THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 04 September 2020

REFF - 6

 


“Percuma saja! Takkan ada yang mendengarkanmu! Jadi berhentilah berteriak seperti itu!” pekik Pak Haya yang sudah ada di hadapannya itu.

Kid terpojok dan tak bisa melarikan diri ke mana-mana lagi. Keringat dingin membanjirinya. Ia begitu ketakutan. “Tidak! Tidak! Ayah sudah gila! Ayah sudah gilaaaa!!”

Pak Haya langsung berlari menyerangnya, menandakan keseriusannya itu. Kid yang sudah tak berdaya, memejamkan matanya rapat-rapat. Spontan ia jatuh bersimpuh kemudian meringkuk dengan kedua tangan di kepala. Dia sudah terlalu takut untuk berlari lagi dan tak tahu harus berbuat apa, meski hanya untuk membuka mata.

Prang! Tiba-tiba saja terdengar suara kaca pecah.

Mendengar itu, Kid langsung membuka matanya. Diliriknya di depannya dengan takut-takut. Yang terdengar hanyalah deru napasnya yang memburu. Ia mengernyit begitu melihat tak ada seorang pun di hadapannya kini. Yang membuatnya semakin heran lagi adalah ia sama sekali tak merasakan tusukan pisau ayahnya lagi.

“Jangan-jangan aku sudah mati ditusuk,” pikirnya sambil melihat kedua tangannya dan memandangi sekujur tubuhnya. Tapi ia langsung menyadari bahwa dirinya baik-baik saja tanpa luka yang fatal.

“Mustahil!” Ia memekik tertahan. “Aku masih hidup!” sambil berkata seperti itu, ia langsung bangkit berdiri. “Di mana Ayah?! Mustahil! Jelas-jelas aku bisa merasakan tadi ia mendekatiku.” Ia lalu celingukan mencari-cari, namun tak menemukan sosok beringas itu lagi. “Jangan-jangan…” Ia lalu menyadari sesuatu karena ayahnya menghilang secara ajaib. Lalu dengan hati-hati, ia pun mengintipi bawah jendela untuk meyakinkan apa yang dicemaskannya barusan. “Suara pecahan kaca itu…”

Wajahnya menjadi pucat pasi begitu melihat apa yang dilihatnya di bawah sana. Ia ternganga begitu melihat sang ayah tergeletak bersimbah darah di parkiran. Ayahnya tampak tak bergerak dan tampak banyak orang yang mengelilingi jenazahnya. Rupanya ia tersandung sesuatu hingga terjatuh dari jendela. Itulah mengapa Kid bisa selamat.

Air mata Kid menetes-netes sedih. Ia membekap mulutnya menahan sedihnya. Meskipun ayahnya selalu kejam padanya dan hampir saja membunuhnya tadi, tapi ia sama sekali tak ingin ayahnya mati setragis itu. Ia juga selalu mencintai ayahnya itu dan melayaninya setulus hati meskipun pria itu selalu mengasarinya.

“Lihat! Ada orang di atas sana!” pekik salah seorang dari bawah yang mendongakinya sambil menunjukinya.

“Pemuda itu pasti pembunuhnya!”

“Ayo cepat tangkap dia!”

Kid sadar saat ini bukanlah momen yang tepat untuk menangisi kematian ayahnya. Ia langsung saja menghindar dari pandangan mereka karena dikira sebagai pelakunya.

“Hey! Jangan lari kamu!”

“Cepat kita naik dan kejar dia!”

Kid melanjutkan perjuangannya. Ia kembali berlari meskipun napasnya sudah tercekat di kerongkongan!

***

Kid berjongkok lesu di pojok sel-nya. Matanya terpaku pada lantai yang didudukinya. Dalam keadaan yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya, ia dimasukkan dalam penjara di kantor polisi terdekat setelah massa menangkapnya ramai-ramai.

Kid tertangkap karena kepalanya menjadi berat setelah pendarahan yang dialaminya di lengannya. Ia melupakan lukanya itu karena ketakutan. Untunglah lukanya itu sudah diobati.

Kid memasrahkan diri akan apa yang ditanggungnya nanti, yang jelasnya dia tahu betul bahwa dirinya tidak bersalah hingga bisa mengakibatkan kematian ayahnya seperti itu. Ayahnya sendiri yang memutuskan untuk mati konyol! Dia baru saja memutuskan untuk beristirahat ketika ada seseorang yang ingin menjenguknya.

Tampak seorang gadis yang tak dikenalinya di depan pintu sel-nya. Wajah gadis itu dingin tapi cantik. Ia juga mengenakan seragam SMA, tapi sepertinya ia duduk di tingkat akhir karena ia melihat buku-buku UAN di dekapan gadis itu. “Kau yang bernama Kid, bukan?”

Kid membisu, belum beranjak sedikit pun untuk mendekati gadis asing itu karena masih kebingungan.

“Namaku Sara Jack! Aku sudah beberapa hari ini mengintaimu dan … wanita itu.”

Mendengar itu, Kid berdiri secara perlahan, tapi belum mendekati gadis itu. “Kau mengenali Nyonya Sonia?”

“Lebih daripada itu. Aku ini adalah anak tirinya,” jawab Sara kaku.

Kid terperangah kemudian mendekati Sara karena penasaran. “Lantas kenapa kau datang ke sini?” tanyanya begitu tiba di hadapannya.

“Aku hanya ingin memastikannya saja.”

“Memastikan apa?”

“Ternyata benar! Kau anak kandung wanita itu, bukan?” Ia lalu memegang pipi Kid. “Pasti tidak salah lagi. Ternyata benar. Pantas kau mirip sekali dengan adikku.”

“Da-darimana kamu tahu?” gagap Kid, membiarkan tangan gadis itu menyentuh lekuk-lekuk wajahnya.

“Aku mendengar semuanya di TKP.”

“Apa?” tanya Kid serius.

Sara mengangguk. “Iya! Benar. Aku mengikutimu sampai ke flat-mu dan menguping semua pembicaraan karena penasaran. Akhirnya pengintaianku tidak sia-sia. Aku juga melihat apa yang terjadi, termasuk kecelakaan yang menimpa ayahmu.”

“Jadi kau—” Kid semakin tegang.

“Aku yakin kau ingin mendengarkan ini. Iya! Aku bisa menjadi saksi mata terpercaya untuk membuktikan bahwa kau tidak bersalah. Bagaimana?”

“Jadi kau bisa menolongku untuk keluar dari sini?”

“Kenapa tidak? Tapi dengan satu syarat,” ia menambahkan.

Kid tertegun dan menelan ludah. Mau tak mau, ia harus mendengarkan syarat itu.

***

hay, readers, THIRTEEN mau nawarin novel roman di aplikasi NOVELME berjudul CAFFE LATTE FULL ROMANCE. donlod dulu aplikasinya kalo belum punya, berkisah tentang seorang cowok broken home yang terpaksa mengais rejeki demi kuliahnya dengan memanfaatkan para pacarnya yang kaya karena kedua orangtuanya tak ada lagi yang mau menanggungnya. sedih bukan? :=(D
 

0 komentar: