“Wingardium Leviosar!!!”
Terimalah mantra terakhirku ini!!! >.<
Sementara kami saling menjambak, para ‘penonton’ turut menyerukan. Aku tak mempedulikan bayang-bayang tak kasat mata itu karena asyik ngejambak sinyal yang masih saja terus membandel! Tak peduli kuntilanak kek, kujambak sekalian.
Lawanku tak mudah digulingkan rupanya. Sudah kutarik ke sini, eh dia malah kabur sembelit. Sudah kumantra-mantrai dengan mantra sihir di buku Harry Potter eh dia malah semakin sembelit. Pasti kurang posting buah tuh di dunia maya! 0(>.<)0
“Argh! Aku menyerah! Bagaimana ini?! Jam 12 malam teng sudah harus kumpul tugas kelompok ini di email Bu Dosen!” pekikku, mengingat dosenku yang selalu menghantui jari-jariku dalam mengetik naskah. Semuanya pasti akan dipertimbangkannya. EYD lah, diksi kalimatnyalah, nggak ketinggalan kalau tahi lalat di tiap akhir kalimatnya dilupakan. Pasti semuanya akan dibantai! /. .\
Kutatap jam, lima belas menit lagi jam 12 WIP. Teman-teman kelompokku bisa membakar bangku kuliahku besok kalau tugas kami ini tak terkirim-kirim juga. Bagaimana ini, Pemirsa?! :=(0
Karena galau, aku pun pesta makan sendirian. Biasalah, kalau cewek lagi stres, isi kulkas bisa bocor. Bisa-bisa besok kulkasnya di-PHK, karena menjadi tersangka telah memakan isi-nya sendiri!
Sambil ngemil, kuterus memelototi si ‘Loading’ yang masih saja setor muka pecahnya di layar si Axio. Pokoknya aku takkan menyerah! Begitu cemilan manusia habis, kusikat pula cemilan kucingku. Nyam! Saking stresnya, rasanya jadi pecah di lidah… b^0^d (promosi Whiskas to Friskas).
“Sudah habis mantra-mantra Harry Potternya?” Tiba-tiba kakak laki-lakiku muncul menegur. “Kalau lagi hujan begini, memang susah sinyalnya, Mpok! Kodongnu, deh!”
Aku tak mempedulikannya. “Habismi ini kerupukna si Karen saya makan tunggui terbukanya pintu sinyal, kodong!” raungku dalam Bahasa Makassar. Ups! Kucing betina itu lalu memandangku dengan tatapan yang artinya ‘sakitnya tuh di sini!’ (di perut). :’(
“Kodong! Terus kucingmu besok makan apa? Bisa-bisa dia selingkuh loh ke kandang tetangga.”
“Gampil, mah! Bisa digarong tuh tulang pahanya si Snowi di luar sana…”
“Auuuuunggg!!” Terdengar suara Siberian Husky betina itu di luar sana.
“Nah, tuh kan dia dengar tuh! Belum digarong makanannya saja dia sudah terkaing-kaing mendengarnya!” Dia kembali menasehati. “Bobo, ah! Biar habis karoppo’na kucingnu, ga ngaruhji sama sinyal, Mpok!” katanya dengan logat Makassar meninggalkanku yang sudah nekat mau mengambil tulang paha-nya si Snowi di luar sana. Pengen gigit-gigit sesuatu!
Kutercenung. Hujan. Sinyalnya terhalang awan tebal. Bukannya mau menyalahkannya, tapi… kenapa di saat-saat UGD seperti ini?! Pokoknya kalau sampai jam 12 malam sinyalku tak terbuka juga, mungkin sebaiknya aku angkat kaki saja dari kampus dan kembali ke pelabuhan kedua orangtuaku T_T. (Pulangkan saja, aku pada ibuku… atau bapakku…)
Selanjutnya jadi kepikiran: Lama-lama bakal saya pasang Teru-Teru Bozu di atap rumah, biar kalau mau internetan nggak hujan-hujan lagi. Atau keluar rumah, melintasi hujan deras dan internetan di luar jangkauan awan tebal. Tapi di mana?
Segala cara sudah diupayakan. Kucoba upload naskah ke BBM teman kelompokku biar dia yang kirim, nggak bisalah. Kucoba upload naskah di inbox FB-nya, tapi intinya adalah sinyal. Aneh! Kok BBM masih bisa terkirim, padahal memakai sinyal wifi yang sama?!
Mampus! Sebentar lagi jam 12 malam. Sepertinya sudah tak ada harapan lagi. Lagian mau cari warnet di mana juga yang buka jam segini? Sepertinya naskah ini bakal kumuseumkan saja T_T
Emdede, kodong!!! Bisa-bisa besok-besok ini kalau ada tugas kelompok aku bakalan ngejomblo sampe akhir semester! Arrrghhh!! Deritaku…
Akhirnya kuputuskan untuk mengambil jaket dan mengenakan jas hujan, meraungkan motorku mencari-cari warnet yang masih buka. Apa masih ada, ya?! Tapi aku tak punya cabang pilihan yang lain selain…
“Woi! Geng motooooorrr!!!”
Suara pekikan itu membuatku tersentak. Emdede, siapami injo?!
“Kejar! Kejar! Uooooo!!” Suara-suara itu diikuti oleh deruman motor.
Kutatap spion motorku dan inilah dia. Sepertinya aku harus ngebut lebih cepat lagi! Kenapa malah dikira geng motor segala?! Padahal aku hanya ingin mencari warnet. Tapi perlukah aku berhenti dan menanyakan warnet yang masih buka pada mereka? Hm, apa itu bukan bunuh diri namanya?!
Akhirnya terus kulajukan motor ini, bagai adegan di film-film action. Melintasi gang sempit malam buta sampai-sampai menggilas ekor kucing yang sedang nongkrong di sana. Oke, itu dosaku yang pertama. Tapi aku tak punya banyak waktu untuk minta maaf pada si Pussy itu.
Brum! Brum! Tak ragu kubelokkan motorku menaiki sebuah tangga pasar. Aku melakukannya dengan mulus, hm bukan berarti aku mengakui kalau aku bagian dari geng motor yang brutal itu. Motor para Ormas mengejarku. Kembali kulalui koridor-koridor sempit di pasar yang sudah tutup itu.
Duh, pas di ujungnya tuh malah jalan buntu! Terpaksa harus kuputarbalikkan motorku ini sebelum mereka berhasil menyusulku. Kumencoba mencari jalan yang lain dan tak sengaja menabrak patung boneka yang menyajikan contoh pakaian di salah satu rukonya. Hm, sepertinya ini dosaku yang berikutnya. Kepala boneka itu remuk tergilas di bagian tengahnya. Hm, aku sudah merusak wajah boneka itu. Tentu saja aku tak bisa meluangkan waktu untuknya menyerahkan duitku agar ia bisa bedah plastik di Korea. (^0^)7
Kodong! Capek kalau begini terus. Hanya karena mencari-cari sinyal. Kubayangkan, kalau sudah bisa kirim tugas ke email, aku tak perlu lagi susah-susah mikirin Si Jentik Nyamuk yang bahannya menyebalkan itu! Habis, disuruh nangkap jentik nyamuknya segala di got sih, disimpan dalam gelas aqua bekas dan ditutup kantongan untuk diteliti. Habis kuteliti, ntar jentik nyamuknya kukasih makan ikan Mas-ku. Hitung-hitung irit ongkos. Hehe, jangan ditiru ya, Pemirsa. Hm, ini orangnya bak air susu dibalas dengan air tuba. Tapi, ngapain juga aku melihara nyamuk to? Memangnya rumahku belum kayak kebun binatang apa?!
Saking lelahnya, aku tak melihat apa yang ada di hadapanku. Motorku sudah tiba di batas pagar terali koridor. Aku yang tak sempat menghindarinya, terpelanting dari motorku dan melayang-layang di udara dengan gaya dramatis.
Kodong… selamat tinggal dunia nan kejam! Selamat tinggal, Sinyal. Kubombe’ moko, dech!!
Wasiat terakhirku, tolong kumpulkan tugas di FD-ku ini ke email Bu Dosen sebelum jam 12 malam! Aku mohon, siapa pun yang menemukanku di sini, hiks! T_T inilah akhir perjuanganku. Lanjutkang!!
“Istirahatlah, Miyung. Kau sudah berusaha keras…” kata mereka mengagetkanku.
“Tapi bagaimana dengan tugasnya, teman-teman?!” Kuterduduk di ranjang rumah sakit itu.
“Tugasnya dibatalkan!”
“Kok bisa begitu?!”
“Karena Bu Dosen sudah salah memberikan tugas kelompok. Dikiranya kita ini anak jurusan Kes-Ling, padahal kita anak Gizi Lingkungan. Maklumlah dia sudah pikun, jadi salah masuk kelas mengajar. Sebenarnya kita mau kabarin beberapa hari yang lalu, tapi…”
“Kenapa tak ada yang kasih tahu?!”
“Ng, sinyalnya lagi kurus kering…”
*ngemut selang infus…
Terimalah mantra terakhirku ini!!! >.<
Sementara kami saling menjambak, para ‘penonton’ turut menyerukan. Aku tak mempedulikan bayang-bayang tak kasat mata itu karena asyik ngejambak sinyal yang masih saja terus membandel! Tak peduli kuntilanak kek, kujambak sekalian.
Lawanku tak mudah digulingkan rupanya. Sudah kutarik ke sini, eh dia malah kabur sembelit. Sudah kumantra-mantrai dengan mantra sihir di buku Harry Potter eh dia malah semakin sembelit. Pasti kurang posting buah tuh di dunia maya! 0(>.<)0
“Argh! Aku menyerah! Bagaimana ini?! Jam 12 malam teng sudah harus kumpul tugas kelompok ini di email Bu Dosen!” pekikku, mengingat dosenku yang selalu menghantui jari-jariku dalam mengetik naskah. Semuanya pasti akan dipertimbangkannya. EYD lah, diksi kalimatnyalah, nggak ketinggalan kalau tahi lalat di tiap akhir kalimatnya dilupakan. Pasti semuanya akan dibantai! /. .\
Kutatap jam, lima belas menit lagi jam 12 WIP. Teman-teman kelompokku bisa membakar bangku kuliahku besok kalau tugas kami ini tak terkirim-kirim juga. Bagaimana ini, Pemirsa?! :=(0
Karena galau, aku pun pesta makan sendirian. Biasalah, kalau cewek lagi stres, isi kulkas bisa bocor. Bisa-bisa besok kulkasnya di-PHK, karena menjadi tersangka telah memakan isi-nya sendiri!
Sambil ngemil, kuterus memelototi si ‘Loading’ yang masih saja setor muka pecahnya di layar si Axio. Pokoknya aku takkan menyerah! Begitu cemilan manusia habis, kusikat pula cemilan kucingku. Nyam! Saking stresnya, rasanya jadi pecah di lidah… b^0^d (promosi Whiskas to Friskas).
“Sudah habis mantra-mantra Harry Potternya?” Tiba-tiba kakak laki-lakiku muncul menegur. “Kalau lagi hujan begini, memang susah sinyalnya, Mpok! Kodongnu, deh!”
Aku tak mempedulikannya. “Habismi ini kerupukna si Karen saya makan tunggui terbukanya pintu sinyal, kodong!” raungku dalam Bahasa Makassar. Ups! Kucing betina itu lalu memandangku dengan tatapan yang artinya ‘sakitnya tuh di sini!’ (di perut). :’(
“Kodong! Terus kucingmu besok makan apa? Bisa-bisa dia selingkuh loh ke kandang tetangga.”
“Gampil, mah! Bisa digarong tuh tulang pahanya si Snowi di luar sana…”
“Auuuuunggg!!” Terdengar suara Siberian Husky betina itu di luar sana.
“Nah, tuh kan dia dengar tuh! Belum digarong makanannya saja dia sudah terkaing-kaing mendengarnya!” Dia kembali menasehati. “Bobo, ah! Biar habis karoppo’na kucingnu, ga ngaruhji sama sinyal, Mpok!” katanya dengan logat Makassar meninggalkanku yang sudah nekat mau mengambil tulang paha-nya si Snowi di luar sana. Pengen gigit-gigit sesuatu!
Kutercenung. Hujan. Sinyalnya terhalang awan tebal. Bukannya mau menyalahkannya, tapi… kenapa di saat-saat UGD seperti ini?! Pokoknya kalau sampai jam 12 malam sinyalku tak terbuka juga, mungkin sebaiknya aku angkat kaki saja dari kampus dan kembali ke pelabuhan kedua orangtuaku T_T. (Pulangkan saja, aku pada ibuku… atau bapakku…)
Selanjutnya jadi kepikiran: Lama-lama bakal saya pasang Teru-Teru Bozu di atap rumah, biar kalau mau internetan nggak hujan-hujan lagi. Atau keluar rumah, melintasi hujan deras dan internetan di luar jangkauan awan tebal. Tapi di mana?
Segala cara sudah diupayakan. Kucoba upload naskah ke BBM teman kelompokku biar dia yang kirim, nggak bisalah. Kucoba upload naskah di inbox FB-nya, tapi intinya adalah sinyal. Aneh! Kok BBM masih bisa terkirim, padahal memakai sinyal wifi yang sama?!
Mampus! Sebentar lagi jam 12 malam. Sepertinya sudah tak ada harapan lagi. Lagian mau cari warnet di mana juga yang buka jam segini? Sepertinya naskah ini bakal kumuseumkan saja T_T
Emdede, kodong!!! Bisa-bisa besok-besok ini kalau ada tugas kelompok aku bakalan ngejomblo sampe akhir semester! Arrrghhh!! Deritaku…
Akhirnya kuputuskan untuk mengambil jaket dan mengenakan jas hujan, meraungkan motorku mencari-cari warnet yang masih buka. Apa masih ada, ya?! Tapi aku tak punya cabang pilihan yang lain selain…
“Woi! Geng motooooorrr!!!”
Suara pekikan itu membuatku tersentak. Emdede, siapami injo?!
“Kejar! Kejar! Uooooo!!” Suara-suara itu diikuti oleh deruman motor.
Kutatap spion motorku dan inilah dia. Sepertinya aku harus ngebut lebih cepat lagi! Kenapa malah dikira geng motor segala?! Padahal aku hanya ingin mencari warnet. Tapi perlukah aku berhenti dan menanyakan warnet yang masih buka pada mereka? Hm, apa itu bukan bunuh diri namanya?!
Akhirnya terus kulajukan motor ini, bagai adegan di film-film action. Melintasi gang sempit malam buta sampai-sampai menggilas ekor kucing yang sedang nongkrong di sana. Oke, itu dosaku yang pertama. Tapi aku tak punya banyak waktu untuk minta maaf pada si Pussy itu.
Brum! Brum! Tak ragu kubelokkan motorku menaiki sebuah tangga pasar. Aku melakukannya dengan mulus, hm bukan berarti aku mengakui kalau aku bagian dari geng motor yang brutal itu. Motor para Ormas mengejarku. Kembali kulalui koridor-koridor sempit di pasar yang sudah tutup itu.
Duh, pas di ujungnya tuh malah jalan buntu! Terpaksa harus kuputarbalikkan motorku ini sebelum mereka berhasil menyusulku. Kumencoba mencari jalan yang lain dan tak sengaja menabrak patung boneka yang menyajikan contoh pakaian di salah satu rukonya. Hm, sepertinya ini dosaku yang berikutnya. Kepala boneka itu remuk tergilas di bagian tengahnya. Hm, aku sudah merusak wajah boneka itu. Tentu saja aku tak bisa meluangkan waktu untuknya menyerahkan duitku agar ia bisa bedah plastik di Korea. (^0^)7
Kodong! Capek kalau begini terus. Hanya karena mencari-cari sinyal. Kubayangkan, kalau sudah bisa kirim tugas ke email, aku tak perlu lagi susah-susah mikirin Si Jentik Nyamuk yang bahannya menyebalkan itu! Habis, disuruh nangkap jentik nyamuknya segala di got sih, disimpan dalam gelas aqua bekas dan ditutup kantongan untuk diteliti. Habis kuteliti, ntar jentik nyamuknya kukasih makan ikan Mas-ku. Hitung-hitung irit ongkos. Hehe, jangan ditiru ya, Pemirsa. Hm, ini orangnya bak air susu dibalas dengan air tuba. Tapi, ngapain juga aku melihara nyamuk to? Memangnya rumahku belum kayak kebun binatang apa?!
Saking lelahnya, aku tak melihat apa yang ada di hadapanku. Motorku sudah tiba di batas pagar terali koridor. Aku yang tak sempat menghindarinya, terpelanting dari motorku dan melayang-layang di udara dengan gaya dramatis.
Kodong… selamat tinggal dunia nan kejam! Selamat tinggal, Sinyal. Kubombe’ moko, dech!!
Wasiat terakhirku, tolong kumpulkan tugas di FD-ku ini ke email Bu Dosen sebelum jam 12 malam! Aku mohon, siapa pun yang menemukanku di sini, hiks! T_T inilah akhir perjuanganku. Lanjutkang!!
***
Begitu kubuka mataku, yang pertama kalinya kulihat adalah wajah-wajah sangar teman kelompokku. Mungkin adegan selanjutnya aku bakal digerek mereka. Namun wajah mereka tampak memelas. /. .\“Istirahatlah, Miyung. Kau sudah berusaha keras…” kata mereka mengagetkanku.
“Tapi bagaimana dengan tugasnya, teman-teman?!” Kuterduduk di ranjang rumah sakit itu.
“Tugasnya dibatalkan!”
“Kok bisa begitu?!”
“Karena Bu Dosen sudah salah memberikan tugas kelompok. Dikiranya kita ini anak jurusan Kes-Ling, padahal kita anak Gizi Lingkungan. Maklumlah dia sudah pikun, jadi salah masuk kelas mengajar. Sebenarnya kita mau kabarin beberapa hari yang lalu, tapi…”
“Kenapa tak ada yang kasih tahu?!”
“Ng, sinyalnya lagi kurus kering…”
*ngemut selang infus…
0 komentar:
Posting Komentar