THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 17 Oktober 2021

MISS NORMAL - 7 (Masa Lalu 2018 : HALUSINASI)

 

Nah lanjut jalan nih, nyenengin deh karena tuh nih mol kayak rumahnya deh tahu segala seluk beluknya segala tanpa nyasar. Memang fun bangetlah. Karena mol dekat rumahnya dan ia selalu ke mol ini kalau suntuk di rumah. Nih memang kayak rumah keduanya.

Aku memang suka jalan bertualang ke mol yang luas ini, ampe ke mol sebelah tuh. Bahkan tuh niatnya pengen ajakin dia ke hotel si sebelah mol ini atau ke kampus aja. Nikmati perjalanan ini, gak takut nyasar karena ada dia. Eh nih kan isi waktu tuh sambil ngobrol, aku sampai merasa (secara spontan) mungkin anak ini bisa diajak curhat soal dunia gaib, parapsikologi, dunia spiritual dan metafisika gitu. Dan curhatlah aku tentang lucid dream di mana tuh sadar kalau ini mimpi dan seolah nyata. Di mana tuh mimpi tapi terasa nyata banget! Aku ceritalah aku mimpi jalan ke kampus dan merasakan dinginnya tegelnya, terasa begitu nyataaaaa banget…

Eh dia malah nyeletuk, “Ih kamu gak halusinasi gitu?”

Gubrak! Ternyata aku salah orang dengan curhat hal metafisika padanya. Aku dianggapnya halusinasi, kan bagiku tuh ga sopan. Mungkin aja dia bercanda, tapi aku ga enak dengar responnya. Dia langsung respon getu. Mungkin aku salah karena curhat dengan orang awam macam dia. Kalau temanku tuh curhat beginian, aku percaya dan yakini karena dunia gaib memang ada seperti santet dll (contohnya Ulfa). Tapi anak ini gak mengerti itu. Gak seru ah!

Nah aku akan tunjukkan respon yang sopan untuk metafisika itu. Metafisika dan parapsikologi memang ada! Dan ada dalam agamaku islam. Kalau responmu begitu, sebaiknya dihindarilah. Respon yang baik tak begitu. Bagaimana aku selalu meresponnya coba? Sopan kan? Coba deh belajar dan perbaiki mind set kalau orang mengalami hal metafisika itu tak selamanya halusinasi dan aku yakin itu bukan halusinasi, jamin bahkan. Kembangkan dosis pengetahuanmu mana halusinasi dan mana yang pengalaman spiritual betulan? Kalau kamu pukul rata semua pengalaman spiritual itu adalah halusinasi, bagaimana dengan para Nabi yang mengalami hal tersebut seperti isra miraj? Mau dikatain halusinasi juga? Kan gak sopan karena halusinasi itu seolah identic dengan gila. So kalau ada teman curhat mengenai pengalaman gaib dan semacamnya, jangan kamu langsung judge halu. Itu bisa jadi yang dirasakannya, tapi karena kamu tak pernah rasakan makanya malah mencelanya dengan menyebutnya halu dan semacamnya. Misalnya sama teman-teman dekatku, aku curhat hal macam gini, mereka respon dengan agamis dan religious karena hal tersebut memang ada. Beda banget ama anak ini, langsung aku dijudge halu. Coba? Padahal kalau dia asik curhat, aku respon dengan santun dan memuaskan. Eh dia? Yah mungkin ini yang dia bilang blak blakan. Aku ga bisa lagi curhat soal beginian ama dia, karena dia seolah terlalu “logika” untuk hal semacam ini. Terlalu awam untuk mendalami dunia spiritual, metafisika dan parapsikologi. Hanya karena gak pernah alami, dia langsung merasa mua itu halu!

Mungkin aku terlalu tinggi bandingkan dengan para Nabi. Tapi percayalah, hal tersebut memang ada meski tak tampak nyata, manusia biasa juga banyak yang alami meski kalian banyak yang meremehkan dan tak percaya. Kalow alamin sendiri pasti percaya dan aku percaya karena pengalaman tersebut. Dan sangat tak sopanlah disebut halu. Aku bukan indigo, tapi aku percaya anak indigo mengalami hal tersebut.

So setelah kamu tahu misalnya ini orang bukan orang yang tepat mendengar curhatmu mengenai tema tertentu dengan respon yang tak kamu ekspektasikan, yah udah gampang ajah, jangan curhat soal itu lagi padanya. Cari orang yang tepat dengan latar belakang yang sesuai tema agar kamu bisa dapat feed back yang muasin. Misalnya tuk masalah ini, mungkin kamu ada kenalan anak indigo, yah gak ada salahnya curhat ke dia, siapa tahu saja dapat ilmu baru tapi harus sesuai dengan ideologis agamamu, jangan sampai jatuh syirik.

Mungkin dia khilaflah dan masih asing soal beginian, langsung saja aku mengingat teman temanku yang bereaksi positif mendengar curhatku soal ini. Ujung ujungnya dia malah ngaku takut dengar soal begituan, makanya mungkin karena itulah reaksinya langsung begitu tuk nenangin dirinya.

Padahal aku lagi pengen curhat ini, eh ternyata bukan sasarannya. Dah kecewa deh banyak curhatanku temanya gak cocok ama dia, gak ada feed back yang kuharapkan seolah curhat ama kucingku yang bingung mau feed back apa. Kecewa? Jelas, aku berharap dia bisa feed back curhatanku dengan beragam tema ini, tapi hasilnya ga sesuai ekspektasi. Tapi gak bisa dipaksain kan karena bukan bidang yang dia kuasai? So mending pendam sendirilah kedua tema curhatanku ini karena dia bukan pendengar yang tepat untuk hal seberat itu.

So pelajaran kali ini adalah kalau kamu mendengar curhatan temanmu mengenai hal yang asing bagimu, tak ada salahnya kamu coba tanyakan apa yang dimaksud misalnya dia curhat tentang lucid dream, ya Tanya seperti apa itu pengertiannya agar wawasanmu bertambah dan akhirnya boleh jadi kamu bisa memberi feed back yang muasin dia. Jangan kamu sepelehin dan lecehkan, mentang mentang kamu gak pernah alami pengalaman spiritual dan mutusin gak memercayainya. Itu keliru! Karena temanmu pasti kesal dijudge halu padahal hal tersebut memang ada meski tak nyata karena beda dimensi. Sekali lagi, jangan langsung judge temanmu gila jika dia ngaku ngalamin hal mistis dan semacamnya. Karena kalau kamu yang alami, pasti minta dipercaya kan dan gak mau dicap halu padahal kamu yakin banget itu benaran kamu alami?

Mereka itu ada! Sekali lagi, hormatilah temanmu yang curhat padamu karena kamu juga dihormati kala curhat. Kalau pun kamu tak paham isi curhatannya itu, bilang saja misalnya, “Hm, maaf. Aku tak begitu paham soal begituan. Maksudnya gimana sih? Eh ada temanku yang paham tentang hal itu. Dll.”

Kalow begitu, kamu tetap akan jadi pendengar yang baik meski kamu belum paham tema baru curhatan temanmu itu…

0 komentar: