Sebagai seorang penulis—apalagi penulis pemula seperti saya—kadang
kalau menerima kritik itu memang menjengkelkan. Bagaimana tidak? Kita
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat awal tulisan yang
mantap, memikirkan ending yang aduhai, mencari
metafora-metafora yang tidak kuno, memikirkan frasa-frasa yang menurut
kita bertenaga, dan lain sebagainya. Tapi, ketika tulisan itu kita sebar
ke orang lain, kok ya malah dikritik? Menyedihkan sekali, bukan?
Padahal sebelumnya kita sudah yakin sekali bahwa tulisan kita ini adalah
tulisan yang paling bagus senusantara. Kuntowijoyo sama Danarto mah lewat,
begitulah kita berkata sehabis membaca tulisan yang baru selesai kita
buat. Tapi, apa boleh buat, meskipun menjengkelkan, setidaknya kita juga
harus tahu diri. Bahwa siapa tahu saja tulisan kita memang buruk, dan
kitanya saja yang terlalu narsis. Bukankah konsekuensi seorang penulis
itu adalah harus siap menerima kritikan? Kalau tulisan kita tidak mau
dikritik, ya, sepertinya kita tidak usah menulis saja. Simpel, toh?
Dalam hidup ini kita memang tidak akan pernah bisa melepas diri dari
yang namanya kritikan. Setiap orang dari berbagai macam profesi—petinju,
pelukis, penari, supir taksi, karyawan kantoran, tukang bakmi ayam, dan
lain sebagainya—pasti pernah dikritik. Begitu pula dengan penulis. So, enjoy aja,
begitu kata iklan rokok yang sering kita lihat di televisi. Meskipun
kita jengkelnya bukan main, sebaiknya kita berfikir positif saja, bahwa
kritik itu adalah demi meningkatkan kemampuan menulis kita juga.
Nah, karena kita tahu bahwa dikritik itu tidak menyenangkan, maka
sebaiknya ketika ingin mengkritik tulisan seseorang, kita juga harus
memiliki siasat agar kritikan kita tidaklah terlalu pahit didengar.
Meskipun ada perkataan “katakanlah kebenaran meskipun pahit”, tetapi
untuk seorang penulis pemula (seperti saya, contohnya), kritikan yang
pahit tentu saja bisa menghancurkan mental—dan bahkan bukan tidak
mungkin penulis pemula tersebut akan berhenti menulis sebab dia memiliki
pemikiran semacam ini: “Ah, gue emang nggak bakat nulis! Gue emang
nggak bakat! Argh!” Nah lho! Makanya, kita juga harus hati-hati dalam
memberikan kritik. Maksud hati ingin menolong, malah menghancurkan
mental seseorang. Tentu kita nggak ingin semua itu terjadi.
Itu sebabnya, sebagai penulis, sepertinya kita juga wajib tahu
tentang bagaimana cara memberikan kritik yang baik dan benar terhadap
sebuah tulisan. Agar kritikan kita dapat membangun dan bukan malah
mengancurkan mental seseorang.
Tujuan Mengkritik
Pertama mungkin kita harus tahu dulu apa tujuan kita mengkritik.
Apakah kita mengkritik karena ingin memberikan manfaat kepada orang
lain? Atau ingin mengajak berkelahi? Kalau ingin mengajak berkelahi,
maaf, sebaiknya tidak usah membaca tulisan ini. Sebab, di tulisan ini
saya hanya akan memaparkan tentang bagaimana caranya agar kita bisa
membuat kritik yang bagus dan bermanfaat. Sebab, tujuan kita mengkritik
itu memang seperti itu. Kita mengkritik untuk membantu orang lain, bukan
untuk membuat mental seseorang menjadi rontok.
Oke … mari kita mulai!
Beberapa Tipe Penulis
Ada beberapa penulis yang tidak bisa dikritik. Meskipun mereka
berkata, “Eh, gue ada tulisan baru, nih. Mohon dikomentarin, ya.”, bukan
berarti mereka ingin dikritik. Mereka hanya ingin dianggap betapa
tulisannya sangat bagus. Istilahnya, mereka hanya ingin narsis. Jika
berhadapan dengan penulis seperti ini, kita jangan terlalu serius
menanggapi karya-karyanya. Sebab, jika tulisannya kita kritik, bisa
dipastikan mereka akan selalu berkilah dan akan berkata seperti ini,
“Oh, itu emang sengaja gue menulis kayak gitu. Biar nggak kayak
kebanyakan orang. Itu style gue.” Atau berkata seperti ini, “Ini gaya
tulisan gue. Ini ciri khas gue. Gue emang sengaja nulis tanda serunya
banyak-banyak. Biar orang lain pada tahu, bahwa kalau ada tulisan yang
tanda serunya banyak-banyak, mereka pasti bisa nebak kalau tulisan itu
adalah karya gue. Iya, gue akuin, untuk menciptakan gaya sendiri itu
emang sulit. Tapi gue udah berhasil menemukannya. Yeah!” Hufff!
Menghadapi penulis seperti ini, alangkah baiknya kita diam saja.
Soalnya, ngapain juga kita kasih masukan kalau dianya aja enggak butuh
dikasih masukan. Pesan moralnya: jangan mengkritik jika kamu enggak
diminta untuk memberikan kritik.
Ada juga beberapa penulis yang tahan banting alias siap menerima
segala macam kritikan dengan lapang dada. Penulis tipe ini adalah
penulis yang siap “babak belur” demi meningkatkan kemampuannya. Meskipun
dikritik dengan cara apa pun, baik dikritik dengan pedas atau dikritik
dengan halus, ia akan menerima dengan senyum merekah (meskipun hatinya
berdarah-darah. Hehe). Tapi ingat, enggak semua penulis seperti itu.
Baca Dahulu Sebelum Mengkritik
Jika kita ingin mengkritik sebuah tulisan, kita wajib untuk
membacanya terlebih dahulu. Bacalah dengan teliti, kata demi kata,
peristiwa demi peristiwa, pokoknya segala hal yang ada di dalam teks
tersebut harus kita baca sampai selesai. Buatlah semacam catatan di
tulisan tersebut jika memang ada yang perlu kita beri masukan. Beri
tanda pada setiap kata atau kalimat yang sekiranya ingin kita kritik.
Tulislah semua pemikiran kita setelah membaca habis tulisan tersebut.
Jika kita masih memiliki waktu agak lama, kita bisa membaca ulang
tulisan itu agar enggak ada yang terlewat. Lagi pula, dengan kita
bersikap serius seperti itu, tentu komentar kita akan didengar dengan
serius pula. Sebaliknya, jika kita seperti ogah-ogahan dalam memberi
kritik, jangan harap penulis yang kita kritik itu akan mendengarkan
kita.
Kritik Tulisannya, Jangan Penulisnya!
Yup. Ketika ingin mengkritik sebuah tulisan, alangkah baiknya kita
jangan menggunakan kata “Kamu”, tetapi gunakanlah kata “Tulisan kamu”.
Ingat, yang harus kita kritik adalah tulisannya, bukan penulisnya. Jadi,
jangan sampai kalimat seperti ini terucap dari mulut kita ketika kita
ingin mengkritik tulisan seseorang, “Kamu kayaknya kurang bagus kalau
menulis puisi! Kamu harus banyak belajar lagi, jangan cuma modal
semangat saja.” Gubrag! Bisa dipastikan penulis tersebut akan
sakit hati dan mungkin enggak akan pernah mau menulis lagi. Begitulah,
sekali lagi, jangan kritik penulisnya, tapi kritiklah isi tulisannya,
seperti: plot, ending cerita, karakter tokoh, setting, dan lain-lain. Mengenai hal ini, Melissa Donovan, kontributor situs Writing Forward, mengatakan, “You are judging the work, not the individual who produced it.” Sekali lagi, yang harus kita kritik adalah hasil kerjanya, bukan individunya.
