THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 03 Februari 2015

Mau Mengkritik Karya dengan Cerdas? Begini Caranya!

Sebagai seorang penulis—apalagi penulis pemula seperti saya—kadang kalau menerima kritik itu memang menjengkelkan. Bagaimana tidak? Kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat awal tulisan yang mantap, memikirkan ending yang aduhai, mencari metafora-metafora yang tidak kuno, memikirkan frasa-frasa yang menurut kita bertenaga, dan lain sebagainya. Tapi, ketika tulisan itu kita sebar ke orang lain, kok ya malah dikritik? Menyedihkan sekali, bukan? Padahal sebelumnya kita sudah yakin sekali bahwa tulisan kita ini adalah tulisan yang paling bagus senusantara. Kuntowijoyo sama Danarto mah lewat, begitulah kita berkata sehabis membaca tulisan yang baru selesai kita buat. Tapi, apa boleh buat, meskipun menjengkelkan, setidaknya kita juga harus tahu diri. Bahwa siapa tahu saja tulisan kita memang buruk, dan kitanya saja yang terlalu narsis. Bukankah konsekuensi seorang penulis itu adalah harus siap menerima kritikan? Kalau tulisan kita tidak mau dikritik, ya, sepertinya kita tidak usah menulis saja. Simpel, toh?
Dalam hidup ini kita memang tidak akan pernah bisa melepas diri dari yang namanya kritikan. Setiap orang dari berbagai macam profesi—petinju, pelukis, penari, supir taksi, karyawan kantoran, tukang bakmi ayam, dan lain sebagainya—pasti pernah dikritik. Begitu pula dengan penulis. Soenjoy aja, begitu kata iklan rokok yang sering kita lihat di televisi. Meskipun kita jengkelnya bukan main, sebaiknya kita berfikir positif saja, bahwa kritik itu adalah demi meningkatkan kemampuan menulis kita juga.
Nah, karena kita tahu bahwa dikritik itu tidak menyenangkan, maka sebaiknya ketika ingin mengkritik tulisan seseorang, kita juga harus memiliki siasat agar kritikan kita tidaklah terlalu pahit didengar. Meskipun ada perkataan “katakanlah kebenaran meskipun pahit”, tetapi untuk seorang penulis pemula (seperti saya, contohnya), kritikan yang pahit tentu saja bisa menghancurkan mental—dan bahkan bukan tidak mungkin penulis pemula tersebut akan berhenti menulis sebab dia memiliki pemikiran semacam ini: “Ah, gue emang nggak bakat nulis! Gue emang nggak bakat! Argh!” Nah lho! Makanya, kita juga harus hati-hati dalam memberikan kritik. Maksud hati ingin menolong, malah menghancurkan mental seseorang. Tentu kita nggak ingin semua itu terjadi.
Itu sebabnya, sebagai penulis, sepertinya kita juga wajib tahu tentang bagaimana cara memberikan kritik yang baik dan benar terhadap sebuah tulisan. Agar kritikan kita dapat membangun dan bukan malah mengancurkan mental seseorang.

Tujuan Mengkritik

Pertama mungkin kita harus tahu dulu apa tujuan kita mengkritik. Apakah kita mengkritik karena ingin memberikan manfaat kepada orang lain? Atau ingin mengajak berkelahi? Kalau ingin mengajak berkelahi, maaf, sebaiknya tidak usah membaca tulisan ini. Sebab, di tulisan ini saya hanya akan memaparkan tentang bagaimana caranya agar kita bisa membuat kritik yang bagus dan bermanfaat. Sebab, tujuan kita mengkritik itu memang seperti itu. Kita mengkritik untuk membantu orang lain, bukan untuk membuat mental seseorang menjadi rontok.
Oke … mari kita mulai!

Beberapa Tipe Penulis

Ada beberapa penulis yang tidak bisa dikritik. Meskipun mereka berkata, “Eh, gue ada tulisan baru, nih. Mohon dikomentarin, ya.”, bukan berarti mereka ingin dikritik. Mereka hanya ingin dianggap betapa tulisannya sangat bagus. Istilahnya, mereka hanya ingin narsis. Jika berhadapan dengan penulis seperti ini, kita jangan terlalu serius menanggapi karya-karyanya. Sebab, jika tulisannya kita kritik, bisa dipastikan mereka akan selalu berkilah dan akan berkata seperti ini, “Oh, itu emang sengaja gue menulis kayak gitu. Biar nggak kayak kebanyakan orang. Itu style gue.” Atau berkata seperti ini, “Ini gaya tulisan gue. Ini ciri khas gue. Gue emang sengaja nulis tanda serunya banyak-banyak. Biar orang lain pada tahu, bahwa kalau ada tulisan yang tanda serunya banyak-banyak, mereka pasti bisa nebak kalau tulisan itu adalah karya gue. Iya, gue akuin, untuk menciptakan gaya sendiri itu emang sulit. Tapi gue udah berhasil menemukannya. Yeah!” Hufff! Menghadapi penulis seperti ini, alangkah baiknya kita diam saja. Soalnya, ngapain juga kita kasih masukan kalau dianya aja enggak butuh dikasih masukan. Pesan moralnya: jangan mengkritik jika kamu enggak diminta untuk memberikan kritik.
Ada juga beberapa penulis yang tahan banting alias siap menerima segala macam kritikan dengan lapang dada. Penulis tipe ini adalah penulis yang siap “babak belur” demi meningkatkan kemampuannya. Meskipun dikritik dengan cara apa pun, baik dikritik dengan pedas atau dikritik dengan halus, ia akan menerima dengan senyum merekah (meskipun hatinya berdarah-darah. Hehe). Tapi ingat, enggak semua penulis seperti itu.

Baca Dahulu Sebelum Mengkritik

Jika kita ingin mengkritik sebuah tulisan, kita wajib untuk membacanya terlebih dahulu. Bacalah dengan teliti, kata demi kata, peristiwa demi peristiwa, pokoknya segala hal yang ada di dalam teks tersebut harus kita baca sampai selesai. Buatlah semacam catatan di tulisan tersebut jika memang ada yang perlu kita beri masukan. Beri tanda pada setiap kata atau kalimat yang sekiranya ingin kita kritik. Tulislah semua pemikiran kita setelah membaca habis tulisan tersebut. Jika kita masih memiliki waktu agak lama, kita bisa membaca ulang tulisan itu agar enggak ada yang terlewat. Lagi pula, dengan kita bersikap serius seperti itu, tentu komentar kita akan didengar dengan serius pula. Sebaliknya, jika kita seperti ogah-ogahan dalam memberi kritik, jangan harap penulis yang kita kritik itu akan mendengarkan kita.

Kritik Tulisannya, Jangan Penulisnya!

Yup. Ketika ingin mengkritik sebuah tulisan, alangkah baiknya kita jangan menggunakan kata “Kamu”, tetapi gunakanlah kata “Tulisan kamu”. Ingat, yang harus kita kritik adalah tulisannya, bukan penulisnya. Jadi, jangan sampai kalimat seperti ini terucap dari mulut kita ketika kita ingin mengkritik tulisan seseorang, “Kamu kayaknya kurang bagus kalau menulis puisi! Kamu harus banyak belajar lagi, jangan cuma modal semangat saja.” Gubrag! Bisa dipastikan penulis tersebut akan sakit hati dan mungkin enggak akan pernah mau menulis lagi. Begitulah, sekali lagi, jangan kritik penulisnya, tapi kritiklah isi tulisannya, seperti: plot, ending cerita, karakter tokoh, setting, dan lain-lain. Mengenai hal ini, Melissa Donovan, kontributor situs Writing Forward, mengatakan, “You are judging the work, not the individual who produced it.” Sekali lagi, yang harus kita kritik adalah hasil kerjanya, bukan individunya.

Mulailah dengan Pujian

Ketika kita ingin memulai sebuah kritikan, kita harus selalu mengawalinya dari sesuatu yang bagus-bagus dulu. Maksudnya begini, jika kamu membaca tulisan seorang penulis pemula, dan ternyata tulisan itu sangat buruk, kita cari dulu apa sih yang bagus dari tulisan tersebut. Sebab, seburuk apa pun sebuah tulisan, pasti masih memiliki kelebihan. Entah itu ide ceritanya, atau tokoh-tokohnya yang unik, atau hal-hal yang lainnya. Jadi, dengan begitu kita bisa memulai dengan sebuah pujian. Misalnya seperti, “Waw, ide ceritanya menarik banget. Asli, gue aja nggak kepikiran untuk nulis cerita kayak gini. Kok, elo bisa sih dapet ide keren kayak gini? Salut gue!”
Jika ada seseorang yang berkata seperti itu, pasti kita tersanjung bukan main. Iya, kan? Tapi, berikanlah pujian itu dengan jujur. Maksudnya adalah sesuatu yang kita puji itu memang benar-benar bagus. Jadi kita terbebas dari yang namanya kebohongan. Lagi pula, kalau pujian kita enggak tulus dan jujur, pasti penulis tersebut akan sakit hati dan enggak akan pernah percaya lagi sama komentar-komentar kita. Setelah memberi pujian, baru deh kita beri masukan seperti, “Kayaknya kalau cerita ini dimulai dari sang tokoh yang lagi buang ludah, pasti jadinya keren, deh. Soalnya, kalau awal ceritanya dimulai dari si tokoh baru bangun tidur itu sudah sering banget dipakai dan sudah klise.
Dengan mengkritik seperti ini, tentu lebih mudah diterima oleh seseorang yang sedang kita kritik.

Gaya Menulis Setiap Orang Berbeda

Sebelum mengkritik, ada baiknya kita harus tahu betul gaya menulis seperti apa yang kita suka, dan cobalah pisahkan hal tersebut ketika kita ingin memberikan kritik. Jangan sampai mentang-mentang kita enggak suka cerita dengan ending terbuka, lantas kita menganggap bahwa cerita teman kita itu jelek, hanya gara-gara cerita teman kita itu menggunakan ending terbuka. Bisa dipahami kan maksud saya?

Hindari Ungkapan Negatif

Kritiklah dengan bahasa yang santun, dan hindari penggunaan ungkapan-ungkapan negatif seperti: “Tulisanmu ini membosankan!”, “Tema cerita seperti ini udah basi!”, atau “Dari tahun ke tahun tulisanmu nggak pernah berubah. Statis!”, dan lain semacamnya. Ada baiknya jika kita gunakan ungkapan-ungkapan positif seperti ini: “Ceritamu ini akan menjadi lebih menarik jika …”, “Sepertinya ceritamu ini akan lebih menggigit jika …”, dan lain semacamnya.
Saya ingatkan sekali lagi, bahwa kita mengkritik adalah untuk membantu, bukan untuk menyakiti.
Oke, kayaknya sekian dulu dari saya. Semoga bermanfaat, ya![Spoila]


=======================================================================





JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!

Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?

Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!


Setiap naskah memerlukan proses editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti misalnya :
·                    Kalimat yang salah atau kurang,
·                    Tajwid bahasa (pelafalan huruf dan kata),

·                    Kata penghubung apa bagusnya digunakan,

·                    Kata depan (di, ke),

·                    Kesalahan ketik (typo),
·                    Kalimat baku dan tak baku,
·                    Penggunaan huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·                    Penggunaan tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung seperti en-dash dan em-dash dsb,
·                    dan masih banyak lagi…

Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah “mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing naskah kami?

Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing, kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu tulis.

Apa untungnya mencari jasa editing naskah sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh penerbit karena file hasil editingnya tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5, margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas 100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!

Tak semua penulis menyadari EYD itu penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah “hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu padamu”.

Dengan menggunakan jasa kami, kami tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.

BONUS:
Jasa editing naskah kami ada bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri, mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!

 

Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya seperti:
-         novel Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-         novel Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-         Dll…

Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:

-         Facebook (DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya masuk ke spam.)
-         WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor asing, aku gak angkat.)
:=(D

0 komentar: