THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 03 Februari 2015

5 Alasan Mengapa Kamu Seharusnya Tidak Usah Menjadi Penulis Buku!

Jadi, kamu ingin menjadi penulis buku? Hanya lantaran teman-temanmu menerbitkan buku, kamu pun ingin ikut-ikutan menerbitkan bukumu sendiri? Serius? Bukankah banyak hal yang bisa kamu lakukan selain menjadi penulis? Menjadi pegawai negeri, pengusaha kelontong, pegawai kasir di supermarket waralaba, petani kakao, penceramah di tempat-tempat ibadah, penjual buku bekas, atau menjadi artis sinetron, mungkin? Kamu tidak mau? Kamu tetap ngotot ingin menjadi penulis? Baiklah. Berikut Spoila hadirkan 5 alasan mengapa kamu seharusnya tidak usah menjadi seorang penulis buku. Semoga kamu cepat sadar sebelum segalanya terlambat.

1. Menulis Buku Itu Sulit
Alasan ini harus kamu camkan baik-baik. Kamu jangan percaya begitu saja apa yang telah dikatakan Arswendo Atmowiloto, bahwa mengarang itu gampang. Tidakkah kamu tahu bahwa Ernest Hemingway harus menulis ulang di bagian akhir Farewell to Arms sebanyak 39 kali? Kenapa dia melakukan hal itu? Karena, dia ingin mendapatan kata yang tepat! Ya, kata yang tepat. Asal kamu tahu, menemukan kata yang tepat itu seperti menangkap 100 lalat dalam sekali tangkap! Susahnya minta ampun! Persiapan untuk menjadi penulis itu tidak sehari-dua hari. Butuh waktu yang lama untuk membuat dirimu benar-benar siap untuk menjadi seorang penulis, dan sepertinya kamu tidak akan siap untuk hal itu.

2. Menulis Buku untuk Penerbit Mayor Itu Enggak Gampang
Oh, ternyata kamu masih ngotot ingin tetap menjadi penulis buku meskipun itu sulit. Kamu pun mulai berlatih menulis, ikut lokakarya penulis yang pembicaranya adalah penulis ternama, dan sedikit demi sedikit kamu mulai bisa menulis. Oke. Sekarang, anggap saja kamu sudah berhasil melewati kesulitan itu. Kamu juga sudah berhasil menulis beratus-ratus halaman, dengan kualitas tulisan yang kamu anggap sudah oke. Sekarang masalah terbesarnya adalah mencari penerbit buku yang ingin menerima naskah perdanamu itu. Ini adalah masalah baru lagi. Mencari penerbit itu sama sulitnya dengan menulis buku. Berhasil melewati kesulitan yang satu, bertemu dengan kesulitan yang lain. Apalagi jika penerbit yang kamu incar adalah penerbit besar seperti grup Gramedia dan grup Mizan. Kamu tentu enggak ingin naskah masterpiece-mu itu diterbitkan oleh penerbit kecil yang payah dalam hal distribusi, kan? Namun, penerbit besar itu terkadang nyebelin. Mereka enggak mau gambling dan menerima naskah begitu saja. Kecuali kamu adalah seorang penulis yang sudah punya nama atau naskahmu memang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan tren di pasar, itu mungkin akan lebih mudah. Namun, ingatlah, sekarang kamu adalah penulis pemula, kamu bukan siapa-siapa di belantara dunia tulis-menulis Indonesia. Naskah ditolak penerbit besar itu sakitnya tuh di sini. *Terserah mau nunjuk ke mana.

3. Menulis Buku Itu Susah Mendapatkan Uang
Oke. Sekarang, anggap saja naskahmu ternyata diterima oleh salah satu penerbit besar di negeri ini. Bukumu pun sudah mejeng di rak toko buku. Wow. Luar biasa. Amazing. Super! Nah, masalah selanjutnya adalah ternyata mendapatkan uang dari menulis buku susahnya amit-amit. Mungkin kamu akan protes dan bilang bahwa Andrea Hirata, Raditya Dika, dan Kang Abik bisa kaya raya hanya karena menulis. Baiklah. Kamu benar. Mereka memang kaya dari menulis, tapi selain mereka siapa lagi? Enggak ada lagi? Bukankah jumlah penulis di negeri ini banyak sekali? Mengapa cuma 3 orang itu saja yang kaya dari menulis? Sisanya yang jumlahnya tak terkira itu ke mana? Itu artinya apa? Itu artinya mencari uang dari menulis itu susah. Mendengar kesuksesan orang memang baik, agar kamu terpacu dalam hidup. Tapi, sesekali bangunlah dari mimpi panjangmu. Ingatlah, jumlah orang yang tidak sukses (dalam hal materi) itu lebih banyak dari mereka yang sukses! Jika kamu ingin mendapatkan uang dari menulis, lebih baik pikir-pikir lagi, deh. Kalau tidak percaya, silakan tanya Aveus Har, lebih besar mana penghasilan berjualan mie ayam dengan penghasilan dari royalti buku-bukunya? Nanti kamu akan tahu bahwa penghasilan dari menjual mie ayam itu lebih menjanjikan ketimbang menulis.

4. Menulis Buku Itu Ketinggalan Zaman
Oh iya, satu lagi. Kamu ingin menerbitkan buku ketika orang-orang sudah terbiasa membaca tulisan di layar ponsel pintar mereka. Bukumu harus bersaing dengan status di Facebook, kicauan di Twitter, dan foto-foto indah di Instagram! Kamu lahir di zaman ketika orang-orang sudah menganggap bahwa membaca buku adalah perbuatan yang membuang-buang waktu. Belum lagi ditambah dengan adanya blog, kompasiana, dan forum-forum di internet seperti Kaskus. Sungguh, bukumu itu hanyalah sesuatu yang betul-betul ketinggalan zaman.

5. Menulis Buku Itu … Ah … Kenapa Kamu Begitu Keras Kepala?
Kami sudah tidak tahu mesti menulis apa lagi supaya kamu tidak usah menjadi penulis. Kami sudah memberitahumu bahwa menulis itu sulit, tapi ternyata kamu tetap mencobanya dan mulai berlatih menulis. Kami sudah memberitahumu bahwa mengirim naskah ke penerbit besar itu enggak gampang, tapi ternyata kamu tetap gigih mengirim naskahmu ke penerbit besar. Kami sudah memberitahumu bahwa mencari uang lewat buku itu susah, tapi ternyata kamu enggak peduli dan kamu tetap ingin menerbitkan buku-bukumu. Kami sudah bilang bahwa menulis buku ketinggalan zaman, tapi ternyata kamu tetap teguh dengan pendirianmu. Baiklah. Kami menyerah. Kamu memang keras kepala. Asal kamu tahu, salah satu syarat untuk menjadi penulis itu adalah kamu harus keras kepala. Dan, ternyata kamu telah melakukannya dengan cukup baik. Kamu ternyata memang cocok untuk menjadi seorang penulis. Wellcome to the club, Bro! Mari bersulang!


=======================================================================




JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan (di, ke),

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah “mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing naskah kami?

Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas 100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah “hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu padamu”.

Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri, mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!

 

Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya seperti:
-         novel Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-         novel Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-         Dll…

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

-         Facebook (DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya masuk ke spam.)
-         WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor asing, aku gak angkat.)
:=(D

0 komentar: