THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 08 Mei 2013

About Ayu Utami, Seorang Penulis Yang Tidak Pernah Berpikir Menulis Buku Untuk Laris

Perkenankan saya memperkenalkan diri sebagai feminis, pengarang, dan seorang “spiritual-kritis”.
Saya lahir di musim dan kota hujan, Bogor, ketika tempat itu belum dipenuhi angkot seperti sekarang. Ribuan kelelawar masih mendiami Kebun Raya dan setiap sore di masa kanak saya mendapatkan pemandangan menakjubkan: makhluk-makhluk gelap bersayap meninggalkan jambul hutan dan memenuhi langit. Saya sekolah di SD Regina Pacis Bogor, dan setiap hari memandangi rusa tutul di halaman istana. Saya anak bungsu dari lima bersaudara.
Selepas SD saya pindah ke Jakarta dan merasa kehilangan firdaus. Saya sekolah di SMP dan SMA Tarakanita I dan mengalami ibukota yang banjir sehingga kami kadang dapat hari bolos karena sekolah terendam. Saya senang mengalami sekolah perempuan semua. Itu memberi kami saat-saat bebas dari tanggungjawab meladeni masyarakat. Menurut saya, dalam suasana campur, perempuan (mungkin tanpa sadar) dilatih dan melatih diri untuk melayani. Mereka harus menyiapkan makanan, harus membuat suasana hangat, dan sebagainya. Masa SMA-cewek-semua membebaskan kami dan memberi kesempatan untuk menyadari dan menikmati hak-hak kami.
Di SMA saya mulai senang mengarang dan melukis, dan sering bolos sekolah hanya untuk kedua pekerjaan itu. Saya pernah menyerahkan novel petualangan ke penerbit Gramedia dan ditolak. Waktu itu sudah agak jelas bahwa saya menyukai dunia seni dan ingin jadi seniman. Ayah saya melarang saya mendaftar di Seni Rupa ITB, dan menyuruh saya masuk jurusan Sastra Rusia di Fakultas Sastra UI. Ayah seorang jaksa dan ia tahu ada pekerjaan sebagai intelijen di kejaksaan dan mereka pasti membutuhkan lulusan studi Rusia karena saat itu Uni Soviet (sekarang Rusia) adalah negeri komunis.
Saya kuliah di sana tapi segera bosan. Di tahun kedua saya mulai sering bolos dan mencari ilmu  kehidupan di luar kampus. Saya pun ambil kursus sekretaris, mengikuti pemilihan Wajah Femina sebagai finalis, bekerja di hotel, di perusahaan pemasok senjata, dan lain-lain untuk mengatasi rasa jenuh—bidang-bidang ini memberi saya pelajaran kehidupan, tapi jelas tidak cocok untuk saya. Akhirnya saya menjadi wartawan dan merasa nyaman.  Saya bekerja di bulanan Matra, dwimingguan Forum Keadilan—dua media yang dulu berafiliasi pada majalah berita Tempo tetapi kini bisa dibilang sudah tidak ada.
Pada tahun 1994 majalah Tempo dibredel, bersama Editor dan Detik. Dibredel artinya dimatikan. Inilah bentuk sensor pemerintah di zaman itu. Bersama beberapa wartawan, yang kebanyakan muda, kami melawan dan mendirikan Aliansi Jurnalis Independen. Tapi organisasi ini dilarang oleh pemerintah. Beberapa teman saya masuk penjara. Saya sendiri dipecat dari majalah Forum. Para pendiri AJI dimasukkan daftar hitam dan tak boleh bekerja di bidang pers lagi.
Karena tak bisa lagi menulis sebagai wartawan, saya pun menulis novel, sembari bekerja di Teater Utan Kayu (TUK), yang baru didirikan, yang juga merupakan tempat berkumpul seniman, wartawan kritis, dan aktivis demokrasi. Lahirlah Saman—sebuah fragmen dari novel yang sedang saya tulis. Fragmen itu memenangkan lomba Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta 1998. Sebelum terbit, naskah itu sudah begitu banyak dibicarakan orang dan banyak yang minta naskahnya kepada saya, sehingga sering saya membagikan disket (waktu itu masih disket). Saya pikir, lama-lama saya bisa bangkrut karena membagikan disket pada orang. Maka ketika Kepustakaan Populer Gramedia minta menerbitkan, saya setuju.  Saman terbit hanya sepuluh hari sebelum Soeharto tumbang.
Pada peluncuran Saman di Teater Utan Kayu, 12 Mei 1998, terjadi penembakan mahasiswa Trisakti. Tanggal 21 Mei Soeharto mengundurkan diri. Buat saya pribadi, Saman sungguh membawa suasana masa itu.
Setelah rezim militer tumbang, di era Reformasi, kami para anggota AJI sebetulnya sudah boleh menjadi wartawan lagi. Saya memilih untuk tidak, karena saya telah bekerja di bidang yang saya lebih suka: kesenian. Saya menjadi editor di jurnal kebudayaan Kalam (sekarang hanya online), dan kurator program sastra di Teater Utan Kayu (yang kemudian berpindah ke tempat baru di Jalan Salihara dan menjadi Komunitas Salihara), selain menulis buku-buku saya sendiri.
Dalam kehidupan pribadi, pada awalnya saya tidak ingin menikah. Saya merasa ketika itu tekanan bagi perempuan untuk menikah masih begitu tinggi dan saya ingin perempuan punya alternatif sehingga mereka tak perlu menikah jika karena terpaksa atau menjadi istri kesekian. Saya juga keberatan dengan pemaksaan negara tentang hubungan antara suami-istri di mana suami dengan sendirinya adalah kepala keluarga. Buat saya, hal itu harusnya keputusan dua orang yang menikah, bukan urusan negara. Ini saya tuliskan dalam Si Parasit Lajang (2003). Pada akhirnya, saya “menikah Gereja” dengan Prasetya Riksa alias Erik Prasetya alias “Enrico”, meskipun tidak menikah secara negara (karena keberatan saya soal kepala keluarga tadi). Perubahan keputusan itu saya tulis dalam Eks Parasit Lajang yang direncanakan terbit akhir tahun 2012.
Kini saya tinggal di Jakarta bersama Erik, beberapa ekor kucing, satu anjing, dan satu burung nuri yang dihibahkan teman karena istrinya khawatir wabah flu burung.
Saya memiliki perhatian khusus pada isu-isu agama. Saya lahir dalam keluarga Katolik yang saleh. Kritik terhadap agama pada diri saya muncul pertama kali karena kesadaran bahwa institusi agama sangat patriarkal. Setelah mencoba mengenyahkan Tuhan dan agama dari hidup saya di usia duapuluhan, pada usia tigapuluhan saya melihat kembali agama dengan cara baru, yang saya sebut sebagai “spiritualisme-kritis”.


Buku-buku saya:
•    Saman, novel (1998)
•    Larung, novel (2001)
•    Si Parasit Lajang, kumpulan esai (2003)
•    Sidang Susila, naskah drama dan kumpulan esai (2008)
•    Bilangan Fu, novel (2008)
•    Manjali dan Cakrabirawa, novel seri Bilangan Fu (2010)
•    Cerita Cinta Enrico, novel kisah nyata (2012)
•    Lalita, novel seri Bilangan Fu (dalam proses)
•    Eks Parasit Lajang, novel kisah nyata (dalam proses)
Riwayat pekerjaan institusional:
•    Wartawan–Matra, Forum, Demokrasi & Reformasi (1991-1995)
•    Peneliti Pusat Studi Arus Informasi (1996-1997)
•    Redaktur Jurnal Kebudayaan Kalam (1997-2004)
•    Kurator Teater Utan Kayu (1997-2004)
•    Anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (2006-2009)
•    Kurator Program Sastra Komunitas Salihara (sejak 2010)
•    Direktur Bienal Sastra Salihara (2009, 2011)
•   
Beberapa penghargaan, beasiswa, dan fellowship:
•    Thomson Foundation Advance Journalism Course, Cardiff, Inggris (1995)
•    Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta (1998)
•    Asian Leadership Fellow Program, International House of Japan (2000)
•    Prince Claus Award (2000)
•    Iowa Writing Program, Iowa, Amerika Serikat (2005)
•    Khatulistiwa Literary Award (2008)
•    Penghargaan sastrawan kreatif Majelis Sastra Asia Tenggara (2008)
Lain-lain:
•    Jamu, video esai tentang jamu dan mitosnya, kolaborasi dengan Erik Prasetya (2001)
•    Sang Guru Piano, penyelaras terjemahan karya Elfriede Jellinek (2005)
•    Ruma Maida, naskah film (2009)
•    Tagore dan Masa Kanak, penerjemah dari bahasa Inggris sepilihan karya Rabindranath Tagore (2011)

================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
 

0 komentar: