THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 23 November 2014

action: PERTUNJUKAN BERDARAH


“Wah, siapa yang ditahan di dalam? Pastinya dia bukan orang sembarangan!”
Fugu dan kedua kawannya berkumpul di depan pintu sel yang terbuat dari baja kuat. Pintu itu terkunci rapat dengan gemboknya, tak seperti sel-sel lainnya yang masih bisa memungkinkan orang melihat napi di dalamnya. Letak pintu itu berada di ujung jalan.
 “Sepertinya dia diperlakukan begitu istimewa. Perlakuan para sipir padanya juga pasti ‘istimewa’,” timpal Amanita sinis karena ia tahu betul orang yang terpenjara di sana adalah orang yang paling menderita di penjara itu.
“Ini adalah sel yang didiami oleh Toxic Man, penjahat nomor satu di sini,” Coli, ketua mereka mengabari. Kedua anak buahnya terperangah.
“Apakah kita juga harus menghabisinya? Kudengar ia itu kuat sekali!” cemas Amanita.
“Hei, justru di situlah letak tantangannya. Membantai tahanan terkuat di sini merupakan pengalaman berharga bagiku,” timpal Fugu.
Coli kemudian memasukkan kunci gembok yang didapatkannya dari sipir yang dicekcokinya racun dan membuka pintu baja itu secara perlahan.
Ketiganya menunggu apa yang akan mereka lihat setelah pintu terbuka lebar di ruangan sel gelap itu. Seorang pemuda tampak berdiri tegap di tengah-tengah sel seolah sedang menanti kedatangan mereka. Tangannya terantai ketat ke belakang. Di kakinya terdapat bola besi. Wajahnya penuh luka-luka dan darah. Matanya mendelik tajam dan tampak berapi-api.
“Kau yakin dia tak berbahaya?” bisik Amanita pada Fugu.
“Kita lihat saja nanti!” jawab Fugu remeh.
Hanya Coli yang berani mendekati pemuda itu. “Kau El-Xo si Toxic Man, kan? Apakah ini besukan pertamamu?”
El-Xo tetap mendelik. “Katakan apa maksud kedatangan kalian?” lirihnya dingin.
“Bos, sepertinya kita langsung saja pada intinya. Sepertinya bocah ini bukan orang yang suka berbasa-basi,” tutur Fugu.
El-Xo menggerakkan matanya menatap Fugu. “Ho! Kalian pasti suruhan seseorang yang datang untuk menghabisiku, bukan? Aku sudah bisa mencium bau maksud kedatangan kalian. Aku sudah lama menanti kedatangan kalian! Lama sekali memang…”
Fugu langsung bergerak maju hendak menyerang, tapi Coli langsung menghadangnya. “Tahan!”
“Tapi, Bos…,” protes Fugu.
“Kau mau menyerang orang yang dalam keadaan terikat dan luka-luka seperti ini?”
Fugu kemudian tampak malu dan memundurkan langkahnya.
Coli kembali menatap El-Xo. “Aku punya penawaran yang menarik untukmu. Aku berjanji akan melepaskanmu dan membiarkanmu hidup, asalkan kau mau bergabung dan menjadi bagian dari kami. Bagaimana?”
El-Xo tetap mendelik. Dalam hati ia tak bisa mempercayai omongan Coli begitu saja. “Begitu? Apa kau tahu kalau setiap pembunuh bayaran yang mendatangiku selalu menawarkan hal yang serupa denganmu?”
Coli mengernyit.
“Mereka tahu kemampuan mereka tak sebanding denganku, makanya mereka menginginkanku untuk bergabung dengan mereka saja. Kalian ini benar-benar picik!” tutur El-Xo sambil menyunggingkan senyum meremehkan. “Kalian mau tahu apa yang kulakukan pada mereka?!”
Coli dan kawan-kawannya meningkatkan kewaspadaannya.
 “Aku yakin kalian tak ada apa-apanya dibandingkan denganku meskipun aku dalam keadaan seperti ini,” ejek El-Xo percaya diri sepenuhnya. “Kalian maju saja sekaligus! Akan kuhabisi kalian seperti yang sebelumnya.”
“Oke! Kau sudah menyia-nyiakan kebaikanku dan membuatku tak punya pilihan lain!” raung Coli kemudian mengerahkan kedua anak buahnya untuk menyerang El-Xo berbarengan. “Sayang sekali memang jika harus menggerek pemuda berbakat seperti kau. Padahal kau benda paling berharga di sini tapi terimalah besukan pertama dan terakhirmu ini!”
Fugu dan Amanita mencoba menyerang dari sisi yang berbeda. El-Xo masih berdiri tenang, tapi segera mengayunkan kakinya ke arah Fugu, di mana bola besi di kakinya juga akan ikut terayun ke arahnya. Melihat bahaya itu, Fugu bergegas menghindarinya dengan salto ke belakang dengan lincahnya. El-Xo belum melupakan Amanita yang sedang melancarkan serangan ke sisi lainnya pula menggunakan pedang. Kali ini El-Xo langsung membalikkan tubuhnya membelakangi hingga secara tak sengaja pedang yang amat tajam itu malah menebas rantai di tangannya yang terikat ke belakang dengan perhitungan yang sempurna.
“Wow! Aku yakin kemampuanmu tak bisa diremehkan, tapi terima kasih karena sudah membebaskanku, Cantik!” komentar El-Xo sambil dengan cepatnya mengayunkan tangannya. Ujung-ujung sisa rantai di tangannya kemudian membelit tangan Amanita yang hendak menebasnya sekali lagi. El-Xo menghentakkan tangannya yang terikat hingga Amanita tersungkur. El-Xo tersenyum bengis.
Fugu dan Coli maju berbarengan melancarkan serangan. El-Xo menghindarinya dengan mundur ke belakang. Coli membungkukkan badannya hingga Amanita melompati punggungnya. El-Xo tak sempat melihat serangan gadis itu ke arahnya karena serangan dan gerakannya tak terduga sebelumnya. Gadis itu bersalto untuk menghinggapi bahunya.
El-Xo mengayunkan bola besi di kakinya lagi berulang kali tanpa ampun untuk mengusir mereka. Meskipun tenaganya terkuras, El-Xo masih kuat mengangkat kakinya yang diberi pemberat itu dengan lincah. Bola besi itu menghantam dan meremukkan tembok yang dikenainya. Coli dan kawan-kawannya merasa dalam bahaya, lawannya begitu tangguh sehingga mereka kewalahan menghindar! Salah-salah bisa senasib dengan tembok itu.
Mereka terhenti sejenak sambil membetulkan kuda-kuda masing-masing. Nafas El-Xo tak beraturan sambil tetap menatap mereka dengan kewaspadaan penuh. Matanya bergerak-gerak mengamati mereka bertiga satu per satu yang mulai mengelilinginya.
Fugu mengarahkan tendangan ke kepalanya secara spontan. El-Xo menghindarinya spontan juga dengan posisi kayang dan lanjut kakinya menjerat serta memelintir kaki Fugu. Fugu mengerang kesakitan.
Amanita datang meramaikan, tapi ia langsung kena jerat rantai di lehernya karena El-Xo dengan secepat kilat berada di belakang gadis itu dan menjerat lehernya. Setelah keduanya ditumbangkan dengan mudahnya, Coli tak tinggal diam. Dia melancarkan pukulan-pukulan yang mampu dielakkan El-Xo, meskipun pada akhirnya dia terpojok mundur ke belakang.
Krak! Tendangan ampuh Coli membengkokkan terali besi jendela di belakang El-Xo jika saja pemuda itu tak mengelaknya. El-Xo pun menyadari kekuatan lawannya yang tak sepele. Dia mulai lebih serius lagi. El-Xo memberanikan diri untuk berlari ke arahnya hingga suara bola besinya yang berdecitan dengan lantai menghasilkan percikan api. El-Xo melompat dan mengayunkan bola besinya lagi ke dagu Coli. Tapi Coli malah menangkap rantai di pangkal bola besinya kemudian mengayunkannya hingga El-Xo terhempas ke pojok.
El-Xo bangkit dan tak menyerah. Tapi ia menyadari sesuatu begitu kakinya terasa begitu ringan. “Gawat!”
“Kenapa? Jadi tak percaya diri tanpa ini?” Coli memperlihatkan bola besi El-Xo yang berada di tangannya. Coli tersenyum menang. Rupanya Coli sudah mencopot rantai bola besi di kakinya. Sebenarnya gerakan El-Xo jadi lebih bebas, tapi itu artinya ia kehilangan senjatanya pula.
El-Xo yang kepanikan mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan sisa-sisa rantai di kedua tangannya. Tak lama rantai-rantai itu pun bergemerincing jatuh dari tangannya. El-Xo mengambil bagian rantai yang masih bisa dipakai sebagai cambuk.
Coli mengayun-ayunkan bola besi ke atas seperti baling-baling. El-Xo berusaha menjerat tangan Coli yang memegang bola besi, tapi ujung rantai yang dilontarkan malah berhasil ditangkapnya. Coli menghentakkan ujung rantai itu hingga El-Xo otomatis mendekat. Tak tanggung-tanggung ia memanfaatkan kesempatan itu dengan mengayunkan bola besi ke tubuhnya.
El-Xo membungkukkan badan membiarkan bola besi itu melewati atas punggungnya. Akhirnya El-Xo melepaskan rantainya dan mencoba mengayunkan tendangan dengan satu tangan yang bertumpu di lantai ke arah dagu Coli. Tapi ia tak memperhatikan kalau bola besi Coli mendarat ke rusuk kanannya.
Sontak El-Xo tumbang menyamping. El-Xo berusaha bangkit dari pembaringannya sambil memegang perut sisi kanannya. Ia meringis kesakitan. Akhirnya El-Xo hanya bisa berbaring lemah di lantai dengan nafas mati-matian. Coli tersenyum puas melihat lawan tangguhnya tergeletak tak berdaya.
“Beberapa tulang rusukmu pasti patah,” komentar Coli bangga.
El-Xo berusaha bangkit lagi, tapi sakit di tulang rusuknya kembali menjatuhkannya. Mulutnya mengeluarkan darah. Coli mendekatinya dan membungkuk mendekatkan mukanya pada El-Xo.
“Apa kau masih mau keras kepala juga? Kalau kau masih mau melawan, kau akan segera habis di tanganku. Tapi lain kalau kau mau menerima tawaran kami untuk bergabung. Bagaimana?”
El-Xo menggigit bawah bibirnya sambil berusaha meredam sakitnya.
“Lukamu pasti begitu menyakitkan. Aku bisa memulihkan patah tulangmu itu asalkan kau mau membuat keputusan untuk bergabung denganku,” Coli kembali menawari. “Kau pasti masih ingin hidup untuk membalaskan dendammu pada orang yang sudah memenjarakanmu di sini, kan?”
“Kenapa kau malah tak mencegahku untuk membalaskan dendam pada klienmu?”
Coli tercenung. “Ketahuan! Karena kupikir akan lebih seru jika kau dibiarkan untuk terus hidup. Kau orang yang menarik dan istimewa. Kan sayang kalau tak digunakan lebih lama.”
El-Xo jadi merasa tertantang dan tersenyum menyeringai. “Oke! Aku setuju. Tanpa campur tangan darimu pun kau akan bisa menikmati sebuah pertunjukan berdarah…”  

0 komentar: