THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 28 Mei 2013

Menulis Novel Ber-setting Luar Negeri

Sebelumnya, sebaiknya aku perjelas, aku belum pernah menulis novel ber-setting luar negeri. Long, long time ago, pernah nulis cerita pendek ber-setting Amerika Serikat, but that’s it. Pengalaman ini tetap nggak bisa dibandingkan dengan novel berpuluh-puluh halaman yang dikerjakan dengan darah dan keringat (halah!).
Note ini aku tulis lebih berdasarkan pengalaman sebagai editor. Selama bertahun-tahun bekerja di GagasMedia, aku menyaksikan ratusan—bahkan mungkin ribuan—naskah yang datang dan pergi. Bersama teman-teman redaksi lain, kami menyaring naskah-naskah masuk dan memutuskan judul-judul mana saja yang dianggap layak untuk diterbitkan.
Dan tibalah bagian paling bikin nggak enak hati: kenapa naskahku ditolak?


Aku pernah menulis note juga tentang sejumlah alasan yang menyebabkan naskah ditolak, tapi kali ini ini aku akan fokus hanya di naskah ber-setting luar negeri. Which is lagi happening banget kayaknya. Dari sepuluh naskah masuk, dua-tiga naskah berlatar belakang luar negeri. Dan, yeah, menulis novel dengan latar belakang yang nggak kita temui sehari-hari memang sulit—so, here’s my salute to all you authors who did the brave job. Tapi... aku nggak bisa menyangkal juga, persentase naskah ber-setting luar negeri yang kemudian diputuskan terbit juga nggak banyak. Dan inilah yang akan kita bahas kali ini:
Stop Watching That Movie, Stop Reading That Book
Nggak ada yang lebih menyakitkan daripada dituduh menyontek. Lebih menyakitkan lagi karenaternyata kamu nggak menyontek siapa pun, tapi orang-orang menuduhmu sebaliknya. Tapi, bukan berarti kamu lantas bisa dengan mudah membenarkan diri ketika kemudian kamu menyadari kalo kamu ‘mungkin’ pernah menonton film/serial TV serupa.
Saran: Ada dua hal yang bisa kamu lakukan untuk menghindari hal ini.
Satu, begitu menemukan ide saat menonton atau membaca, buru-buru tulis hipotesis dasarnya di buku catatan. And that’s it. Nggak sedikit penulis yang ‘mencuri plot’ dan membuat sesuatu yang benar-benar baru dengan caranya sendiri. Penulis ‘Bridget Jones’ mengaku mengambil plot dasar novelnya dari Pride and Prejudice. Penulis ‘West Side Story’ mengambil plot dasar skenarionya dari Romeo and Juliet. Coba buktikan sendiri, apa kamu bisa bilang novel dan skenario mereka menyontek karya Jane Austen dan Shakespeare?
Dua, kalo cara itu nggak bisa kamu lakukan dengan tanpa dituduh menyontek (“No matter how hard I do, novel gue tetap berasa kayak versi bajakannya Twilight, Bang”), then stop it. Buatlah plotmu sendiri. Jangan tergoda melakukan sesuatu yang kelak bakal jadi batu sandungan bagimu.
Novelmu Bukan Fan Fiction
I have to say this. Really, I do. Dan ini sering banget aku temukan di naskah berlatar belakang Asia Timur, say, Korea, Jepang, dan Taiwan. Satu hal yang harus kamu ingat, nggak semua orang menggemari hal serupa dengan kamu. Aku pribadi memang lumayan ngeh dengan nama personil Super Junior, Big Bang, SNSD, dan sodara-sodaranya, jadi saat membaca naskahmu, aku manggut-manggut dan bisa setuju kalo, misalnya, T.O.P. itu tampan dan misterius. Tapi bagaimana dengan yang bahkan nggak peduli sama sekali dengan hallyu?
Saran: Cobalah menulis dengan membayangkan kamu sedang bercerita kepada orang asing. Kamu nggak tau dia suka apa, nggak tau dia berkebangsaan apa. Jelaskan detail-detail karaktermu meskipun menurutmu itu so obvious. Dan cobalah untuk menghindari deskripsi ‘Dia setampan Lee Min Ho’ karena, Dahling, si orang asing ini BELUM TENTU kenal Mas Min Ho ini. Demikian juga halnya dengan kepribadiannya. Kita nggak bilang orang itu baik hanya karena dia terus-terusan bilang, “Aku baik lho.” Kita bisa mengenali kebaikan hatinya dari sikapnya, gestur saat dia berbicara dengan orang lain, dan sebagainya.
Setting
1)      ‘Paris itu indah sekali.’ Yah, kata orang-orang sih begitu. Tapi akan jauh lebih baik kalo tulisan kamu menjelaskan dengan baik keindahan Paris, dan nggak hanya sekadar bilang ‘Paris itu indah sekali’. Tapi ingat, deskripsi dan narasi ibaratnya seperti pedang bermata dua. Kalo terlalu sedikit, pembaca kecewa. Kalo terlalu banyak, pembaca bosan.
2)       Seberapa penting setting luar negeri ini buat cerita kamu.
Saran: Cara paling mudah adalah dengan menjawab pertanyaan ini: kalo setting cerita ini diubah ke, let say, Wonogiri, apa plot utama bakal berubah? Kalo jawabannya ‘tidak’, berarti sebaiknya kamu mengolah lagi plot cerita ato keputusan menuliskannya dengan setting luar negeri.
Contoh novel yang jawabannya adalah ‘iya’ adalah Le Divorce karya Diane Johnson. Kalo novel ini diubah settingnya dari Prancis ke Wonogiri, plot utamanya benar-benar akan berubah. Semua konflik dalam Le Divorce yang didasarkan pada aturan perceraian dan pembagian harta gono-gini Prancis jelas jadi tak masuk akal kalo settingnya dipindah ke Wonogiri.
Bahasa dan Dialog
1)      Dialog ‘Halo’ ‘Halo’ ‘Siapa ini?’ ‘Aku A. Dengan siapa ya saya bicara?’ ‘Saya B. Mau cari siapa?’ dan percakapan basa-basi lainnya tetap terasa buang-buang halaman walaupun diubah ‘secara kreatif’ dengan menambahkan sapaan dari bahasa negara lain.
Saran: cobalah menulis dialog yang penting. Kalo ternyata menurut kamu adegan itu terdiri dari percakapan remeh, tapi menurut kamu penting karena merupakan kronologis dari keseluruhan adegan, tulis ulang dan tambahkan deskripsi penting untuk adegan berikutnya.
2)      Waspada dengan kendala bahasa. Nggak semua istilah/frase bahasa asing bisa diterjemahkan tanpa ada perasaan janggal, aneh, dan malah menimbulkan pertanyaan.
Misalnya: “I want love you in 3D. I’m gonna turn you on just like a TV. I’ll have your body movin’ till you poppin’ off the screen.’ There. Aku tantang kamu untuk membuat terjemahan lirik 3D – JLS ini nggak terasa janggal. :)
Saran: if it turns out weird, change it. Hanya itu satu-satunya solusi, teman.
3)   Dialek dan aksen.
Saran: Coba baca tips di link ini http://readericreatedhim.wordpress.com/2011/10/24/ten-tips-on-writing-characters-with-accents-by-rose-lerner/
Kalo masih bingung, monggo atuh ditanya.^^
(sumber: internetlah... :p, mungkin notes editor gagas?)

=================================================================



JASA EDITING NASKAH BERHADIAH!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, blogger Menulis Bukti Hidupku (MIBUKU) siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan,

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital, huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD hingga selalu ditolak penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau. Butuh bantuan jasa editing naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal) kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam buku tersebut bahwa editor bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan 1 (satu) buah buku koleksi Creepy Pasta’s Group Sister yang akan dikirim langsung ke alamat kamu (persediaan terbatas). Judul buku bisa dipilih.

 

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD? Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

Facebook (inbox only) : ARIESKA ARIEF & MENULIS BUKTI HIDUPKU
Pin BB (ping! only) : 764A7969
Ponsel (SMS only) : 085 399 566 422
 

0 komentar: