Suasana perpustakaan masih
terlihat sepi. Atar tengah sibuk mencari sesuatu di antara deretan buku di
setiap rak. Namun spontan saja ia mengambil sebuah buku yang seharusnya tak
berada di rak tersebut.
”Hm, buku puisi? Sepertinya
menarik,” komentarnya. ”Tak ada salahnya kan kalo kupinjam. Mumpung buku yang
kucari sepertinya tak ada di tempat.”
Dengan santainya Atar pun
membawa buku tersebut. Namun tiba-tiba saja sesuatu meluncur keluar dari sela
buku tersebut. Atar segera memungutnya. Sebuah kartu mahasiswa rupanya terselip
dari sela lembaran buku tersebut, entah sudah berapa lama.
”Cakra...,” Atar membaca nama
pemilik kartu mahasiswa tersebut. ”Dari Fakultas Ilmu Budaya. Aku harus segera
menemukan pemilik kartu ini.” Atar pun segera pergi.
***
Suasana lingkungan
rehabilitasi jauh berbeda dengan tertibnya lingkungan kampus yang penuh
kedamaian. Coki sudah terbiasa oleh keadaan riuh tersebut, terutama saat
istirahat makan siang. Ia sempat melamun memikirkan makan siangnya. Ia teringat
makan siang yang pernah dibawakan oleh Kile tahun lalu. Mau tak mau, ia memang
harus mengakui bahwa ia memang sedang merindukan kehadiran Kile. Dengan
sendunya, ia memandangi makan siangnya, berharap bahwa Kile akan datang kembali
menjenguknya membawakannya makanan kesukaannya lagi.
”Kile..,” rintihnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk
beranjak dari tempatnya menuju sel-nya. Ia jadi merasa tak punya nafsu makan
mengingat kerinduannya pada Kile.
Sementara itu, di sebuah sel, empat
pemuda tengah berkumpul mendiskusikan sesuatu.
”Aku benar-benar sudah tak
tahan lagi berada di tempat seperti ini,” keluh salah seorang dari mereka yang
bernama Rob.
”Aku juga. Ya, meskipun hari
kebebasan itu tinggal beberapa bulan lagi,” temannya—Sun—menimpali.
”Kalo saja aku nggak di sini,
aku sudah lama menikah dengan pacarku,” komentar yang lainnya, yang bernama Rafi.
”Ya, kalo saja bukan gara-gara
cewek itu!” seru sisanya emosi, yang bernama Gani. Tampangnya yang bengis
mengekspresikan kebenciannya. ”Kalo saja bukan karena cewek itu, kita pasti
sudah melanglang buana di dunia luar sana dengan penuh kebebasan!”
”Iya! Bukankah cewek itu yang
sudah mengirim kita ke penjara ini dengan melaporkan kita pada polisi?” Sun yang
telmi menimpali pula.
”Kalo nggak salah, namanya ...
namanya—” Rob mengingat-ingat.
”Kile!” sebut Gani geram.
”Cewek itu temannya Coki. Gara-gara ia, hidup kita jadi begini!”
Ketiga rekannya
mengangguk-angguk.
”Ini benar-benar tak bisa
dibiarkan! Kita hidup terpenjara di sini, sementara ia merasakan bebasnya
kehidupannya di luar sana. Benar-benar tak adil!” komentar Rafi mulai berang.
”Tapi kita kan memang salah,”
ujar Sun polos kemudian disambut dorongan jidat oleh Rafi.
”Iya, sih. Kita memang salah.
Tapi ngapain juga cewek itu ikut campur ama urusan kita? Yang mabuk kan
kita-kita, en kita sama sekali nggak ngerugiin ia kan?” kata Rob nge-gas.
”Kau benar! Tak seharusnya
cewek itu ikut campur urusan kita!” seru Gani. Tak lama, ia lalu tersenyum.
”Sebenarnya aku punya rencana. Sudah lama banget. Kalian pasti tertarik.”
”Apa itu?” tanya ketiga
temannya antusias.
Gani menggerakkan telunjuknya
sehingga ketiga temannya mendekatkan telinganya agar dapat mendengar suara
bisikan Gani. ”Kita buat saja hari kebebasan kita sendiri,” ujarnya.
”Hah? Apa maksudmu?” tanya Sun
bingung.
”Hari kebebasan kita sendiri
itu maksudnya kabur, bego!” Rafi meluruskan.
Sun hanya mengangguk-angguk
sambil melongo.
”Terus-terus?” Rob ingin
mendengarkan kelanjutan dari rencana Gani.
Gani tersenyum licik.
”Sebenarnya aku sudah mendapatkan jalan keluar dari sini. Tenang, takkan ada
yang tahu. Lalu begitu kita keluar dari penjara ini, ... kita beri pelajaran
sama gadis itu!” Gani kemudian tersenyum bejat.
Ketiga temannya memekik
tertahan mendengarkan pemaparan Gani yang cukup mengerikan itu.
”Kenapa? Kalian pastinya
dendam kan sama gadis itu?” Gani bertanya memastikan. ”So, tak ada yang salah kan dengan rencanaku ini?”
”Betul juga, sih,” Rob setuju.
Yang lain hanya mengangguk-angguk.
”Gimana? Kalian mau join, kan?” tawar Gani.
Ketiga temannya saling
bertatapan.
”Duh, kalian nggak usah ragu
gitu, deh! Percayakan saja semuanya padaku. Lagian tanpa bantuan kalian semua,
usaha untuk kabur nggak akan berhasil. Jadi kita akan bagi tugas nanti. Oke?”
Akhirnya ketiga temannya
menyetujui. ”Iya. Iya, deh!”
”Nah, pertama-tama yang harus
kita lakukan...” Gani mulai memaparkan rencananya sementara ketiga temannya
serius mendengarkan. Namun...
”Apa yang kalian lakukan di
sini?” tanya seseorang.
Keempat pemuda tadi tersentak
kemudian berbalik dan melihat Coki di ambang pintu sel. Mereka langsung
terlihat gugup.
”Eh—eh nggak ada apa-apa kok,
Cok. Lagi ngumpul-ngumpul aja,” jawab Gani berusaha untuk tenang.
”Ngomong-ngomong sejak kapan kau berada di situ?”
”Baru aja,” jawab Coki tenang.
Ketiga temannya berprilaku
aneh dan salah tingkah.
”Ingat, kalian nggak boleh
menceritakan ini semua pada Coki,” bisik Gani pada ketiga temannya yang hanya
bisa mengangguk-angguk.
”Apa yang kalian bisikkan?”
tanya Coki penasaran.
”Hehehe,” Gani terkekeh gugup.
”Nggak, kok. Nggak,” sahutnya meyakinkan.
”Kalian nggak makan siang?”
tanya Coki lagi.
”Kamu sendiri?” Sun balik
bertanya.
Coki kemudian berjalan menuju
ranjang dan merebahkan badannya. ”Saya sedang kurang enak badan. Jadi nggak
nafsu makan,” ngakunya. Coki kemudian berbalik memunggungi mereka.
”Oh, kalo begitu, kami ke
ruang makan dulu, ya,” pamit Gani. Mereka berempat segera meluncur ke ruang
makan dengan gelagatnya yang aneh.
”Duh, gawat! Coki sempat
mendengar percakapan kita tadi nggak, ya?”
”Bisa gawat nih kalo ia tahu.”
Gani hanya terdiam. Mimik
wajahnya terlihat serius dan semuanya masih menjadi misteri.
Sementara itu di dalamnya selnya,
Coki masih terlihat diam di kasurnya. Entah apa yang dipikirkannya...
***
hy, readers, kembali lagi dengan THIRTEEN dengan karya terbarunya pada novel genre horor berjudul TOK TOK TOK, temanya tentang ketindihan loh. hanya THIRTEEN yang berani mengambil tema yang lain daripada yang lain. yuk mampir sendiri dan rasakan bedanya dengan ngeklik gambar kover di atas menuju web MANGATOON atau lebih enaknya search aja di aplikasi NOVELTOON. makasih, readers! :=(D
0 komentar:
Posting Komentar