Mulailah dengan Pujian
Ketika kita ingin memulai sebuah kritikan, kita harus selalu
mengawalinya dari sesuatu yang bagus-bagus dulu. Maksudnya begini, jika
kamu membaca tulisan seorang penulis pemula, dan ternyata tulisan itu
sangat buruk, kita cari dulu apa sih yang bagus dari tulisan tersebut.
Sebab, seburuk apa pun sebuah tulisan, pasti masih memiliki kelebihan.
Entah itu ide ceritanya, atau tokoh-tokohnya yang unik, atau hal-hal
yang lainnya. Jadi, dengan begitu kita bisa memulai dengan sebuah
pujian. Misalnya seperti, “Waw, ide ceritanya menarik banget. Asli, gue
aja nggak kepikiran untuk nulis cerita kayak gini. Kok, elo bisa sih
dapet ide keren kayak gini? Salut gue!”
Jika ada seseorang yang berkata seperti itu, pasti kita tersanjung
bukan main. Iya, kan? Tapi, berikanlah pujian itu dengan jujur.
Maksudnya adalah sesuatu yang kita puji itu memang benar-benar bagus.
Jadi kita terbebas dari yang namanya kebohongan. Lagi pula, kalau pujian
kita enggak tulus dan jujur, pasti penulis tersebut akan sakit hati dan
enggak akan pernah percaya lagi sama komentar-komentar kita. Setelah
memberi pujian, baru deh kita beri masukan seperti, “Kayaknya kalau
cerita ini dimulai dari sang tokoh yang lagi buang ludah, pasti jadinya
keren, deh. Soalnya, kalau awal ceritanya dimulai dari si tokoh baru
bangun tidur itu sudah sering banget dipakai dan sudah klise.
Dengan mengkritik seperti ini, tentu lebih mudah diterima oleh seseorang yang sedang kita kritik.
Gaya Menulis Setiap Orang Berbeda
Sebelum mengkritik, ada baiknya kita harus tahu betul gaya menulis
seperti apa yang kita suka, dan cobalah pisahkan hal tersebut ketika
kita ingin memberikan kritik. Jangan sampai mentang-mentang kita enggak
suka cerita dengan ending terbuka, lantas kita menganggap bahwa cerita teman kita itu jelek, hanya gara-gara cerita teman kita itu menggunakan ending terbuka. Bisa dipahami kan maksud saya?
Hindari Ungkapan Negatif
Kritiklah dengan bahasa yang santun, dan hindari penggunaan
ungkapan-ungkapan negatif seperti: “Tulisanmu ini membosankan!”, “Tema
cerita seperti ini udah basi!”, atau “Dari tahun ke tahun tulisanmu
nggak pernah berubah. Statis!”, dan lain semacamnya. Ada baiknya jika
kita gunakan ungkapan-ungkapan positif seperti ini: “Ceritamu ini akan
menjadi lebih menarik jika …”, “Sepertinya ceritamu ini akan lebih
menggigit jika …”, dan lain semacamnya.
Saya ingatkan sekali lagi, bahwa kita mengkritik adalah untuk membantu, bukan untuk menyakiti.
Oke, kayaknya sekian dulu dari saya. Semoga bermanfaat, ya![Spoila]
=======================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan
menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan (di, ke),
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung
mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin
penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah
“mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah
memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa
kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing
naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5,
margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa
mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa
belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas
100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego
aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga
membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah
“hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu
padamu”.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya
kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya
adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang
bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file
hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul
kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk
naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit
tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu
sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit
indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai
apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri,
mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus
mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena
kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan
tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!
Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya
seperti:
-
novel
Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-
novel
Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-
Dll…
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan
yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:
-
Facebook
(DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya
masuk ke spam.)
-
WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor
asing, aku gak angkat.)
:=(D
0 komentar:
Posting Komentar