Jadi, kamu ingin menjadi penulis buku? Hanya lantaran teman-temanmu
menerbitkan buku, kamu pun ingin ikut-ikutan menerbitkan bukumu sendiri?
Serius? Bukankah banyak hal yang bisa kamu lakukan selain menjadi
penulis? Menjadi pegawai negeri, pengusaha kelontong, pegawai kasir di
supermarket waralaba, petani kakao, penceramah di tempat-tempat ibadah,
penjual buku bekas, atau menjadi artis sinetron, mungkin? Kamu tidak
mau? Kamu tetap ngotot ingin menjadi penulis? Baiklah. Berikut Spoila
hadirkan 5 alasan mengapa kamu seharusnya tidak usah menjadi seorang
penulis buku. Semoga kamu cepat sadar sebelum segalanya terlambat.
1. Menulis Buku Itu Sulit
Alasan ini harus kamu camkan baik-baik. Kamu jangan percaya begitu
saja apa yang telah dikatakan Arswendo Atmowiloto, bahwa mengarang itu
gampang. Tidakkah kamu tahu bahwa Ernest Hemingway harus menulis ulang
di bagian akhir Farewell to Arms sebanyak 39 kali? Kenapa dia
melakukan hal itu? Karena, dia ingin mendapatan kata yang tepat! Ya,
kata yang tepat. Asal kamu tahu, menemukan kata yang tepat itu seperti
menangkap 100 lalat dalam sekali tangkap! Susahnya minta ampun!
Persiapan untuk menjadi penulis itu tidak sehari-dua hari. Butuh waktu
yang lama untuk membuat dirimu benar-benar siap untuk menjadi seorang
penulis, dan sepertinya kamu tidak akan siap untuk hal itu.
2. Menulis Buku untuk Penerbit Mayor Itu Enggak Gampang
Oh, ternyata kamu masih ngotot ingin tetap menjadi penulis buku
meskipun itu sulit. Kamu pun mulai berlatih menulis, ikut lokakarya
penulis yang pembicaranya adalah penulis ternama, dan sedikit demi
sedikit kamu mulai bisa menulis. Oke. Sekarang, anggap saja kamu sudah
berhasil melewati kesulitan itu. Kamu juga sudah berhasil menulis
beratus-ratus halaman, dengan kualitas tulisan yang kamu anggap sudah
oke. Sekarang masalah terbesarnya adalah mencari penerbit buku yang
ingin menerima naskah perdanamu itu. Ini adalah masalah baru lagi.
Mencari penerbit itu sama sulitnya dengan menulis buku. Berhasil
melewati kesulitan yang satu, bertemu dengan kesulitan yang lain.
Apalagi jika penerbit yang kamu incar adalah penerbit besar seperti grup
Gramedia dan grup Mizan. Kamu tentu enggak ingin naskah masterpiece-mu
itu diterbitkan oleh penerbit kecil yang payah dalam hal distribusi,
kan? Namun, penerbit besar itu terkadang nyebelin. Mereka enggak mau gambling dan
menerima naskah begitu saja. Kecuali kamu adalah seorang penulis yang
sudah punya nama atau naskahmu memang berkualitas dan sesuai dengan
kebutuhan tren di pasar, itu mungkin akan lebih mudah. Namun, ingatlah,
sekarang kamu adalah penulis pemula, kamu bukan siapa-siapa di belantara
dunia tulis-menulis Indonesia. Naskah ditolak penerbit besar itu
sakitnya tuh di sini. *Terserah mau nunjuk ke mana.
3. Menulis Buku Itu Susah Mendapatkan Uang
Oke. Sekarang, anggap saja naskahmu ternyata diterima oleh salah satu
penerbit besar di negeri ini. Bukumu pun sudah mejeng di rak toko buku.
Wow. Luar biasa. Amazing. Super! Nah, masalah selanjutnya
adalah ternyata mendapatkan uang dari menulis buku susahnya amit-amit.
Mungkin kamu akan protes dan bilang bahwa Andrea Hirata, Raditya Dika,
dan Kang Abik bisa kaya raya hanya karena menulis. Baiklah. Kamu benar.
Mereka memang kaya dari menulis, tapi selain mereka siapa lagi? Enggak
ada lagi? Bukankah jumlah penulis di negeri ini banyak sekali? Mengapa
cuma 3 orang itu saja yang kaya dari menulis? Sisanya yang jumlahnya tak
terkira itu ke mana? Itu artinya apa? Itu artinya mencari uang dari
menulis itu susah. Mendengar kesuksesan orang memang baik, agar kamu
terpacu dalam hidup. Tapi, sesekali bangunlah dari mimpi panjangmu.
Ingatlah, jumlah orang yang tidak sukses (dalam hal materi) itu lebih
banyak dari mereka yang sukses! Jika kamu ingin mendapatkan uang dari
menulis, lebih baik pikir-pikir lagi, deh. Kalau tidak percaya, silakan
tanya Aveus Har, lebih besar mana penghasilan berjualan mie ayam dengan
penghasilan dari royalti buku-bukunya? Nanti kamu akan tahu bahwa
penghasilan dari menjual mie ayam itu lebih menjanjikan ketimbang
menulis.
4. Menulis Buku Itu Ketinggalan Zaman
Oh iya, satu lagi. Kamu ingin menerbitkan buku ketika orang-orang
sudah terbiasa membaca tulisan di layar ponsel pintar mereka. Bukumu
harus bersaing dengan status di Facebook, kicauan di Twitter, dan
foto-foto indah di Instagram! Kamu lahir di zaman ketika orang-orang
sudah menganggap bahwa membaca buku adalah perbuatan yang membuang-buang
waktu. Belum lagi ditambah dengan adanya blog, kompasiana, dan
forum-forum di internet seperti Kaskus. Sungguh, bukumu itu hanyalah
sesuatu yang betul-betul ketinggalan zaman.
5. Menulis Buku Itu … Ah … Kenapa Kamu Begitu Keras Kepala?
Kami sudah tidak tahu mesti menulis apa lagi supaya kamu tidak usah
menjadi penulis. Kami sudah memberitahumu bahwa menulis itu sulit, tapi
ternyata kamu tetap mencobanya dan mulai berlatih menulis. Kami sudah
memberitahumu bahwa mengirim naskah ke penerbit besar itu enggak
gampang, tapi ternyata kamu tetap gigih mengirim naskahmu ke penerbit
besar. Kami sudah memberitahumu bahwa mencari uang lewat buku itu susah,
tapi ternyata kamu enggak peduli dan kamu tetap ingin menerbitkan
buku-bukumu. Kami sudah bilang bahwa menulis buku ketinggalan zaman,
tapi ternyata kamu tetap teguh dengan pendirianmu. Baiklah. Kami
menyerah. Kamu memang keras kepala. Asal kamu tahu, salah satu syarat
untuk menjadi penulis itu adalah kamu harus keras kepala. Dan, ternyata
kamu telah melakukannya dengan cukup baik. Kamu ternyata memang cocok
untuk menjadi seorang penulis. Wellcome to the club, Bro! Mari bersulang!
=======================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan
menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan (di, ke),
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung
mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin
penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah
“mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah
memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa
kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing
naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5,
margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa
mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa
belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas
100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego
aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga
membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah
“hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu
padamu”.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya
kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya
adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang
bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file
hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul
kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk
naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit
tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu
sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit
indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai
apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri,
mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus
mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena
kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan
tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!
Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya
seperti:
-
novel
Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-
novel
Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-
Dll…
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan
yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:
-
Facebook
(DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya
masuk ke spam.)
-
WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor
asing, aku gak angkat.)
:=(D
0 komentar:
Posting Komentar