THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 01 November 2014

Pacaran Yang Sehat

Beberapa hari ini tema yang menjadi judul tulisan saya kali ini kerap wara-wiri di internet dan menjadi perbincangan yang hangat lagi panas. Ada yang mengatakan bahwa tiga kombinasi kata ‘aneh’ tersebut ada di dalam buku pelajaran Penjaskes adik-adik kita, lalu ada pula yang mengatakan bahwa tema tersebut sudah menjadi berita di televisi nasional. Dengan kata lain, pemerintah dan orang yang mengaku sebagai pengambil keputusan, yang mengaku sebagai pemerhati masa depan pemuda Indonesia, menyetujui satu hal yang menjadi cikal bakal rusaknya moral bangsa kita. Astaghfirullah…



Pacaran Yang Sehat, adakah? Apakah yang dikatakan pacaran yang sehat itu pacaran sambil jogging? Sambil berenang? Sambil belajar bersama? Sambil buka puasa bersama? Sambil minum vitamin bersama? Atau apa?



Mungkin ada yang mencoba menjawab bahwa yang dimaksud dengan Pacaran Yang Sehat adalah satu cara menuangkan atau kasarnya melampiasakan rasa suka kepada lawan jenis dengan cara yang benar tapi tidak melalui jalan menikah (karena memang kebanyakan pelakunya belum cukup umur untuk menikah). Karena (katanya) ketika tidak diekspresikan (rasa suka itu) maka akan menimbulkan penyakit yang entah apa namanya dan menjadikan orang tersebut tidak sehat.



Baiklah, mari kita coba melihat di sekitar kita dan menjawab dengan sejujur-jujurnya. Ada berapa banyak orang yang tidak pacaran yang kalian kenal dan mereka menjadi gila? Ada berapa makhluk jomblo di luar sana yang kalian kenal dan mereka mengidap penyakit karena tidak memiliki pacar? Yah, jawabannya tidak ada satu pun orang yang tidak pacaran lantas karena hal tersebut ia menjadi gila karena tidak mengekspresikan rasa suka di dalam hatinya. Mereka semua sehat-sehat saja dan bahagia.



Lalu, ada berapa orang yang pacaran yang kalian kenal dan tidak punya masalah dalam hubungan mereka? Lalu ada berapa orang yang pacaran yang kalian kenal yang ujung-ujungnya putus karena sakit hati? Lalu ada berapa orang yang pacaran yang kalian kenal berwajah lebam karena kena pukul pacarnya sendiri? Lalu ada berapa orang yang pacaran yang kalian kenal lalu hamil, ditinggal pacarnya, atau malah menggugurkan kandungan dengan rasa sakit yang luar biasa?



Sampai di sini, bisakah kalian menyimpulkan siapa yang lebih sehat di antara yang pacaran atau yang tidak? Ya, jawabannya tidak salah lagi, yang tidak pacaran jauh lebih sehat dibanding yang pacaran. Yang tidak pacaran bukan hanya fisiknya yang sehat tapi juga hatinya. Namun yang pacaran, hati dan fisiknya sama-sama sakit. Bahkan tidak sedikit, sakitnya bisa sampai merenggut nyawa pelakunya.



Pacaran Yang Sehat, sejatinya tidak ada satupun alasan yang membenarkan pemikiran orang-orang yang menyetujui hal tersebut. Satu-satunya pacaran yang sehat adalah pacaran bagi mereka yang telah menikah. Sedang bagi mereka yang belum menikah, apatah lagi yang masih belia maka pacaran hanya akan menjadi beban, menambah masalah, menumpulkan pikiran, membentuk karakter manja dan malas, serta masih banyak hal negatif yang telah kita saksikan bersama sebagai dampak dari proses pacaran.



Lebih dari itu, di atas semua bukti nyata ketidaksehatan proses pacaran, Allah telah memerintahkan sejak dulu, sejak beratus-ratus abad yang lalu bahwa kita, manusia jangan pernah jatuh dalam perkara mendekati zina.



“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)



Mari kita renungkan sejenak, siapakah yang paling benar perkataannya? Apakah manusia atau Allah, Zat yang menciptakan manusia? Siapakah yang paling benar perkataannya? Apakah manusia yang memiliki akal ataukah Allah, Zat yang memberikan akal? Maka sesungguhnya hanya orang-orang sombonglah yang menjawab ‘manusia’, maka hanya orang-orang sombonglah yang tidak mau menerima dan menjalankan syariat Allah. Ketahuliah, bahwa di balik setiap syariat Allah, di balik setiap perintah dan larangan Allah ada kebaikan untuk manusia. Maka sebagai hamba yang kerap kali salah, kita diharuskan dan sudah seharusnya untuk sami’na wa atha’na; kami dengar, maka kami laksanakan.



Pacaran Yang Sehat, jika memang tidak mendatangkan manfaat lalu mengapa tetap diwacanakan dan disetujui oleh beberapa pihak? Maka, mewaspadai generasi muda dari racun yang sengaja ditanam sejak dini dengan selimut madu adalah sikap yang bijak bagi kita, orang-orang tua, orang-orang yang ingin pemuda bangsa dan agama ini menjadi baik.



_Nurhudayanti Saleh_ (Jogja, 30 Oktober 2014, di tengah rasa penasaran menanti sms)

====================================================================

0 komentar: