Kumemutar otak
mencari-cari kata kunci pintu ruang seminar itu. Gawat! Padahal sebentar pagi
ruangan itu akan digunakan. Sayangnya kodenya terkunci karena ada yang salah
akses. Kucoba-coba memecahkan kata kuncinya agar berfungsi kembali. Ruang
seminar megah itu memang diamankan dengan kode kunci elektronik seperti itu
karena peralatan di dalamnya mahal-mahal, jadi tak bisa pakai kunci biasa.
Tak kuduga, aku bisa
memecahkan kode masuknya dengan menekan beberapa angka, padahal hanya iseng.
Dan itu pun sekali coba. Aku berhasil! Pintu ruang seminar pun berhasil dibuka.
Ruang seminar yang super megah itu pun tersaji.
Sementara untuk
merayakan keberhasilanku ini, dengan bangganya aku berlari di sepanjang koridor
sambil mengumumkan bahwa akulah yang berhasil membuka pintu ruang seminar itu.
“Aku yang buka!”
Kepanikan para panitia
pun berakhir. Sayangnya tak ada yang merespon hangat usahaku ini. Padahal
berkat aku kan, seminar yang terancam batal ini bisa kembali diadakan nanti.
Mereka semua kan gagal memecahkan kode, sementara dengan menggunakan kecerdasan
ini, aku bisa mencoba sekali kode saja…
***
Tak bisa dipercaya,
kode kunci ruang seminar ini akulah yang buka! Padahal hanya satpam yang tahu
membukanya dan aku pun tak tahu dari dia kodenya. Iseng saja aku memasukkan
nomornya.
Tapi tak ada yang tahu
itu. Dan kali ini aku hadir ke ruang seminar megah itu sebagai peserta. Ruangan
itu memang mengasyikkan dan nyaman. Kumelangkah mendekat kemudian melirik
masuk. Seminarnya belum dimulai meski pembicaranya sudah ada di depan.
Kucari-cari temanku agar bisa nyaman duduknya. Tapi aku duduk di mana, ya?
Terserah saja sih mau
duduk di mana. Aku jadi pasrah saja karena sadar tak ada yang sungguh-sungguh
mau menjadi temanku. Selama ini aku selalu sendirian. Tak apalah mau duduk di
mana saja. Huft, padahal berkat jasaku kan ruang seminar ini bisa terbuka
kembali. Tapi kenapa tak ada yang mau menjadi temanku, ya?
“Celine,” sapa salah
seorang temanku di bagian depan. “Kamu duduk saja di sini,” ia menawarkan
tempat untukku sementara ia lalu pindah.
Eh, kenapa? Padahal aku
sudah memutuskan mau duduk di mana. Tapi aku terima saja. Kemudian aku masuk
untuk duduk di sana sementara temanku yang cantik itu pindah ke suatu tempat.
Kenapa ia menyerahkan tempat ini untukku? Aku diapit dua temanku. Dari sini aku
bisa melihat-lihat siapa saja temanku yang duduk di ruang itu.
Jantngku berdegup
kencang karena rupanya aku duduk di sebelah Alvi yang duduk paling ujung.
Kenapa temanku itu meninggalkannya? Bukannya mereka akrab, ya? Hm, setahuku sih
Alvi memang orangnya penyendiri juga sama seperti aku. Ia juga cantik meski
suka mengenakan jaket kulit coklat sehingga ia tampak tomboi begitu.
Aku suka penampilannya
itu. Siapa tahu saja kami bisa berteman. Diapit begini membuat meja bagianku
terasa sempit, jadi aku tak memakainya untuk menulis. Biar saja kedua temanku
yang memakainya sementara aku bersandar. Aku kan bisa memakai buku sebagai alas
tulisku nanti.
Tapi kurasa di sini
akan menyenangkan! Aku memang sudah lama ingin berkenalan dengan Alvi ini. Tak
kusangka ada hikmahnya juga ya aku bisa duduk berdampingan dengannya. Dengan
begini, aku bisa sedikit lebih mengenalnya.
Aku memang kesepian.
Aku butuh teman yang mungkin juga sedang kesepian. Aku agak iba padanya karena
ditinggal temannya. Apa ia mau jadi temanku, ya? Kuharap seminar ini bisa lebih
lama lagi bersamanya meski aku diam-diam saja…
***
“Tahu nggak sih, aku
singgah saja ke ruang seminar itu untuk bersembunyi. Iseng saja, sih!” kataku
pada Alvi saat sudah di luar.
Akhirnya aku bisa
berteman juga dengannya. Sesuai dugaanku, kami cocok!
“Kok bisa? Yang ikut
seminar itu kan aku.”
“Kan di sana tak pakai
kartu identitas peserta, jadi aku bisa menyelundup masuk. Lagian tak ada juga
yang curiga, hehe.”
“Seminarnya masih
jalan?”
“Tadi aku tunggu 2 jam
belum dimulai-mulai juga. Huft! Lama banget, deh.”
Kemudian kami melangkah
ke tempat fotokopian otomatis. Di sana kami bisa memfoto kopi secara mandiri
asal punya kertas sendiri tentunya.
***
hy, readers! mampir yuk ke karya novel THIRTEEN berikut di aplikasi NOVELTOON berjudul AKU BUKAN YU, merupakan kisah seru dan menegangkan tentang perjuangan merebut kembali identitas asli yang direbut oleh sahabat sendiri, berdarah-darah. silakan klik gambar kover di atas menuju link novelnya atau menuju aplikasinya langsung dan search. makasi dukungannya, readers! :=(D