hero.
Mereka pun masuk ke ruang perawatan Hero, namun…
“Ih, kejam! Kok diikat sih?!” protes Relena cemas. “Ia kan
lagi sakit gitu!”
“Tenang, ntar kami lepasin kalo dah sehat. Kami takut ia
berbahaya karena ia bukan anak biasa.”
Meski sakit, Hero sudah bisa membuka mata kalemnya dan
melihat layar monitor penghubung dengan ruang control malah menyala dan…
terlihatlah Duo di sana! Surprise! (jreng! Musiknya seru)
Hero sedikit mengernyit tak menyangka, kaget sedikit. “Eh
anak itu? Ngapain ia kemari?” batinnya.
Duo tersenyum mantap di balik topinya sambil menempelkan
telunjuk ke bibirnya agar Hero tetap tenang. Rupanya di ruang control ia sudah
melumpuhkan para penjaganya dan mengambil alih monitor agar ia bisa
berkomunikasi dengan Hero di sana.
Hero tenang-tenang saja sementara Duo berusaha berkomunikasi
dengannya melalui gerak bibir belaka. “Anak malang! Aku tahu kau bisa baca
gerak bibir ku kan?”
Tentu saja monitor itu tak ada suaranya, kalau ada kan bisa
ketahuan!
“Ada banyak hal yang mau kutanyakan sama kamu. Jadi jangan
mati dulu ya, karena kita sama! Aku akan membebaskanmu dari sana. Oke?”
Hero memalingkan wajahnya setelah bisa menangkap pesan itu.
“Terserah kau sajalah,” batinnya. “Aku sama sekali tak ngarap di tolong
siapa-siapa.”
“Ya gitu, acting yang bagus. Tunggu ya, temen!”
Duar!!! Ledakan yang membuat kabur pandangan itu tercipta
dari sebuah tembok yang bolong karena ulah Duo. Debu yang bertebaran membuat
orang sulit melihat kejadian di bawah sana. Duo bergegas masuk untuk membebaskan
Hero.
Sementara itu, Relena dan Sally kebingungan akan apa yang
terjadi di sana. Mereka sulit melihat kondisinya.
“Duh gimana lepasinnya nih?” Duo kebingungan sekaligus panic
karena waktunya tak banyak.
Hero langsung menjulurkan tangannya yang berlumuran darah
dengan tenangnya. “Pake pisaumu saja,” usulnya kalem. Gitu aja Duo ga
kepikiran!
“Eh kenapa tanganmu?!” Duo heran melihat tangan berlumuran
darah itu dan mendapati jawabannya begitu melihat darah di ranjang. “Ih, kamu
ini nekat banget sih?!” cemasnya.
Setelah itu, talinya pun dilepas. Mereka berdua pun bergegas
melarikan diri dengan lincahnya. Akhirnya keduanya menjadi kesatuan yang kompak
meski baru kenalan!
“Cepet! Buruan!” Duo mengarahkan ke suatu tempat yang sudah
diledakkan dengan bom di temboknya. “Kita akan kabur lewat sini!”
Mereka pun terjun dari gedung bertingkat tinggi itu. Duo
mengeluarkan baling-balingnya, tapi… Hero membiarkan dirinya terjun bebas!
“Woi! Buka parasut yang kukasih untuk kamu! Wei!” teriaknya,
namun Hero tak terpengaruh dan membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Duo tahu
Hero sengaja agar tak selamat dan ia sangat menyayangkannya, padahal dirinya
baru saja ketemu teman yang semisi. Ia memang sangat membutuhkan teman untuk
melaksanakan misi ke bumi agar ia semakin percaya diri!
Namun begitu Relena dan Sally datang meninjau situasinya
dari tembok bolong…
“Hero! Jangaaaaaaaaaaaan!!!” pekik Relena cemas karena Hero
bisa mati.
Klep. Baru deh Hero mau membuka matanya dan spontan saja
membuka parasutnya.
“Ih, dah telat mah bukanya!” komentar Duo dari atas
menyesalinya sambil nepuk jidat. Karena sudah dekat dengan tanah dan parasut
jadi tak begitu berfungsi.
Hero sempat berparasut, namun kehilangan keseimbangan dan
jatuh berguling-guling dari atas
bebukitan. Ia terus terjatuh dan rebah di bawah sana. Sakitnya tuh di sini!
“Kuatnya! Semoga saja ia bukan musuh kita,” komentar Sally
yang menyaksikan aksi nekat pemuda itu, terpana. Sementara itu, Relena pun jadi
lega!
Hero berusaha menguatkan tubuhnya yang setengah mati untuk
bangkit dan berdiri. Wajah pucatnya menatap alam, tak habis pikir kalau ia
masih belum mati dan selamat terus. Duo datang dan melepaskan baling-balingnya.
Wajahnya tampak kesal akan aksi nekat Hero barusan.
Hero menatap tangannya yang gemetaran. “Kenapa kubuka
parasutnya? Seharusnya aku tak melakukannya! Tapi kenapa tangan ini seolah di
luar kuasaku?”
Hero sendiri tak habis pikir kenapa juga ia spontan saja mau
membuka parasutnya hanya karena mendengar suara Relena, padahal teriakan Duo
diabaikan. Ia tak sadar kalau itu semua dari alam bawah sadar refleksinya. Ia
merasa tak ada gunanya lagi untuk hidup karena tak ada yang peduli padanya, eh
begitu Relena teriak, alam bawah sadarnya merasa itu semua keliru dan ia harus
tetap hidup!
Bukannya ia takut mati. Suara Relena yang begitu
memperhatikannya membuat alam bawah sadarnya memilih untuk tetap hidup karena masih
ada orang yang membutuhkannya. Tak hanya Relena…
Duo mendekat dengan wajah miris. “Aku tahu kau mau mati
karena rahasiamu terbongkar. Tapi kan aku sudah susah payah selamatin kamu,
bertaruh nyawa dan waktu pula. Kenapa kau harus menyia-nyiakan pengorbananku
ini, teman?” katanya sambil memapah Hero yang semakin tak berdaya. “Hanya aku
temen yang bisa kau percaya sekarang. Tapi terserah kau mau anggap aku temen
atau kagak.”
Hero mah ikut saja karena sudah ga berdaya…
Sementara itu, para teknisi yang bekerja di bawah Zeck
berhasil mengumpulkan data gundam yang ditemukan di air namun ga sempat diambil
itu, kemudian membuat mesin mobile suit yang mirip. Zeck datang memonitoring
perakitan rahasia itu. Ia penasaran dan ingin membuat mesin yang sama kayak
gundam meski tak akan bisa menirunya karena gundanium hanya bisa diproses di
ruang angkasa sana, jadi mustahil kalau dibikin di bumi. Alias gundam hanya
bisa diproduk di space koloni!
Ada banyak senior yang tak menyukai keputusan Treze di oz
dan mengambil keputusan sendiri. Senior itu pun memutuskan untuk perang sendiri
melawan salah satu gundam bersama bawahannya.
Di satu sisi, di sebuah medan tempat balon udara senior itu
berada, gundam 03 tampak menjalankan aksinya membabat mobile suit musuh.
Pertempuran tampak begitu sengit, namun tidak begitu Trowa kehabisan peluru.
Hal ini pun dimanfaatkan musuh.
Sementara itu, balon udara yang digunakan oleh senior itu
diselamatkan dan senior itu melarikan diri dengan berat hati karena tak bisa
bertempur melawan gundam yang kuat habis. Ia pun membenarkan strategi Treze.
“Dy kehabisan peluru!”
Dari senapan dan dari dada gundam 03 tak tersisa amunisi
lagi. Trowa masih tenang-tenang saja di dalam dan pasrah saja untuk mati.
Namun…
Tiba-tiba saja saat akan diserang, ada tembakan dari
beberapa mobile suit type lain. Mobile suit itu berdatangan bersama dengan
gundam 04. Mereka pun bersama menghabisi para musuh.
“Sori!” ucap Quattre dengan berat hati begitu akan
menghancurkan mobile suit musuh dengan pelukan sandrock yang bersabit.
Duar. Musuh pun tak tersisa. Namun Trowa malah merasa
terancam diselamatkan seperti itu. Harga dirinya sebagai prajurit luntur
seketika. Ia merasa kecewa tak dibiarkan mati dalam keadaan terhormat seperti
itu.
“Ih, napa sih diselamatin? Ganggu aja!” gerutu batinnya.
“Tapi ada gundam lain selain aku? Siapa dy?”
“Ada gundam lain juga toh di sini? Siapa ya?” batin Quattre
juga di gundam 04.
“Serang aja deh!” Trowa memutuskan untuk menyerang gundam
04. “Habis, dy ikut campur pertempuranku sih! Rasakan ini!”
Pertempuran kedua gundam pun kembali berlangsung. Duh, nih
Trowa kayak ga tahu terima kasih deh! Dah diselamatin, eh malah nyerang duluan.
Quattre berusaha melawannya, namun gerakan gundam 03 tampak begitu agresif
dengan pukulan dan tendangannya. Gundam 04 terperosok mundur. Quattre kewalahan
menghadapinya dari dalam sana. Gundam 03 sangat agresif diganggu!
Quattre geram juga, namun ia lalu tersenyum. “Ini salah! Tak
seharusnya sesama gundam dari koloni bertempur.”
Maka ia segera ambil tindakan, menonaktifkan gundamnya dan
keluar. “Saya menyerah!” serunya mengalah duluan. “Kita tak boleh bertarung
karena kita sama!”
Trowa juga menonaktifkan gundam 03 dan keluar sambil
mengangkat tangan. Terlihatlah wajah tampan kalem di mata Quattre. Quattre
tersenyum melihat teman barunya itu, senyum lembut nan ramah. “Rupanya dy
pilotnya. Rupanya hampir seumuran sama aku,” batinnya damai.
“Jangan angkat tangan, kan aku yang duluan menyerah,”
katanya bijak sambil tersenyum halus. “Hai! Namaku Quattre. Kamu?” tanyanya
ramah.
“Trowa. Trowa barton,” jawab Trowa datar. “Ini pilot gundam
yang ikut campur itu. Rupanya masih anak-anak pula. Ga nyangka,” komentar
batinnya. “Sepertinya ia sangat baik.”
Sementara itu, Duo berhasil menaikkan gundam miliknya
sendiri, kemudian gundam milik Hero menggunakan alat berat. Dy asik berceloteh
sendiri sampai akhirnya dy melihat apa yang dilakukan oleh Hero.
“Hei, kamu lagi ngapain?”
Hero tampak berusaha menormalkan tulang kakinya sekuat
tenaga dan… krek! Duo mengalihkan pandangan darinya. Duo hanya bisa tepuk jidat
lagi sambil geleng-geleng.
“Ya ampun, nekat banget sih kamu ini!” komentarnya tak habis
pikir. “Memikirkannya saja sudah membuatku ngilu. Dasar!”
“Kalo aku sih mana berani menanggung dan menahan rasa sakit
sebesar itu? Ia mah berani banget! Kalo aku mah mending ke dokter spesialisnya
aja,” batin Duo blak-blakan.
Hero tak menanggapi dan terus mendekati gundamnya yang baru
kelihatan sebahu. Hero sangat pendiam! Ia menatap gundam itu penuh arti dan
juga secara tersirat, tampak rindu. Gundam yang ingin diledakkannya sekarang
balas menatapnya, seolah berkata, “Hai, Tuan!”
Akankah ia kembali menggunakannya? Apakah lubuk hatinya
begitu rindu ingin mengendalikannya kembali? Kedua ‘kawan’ itu pun kembali
bersua…
(klik gambar di sini untuk nonton!)
=================================================
mau baca karya-karyaku di bawah ini?
> senin (romance) : CAFFE LATTE FULL ROMANCE
> selasa (dorama) : AKU BUKAN YU
> rabu (fantasi) : BATHOR
> kamis (horor) : 13 HARI DI RUMAH SAKIT
> jumat (action) : NAMAE NO NAI KAIBUTSU
> sabtu : MENULIS BUKTI HIDUPKU (kumcer)
> minggu : GHOST WRITER (kumcer horor)
klik saja di sini:
http://gwp.co.id/author/arieska-arief/
atau di:
https://www.wattpad.com/user/arieska27?utm_medium=widget&utm_source=follow_2_default#works
0 komentar:
Posting Komentar