Mata Anya masih belum mau bekerja sama malam itu untuk
terpejam. Hal ini dikarenakan pikirannya masih melayang ke pertunjukan memanah
tadi. Shue!
…
Tiap pulang kerja, pada sore hari,
ia selalu menyempatkan diri ke sirkus untuk mengintip latihan memanah Shue.
Hatinya terkagum-kagum melihat kemahiran Shue memanah sasarannya. Meskipun ia
harus mendapat teguran para staf karena
telah memasuki wilayah latihan, ia tak juga kapok untuk menonton Shue memanah
diam-diam. Ia selalu mencari posisi yang strategis untuk memperhatikannya,
hingga pada suatu hari Shue sendiri yang menegurnya.
Saat itu, tanpa sengaja anak panah Shue
hampir saja mengenai Anya. Anya terkejut. Hampir saja anak panah pemuda yang
dikaguminya itu mencederainya.
“Eh, kamu tuh udah berapa kali
dibilangin! Kenapa sih masih bandel juga? Sudah ditulis di depan pagar ini,
kan? ‘Dilarang mendekati area latihan memanah’. Kalo kamu kena, gimana?”
“Oh gitu, ya. Maaf, ya. Habis, aku
suka sekali melihat latihan memanahmu,” sahut Anya terpana. Matanya tak bisa
lepas dari wajah Shue.
“Kamu tidak takut?”
“Kenapa harus takut?”
Shue menatap Anya lebih dalam lagi.
“Mau tahu bagaimana rasa takut itu? Bagaimana rasa takut menghadapi anak panah?”
Anya mengerutkan keningnya.
Shue mengalihkan pandangannya.
“Kalo penasaran, datang saja ke pertunjukan memanahku malam minggu. Kamu akan
tahu.”
Itulah alasan mengapa Shue
menawarinya menjadi relawan dalam pertunjukannya. Hanya untuk mengenalkan rasa
takut melihat bidikan panah.
Anya menerimanya dengan senang hati
saat itu. Ia belum merasakan rasa takut yang dimaksudkan Shue karena selama
jadi relawan, ia hanya memperhatikan mata tajam Shue, bukan anak panahnya…
…
Sudah dua kali Anya menjadi relawannya. Tak seperti
kebanyakan gadis yang pernah jadi relawannya, tak ada yang rela melakukannya
lebih dari sekali karena takut. Takut melihat anak panah yang runcing melaju ke
arahnya.
Anya lalu memejamkan matanya. Wajah dan suara beku Shue
masih terngiang-ngiang di benaknya. Ia memang sudah dua kali menjadi relawan
dalam pertunjukannya dan ia akan melakukannya lagi. Bukannya tanpa alasan, tapi
ia ingin mengenal Shue lebih dekat lagi. Shue benar-benar sudah menyita
sebagian pikirannya!
Apa benar ini yang namanya cinta?
***
“Yang benar saja? Bisa-bisanya kamu jatuh cinta sama orang sirkus
macam Shue itu!” komentar Lili saat Anya menceritakan perasaannya pada si
pemanah sirkus itu. Pagi itu mereka yang sedang berpakaian putih-putih tengah
berjalan menuju tempat kerja. “Usianya juga lebih muda daripada kita.”
“Ya, mau bagaimana lagi? Namanya juga perasaan yang tak
bisa dicegah. Apa salah menyukai cowok yang lebih muda? Aku kan tak kelihatan
lebih tua darinya.”
“Anya … Anya! Sudahlah, jangan banyak bermimpi seperti itu
sebelum kamu menyesal! Shue itu orang sirkus dan sirkus yang ditempatinya itu
akan selalu berpindah tempat. Lupakanlah perasaanmu padanya. Carilah pria yang
hidup menetap seperti kita,” tegur Lili. “Bisa saja kan cintamu itu hanya cinta
monyet belaka, jadi jangan terlalu dianggap seriuslah!”
Anya terdiam. Ia membenarkan perkataan Lili. Ia menunduk
lesu dan merenung. Anya lalu mengangkat mukanya. Tiba-tiba saja tatapannya
terpaku. Tapi ia tak menatap Lili. Lili mengikuti arah pandang Anya. Dilihatnya
Shue dan kedua temannya di sebuah lorong.
“Heh, panjang umur tuh anak! Baru aja diomongin,” komentar
Lili.
“Ssst! Li, sepertinya ada yang nggak beres deh di antara
mereka,” sahut Anya curiga. Shue tampak bersitegang dengan kedua temannya itu.
“Ala! Udah. Itu urusan mereka. Yuk, buruan! Ntar terlambat
kerja, lagi,” Lili menyadarkan Anya dan bergegas menarik tangannya.
Anya tak punya alasan untuk menentang. Ia menoleh cemas ke
arah Shue sebelum hilang dari pandangan.
***
“Pokoknya aku takkan kembali lagi ke sana! Titik!” seru Shue
gusar pada kedua temannya tadi yang ternyata bukan orang sirkus, tapi orang
yang dikenali Shue sebelum ia bergabung di sirkus.
“Tapi berbahaya, Fuad! Kau bisa celaka kalau berada di situ
terus!” tegur rekannya menyebutkan nama aslinya. “Hentikan penyamaranmu ini!”
“Kalian tak bisa mencegahku untuk melakukannya! Aku akan
tetap mencari geng pemanah itu! Aku takkan melepaskan mereka begitu saja!
Kalian harus mengerti perasaanku mengapa aku mau bergabung ke tim sirkus itu!” Shue
membantah.
“Tapi apa kamu yakin geng pemanah itu ada di sana?”
Shue kemudian menunjukkan sesuatu dari sakunya. Ia
mengacungkan sebuah anak panah. “Aku menemukan anak panah yang sama di arena
sirkus itu, saat mereka sedang berpawai mengelilingi desa kita dulu untuk
mempromosikan sirkus mereka. Ini anak panah dengan logo kalajengking yang sama.
Dan aku yakin aku tak salah lagi, dan aku takkan pernah mau mundur sebelum bisa
menemukan mereka!”
Kedua rekannya saling memandangi pasrah. Mereka sadar
takkan bisa mengubah pendirian Shue lagi.
“Kalian harus mengerti perasaanku. Aku takkan membiarkan
mereka lolos! Sebelum aku menemukan pelakunya, aku takkan mau kembali ke panti
asuhan,” tolak Shue karena kedua rekannya bersikeras mempengaruhi Shue kembali.
“Aku akan terus keliling Indonesia dan terus hidup berpindah-pindah. Jadi
mungkin suatu saat kalian tak bisa menemukanku lagi. Jadi sudahi saja usaha
kalian karena akan sia-sia saja.”
Salah seorang rekannya kemudian menepuk bahunya. “Baiklah!
Kami paham. Tapi kau harus janji kau harus jaga diri baik-baik, ya. Kami pasti
akan merindukan dan mendoakanmu,” ujar temannya itu.
Mata Shue berkaca-kaca. Sudah sekitar 7 tahun mereka
bertiga selalu bersama di panti asuhan. Jadi wajar saja jika mereka
menginginkan kepulangannya. Shue lalu memeluk mereka berdua. “Kalian juga jaga
diri kalian. Sekolah yang tinggi agar kehidupan kalian bisa lebih baik lagi.
Maafkan aku tak bisa memenuhi harapan kalian untuk berkumpul lagi. Tapi aku
benar-benar tak bisa sebelum bisa membalaskan dendamku, aku tak bisa tenang
membiarkan mereka hidup. Kalian tenang saja dan terima kasih atas perhatian
kalian. Aku pasti akan baik-baik saja di sini. Semoga suatu saat nanti, kita bisa dipertemukan kembali.”
***
hay, readers! setelah baca ini, singgah yuk mampir ke novel horor karya THIRTEEN yang satu ini. apa aja sih yang bisa membantu kita kalau ketindihan? jawabannya ada di sini: TOK TOK TOK. klik aja gambar kover di atas ya menuju MANGATOON. atau bisa buka di aplikasi NOVELTOON aja :=(D
0 komentar:
Posting Komentar