Pindah ke kamar baru!
Siapa yang tak mau, apalagi kamarnya oke begini. Segera, deh!
Aku mulai membenahi
kamar itu dan mengisinya dengan barang-barangku. Sebelumnya sih, aku tak tahu
kamar itu bekas siapa. Masa bodohlah, yang penting aku bisa menempati kamar
yang nyaman itu.
Kutata kaset-kasetku.
Hm, bagaimana ya bagusnya posisinya? Ada kaset yang bersampul dan ada juga yang
hilang sampulnya. Kutata mereka di meja dan tiba-tiba saja … ups, ada beberapa
kaset yang jatuh ke kebun. Jendela kamarku memang selalu terbuka dan meja
belajarku ini ada di dekat jendela itu. Kenapa juga ya kaset-kaset ini kutata
di dekat jendela begini.
Uh, malas deh ambilnya!
Namun tiba-tiba saja sebuah tangan menjulur dari luar sana. Ian mengambilkan
kaset itu untukku. Kumengernyit, soalnya sepupuku yang tinggal di rumah ini
juga, selalu jahat padaku. Tapi kenapa ia rela mengambilkannya untukku? Ada apa
ini?
Si tomboi menyebalkan
itu menyerahkan kaset itu sambil menyeringai. Kurasakan ada sesuatu yang tak
beres dengannya, namun tetap saja kumengambil kaset itu sambil tersenyum kecut
padanya.
“Selamat menempati
kamar baru,” katanya.
Aku cuek saja begitu ia
berlalu. Kupegang kaset itu dan melihat sampul yang tak kukenali. Eh, sejak
kapan aku punya kaset ini? Apa Ian salah ambil? Tapi apa ada kaset lain yang
jatuh juga di kebun dekat jendelaku?
Buru-buru kujulurkan
kepalaku ke luar jendela mencari-cari anak itu. Namun Ian sudah menghilang
dengan cepatnya bagai angin lalu. Tanpa jejak sama sekali, padahal dengan
langkah normal, seharusnya aku masih bisa melihat punggungnya membelok atau
apa. Tak ada tanda-tanda ia habis berlari juga. Suasana di luar sana hening
sekali.
Kembali kutarik
kepalaku masuk. Ini ada yang aneh. Apa ia sengaja menukar kaset ini? Tapi untuk
apa dan apa kaset ini miliknya? Aku tak suka kaset musik beginian. Sampulnya
saja tak menarik begini. Apa aku harus mencarinya?
Tapi ah, aku sibuk
sekali. Kapan-kapan sajalah. Aku harus menata kamar baruku dulu.
***
Kuterbangun dari tidur
siangku di kamar lama. Aku ketiduran begini karena kelelahan menata kamar
baruku di seberang. Oh, aku harus melanjutkan kesibukanku ini sebelum malam
tiba. Huft, melelahkan sih tapi mengasyikkan!
Aku melangkah menuju
kamar baruku dan … kuterkejut begitu melihat kamarku sudah rapi! Tapi kenapa
bisa? Kuterperangah sejenak dan melihat penataan kamarku sebagian besarnya
sudah sesuai seleraku. Tapi siapa yang…
Aku baru tahu
jawabannya begitu melihat Ian tengah memberesi ranjangku di dalam. Aku bergegas
masuk dan melihat masih ada beberapa bingkai foto di atas ranjang yang masih
belum dibenahi.
“Ian?!” pekikku tak
percaya. Tapi kenapa ia membantuku? Bukannya ia benci padaku?
Ia menyeringai saja.
Kemudian ia menghampiriku sambil memberikan kunci kamar padaku.
Tindak-tanduknya begitu misterius!
“Kenapa kau bisa berada
di sini? Kamar ini kan aku kunci sebelumnya.”
“Kamar ini memang
milikmu. Tapi … aku bisa setiap saat memasuki kamar ini kalau aku mau.”
Aku semakin mengernyit.
“Tapi bagaimana caranya? Kau punya duplikatnya?”
Ia menggelengkan
kepala. “Tidak. Tapi aku tahu jalan rahasia menuju kamar ini. Jalan rahasia
yang tak kauketahui,” bisiknya misterius.
Entah mengapa wajahku
jadi menegang begini. Kuterima kunci itu, sementara ia berlalu. Kya! Kemudian
kukunci kamarku itu sambil kepanikan sendiri. Jadi … jadi ia bisa sewaktu-waktu
mengintipiku, dong! Tapi di mana jalan rahasia itu? Bagaimana caraku cari tahu?
Rasanya jadi ngeri
sendiri mendengar kalimatnya tadi. Tapi sebenarnya apa maunya? Dan kenapa pula
ia membantuku sementara ia membenciku? Jangan-jangan…
Jangan-jangan ia mau
membunuhku!
***
Apa aku memang harus
menempati kamar ini? Rasanya jadi parno di kamar sendirian. Bagaimana kalau ia
tiba-tiba saja muncul bagai hantu dan mencekikku? Sebenarnya apa yang
direncanakannya?
***
karya horor by THIRTEEN yang sayang dilewatkan yang lain adalah RITUAL 100 KISAH HOROR di aplikasi STORIAL. Ini merupakan kumcer horor khusus dewasa karena penyajiannya lebih ekstrem lagi. silakan dicoba saja keseruan dan sensasinya dengan klik gambar kover di atas menuju novelnya. :=(D
0 komentar:
Posting Komentar