THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 27 Juli 2020

THE EYEPATCH - 3


Mata Anya masih belum mau bekerja sama malam itu untuk terpejam. Hal ini dikarenakan pikirannya masih melayang ke pertunjukan memanah tadi. Shue!


Tiap pulang kerja, pada sore hari, ia selalu menyempatkan diri ke sirkus untuk mengintip latihan memanah Shue. Hatinya terkagum-kagum melihat kemahiran Shue memanah sasarannya. Meskipun ia harus mendapat teguran para staf  karena telah memasuki wilayah latihan, ia tak juga kapok untuk menonton Shue memanah diam-diam. Ia selalu mencari posisi yang strategis untuk memperhatikannya, hingga pada suatu hari Shue sendiri yang menegurnya.

Saat itu, tanpa sengaja anak panah Shue hampir saja mengenai Anya. Anya terkejut. Hampir saja anak panah pemuda yang dikaguminya itu mencederainya.

“Eh, kamu tuh udah berapa kali dibilangin! Kenapa sih masih bandel juga? Sudah ditulis di depan pagar ini, kan? ‘Dilarang mendekati area latihan memanah’. Kalo kamu kena, gimana?”

“Oh gitu, ya. Maaf, ya. Habis, aku suka sekali melihat latihan memanahmu,” sahut Anya terpana. Matanya tak bisa lepas dari wajah Shue.

“Kamu tidak takut?”

“Kenapa harus takut?”

Shue menatap Anya lebih dalam lagi. “Mau tahu bagaimana rasa takut itu? Bagaimana rasa takut menghadapi anak panah?”

Anya mengerutkan keningnya.

Shue mengalihkan pandangannya. “Kalo penasaran, datang saja ke pertunjukan memanahku malam minggu. Kamu akan tahu.”

Itulah alasan mengapa Shue menawarinya menjadi relawan dalam pertunjukannya. Hanya untuk mengenalkan rasa takut melihat bidikan panah.

Anya menerimanya dengan senang hati saat itu. Ia belum merasakan rasa takut yang dimaksudkan Shue karena selama jadi relawan, ia hanya memperhatikan mata tajam Shue, bukan anak panahnya…


Sudah dua kali Anya menjadi relawannya. Tak seperti kebanyakan gadis yang pernah jadi relawannya, tak ada yang rela melakukannya lebih dari sekali karena takut. Takut melihat anak panah yang runcing melaju ke arahnya.

Anya lalu memejamkan matanya. Wajah dan suara beku Shue masih terngiang-ngiang di benaknya. Ia memang sudah dua kali menjadi relawan dalam pertunjukannya dan ia akan melakukannya lagi. Bukannya tanpa alasan, tapi ia ingin mengenal Shue lebih dekat lagi. Shue benar-benar sudah menyita sebagian pikirannya!

Apa benar ini yang namanya cinta?

***

“Yang benar saja? Bisa-bisanya kamu jatuh cinta sama orang sirkus macam Shue itu!” komentar Lili saat Anya menceritakan perasaannya pada si pemanah sirkus itu. Pagi itu mereka yang sedang berpakaian putih-putih tengah berjalan menuju tempat kerja. “Usianya juga lebih muda daripada kita.”

“Ya, mau bagaimana lagi? Namanya juga perasaan yang tak bisa dicegah. Apa salah menyukai cowok yang lebih muda? Aku kan tak kelihatan lebih tua darinya.”

“Anya … Anya! Sudahlah, jangan banyak bermimpi seperti itu sebelum kamu menyesal! Shue itu orang sirkus dan sirkus yang ditempatinya itu akan selalu berpindah tempat. Lupakanlah perasaanmu padanya. Carilah pria yang hidup menetap seperti kita,” tegur Lili. “Bisa saja kan cintamu itu hanya cinta monyet belaka, jadi jangan terlalu dianggap seriuslah!”

Anya terdiam. Ia membenarkan perkataan Lili. Ia menunduk lesu dan merenung. Anya lalu mengangkat mukanya. Tiba-tiba saja tatapannya terpaku. Tapi ia tak menatap Lili. Lili mengikuti arah pandang Anya. Dilihatnya Shue dan kedua temannya di sebuah lorong.

“Heh, panjang umur tuh anak! Baru aja diomongin,” komentar Lili.

“Ssst! Li, sepertinya ada yang nggak beres deh di antara mereka,” sahut Anya curiga. Shue tampak bersitegang dengan kedua temannya itu.

“Ala! Udah. Itu urusan mereka. Yuk, buruan! Ntar terlambat kerja, lagi,” Lili menyadarkan Anya dan bergegas menarik tangannya.

Anya tak punya alasan untuk menentang. Ia menoleh cemas ke arah Shue sebelum hilang dari pandangan.

***

“Pokoknya aku takkan kembali lagi ke sana! Titik!” seru Shue gusar pada kedua temannya tadi yang ternyata bukan orang sirkus, tapi orang yang dikenali Shue sebelum ia bergabung di sirkus.

“Tapi berbahaya, Fuad! Kau bisa celaka kalau berada di situ terus!” tegur rekannya menyebutkan nama aslinya. “Hentikan penyamaranmu ini!”

“Kalian tak bisa mencegahku untuk melakukannya! Aku akan tetap mencari geng pemanah itu! Aku takkan melepaskan mereka begitu saja! Kalian harus mengerti perasaanku mengapa aku mau bergabung ke tim sirkus itu!” Shue membantah.

“Tapi apa kamu yakin geng pemanah itu ada di sana?”

Shue kemudian menunjukkan sesuatu dari sakunya. Ia mengacungkan sebuah anak panah. “Aku menemukan anak panah yang sama di arena sirkus itu, saat mereka sedang berpawai mengelilingi desa kita dulu untuk mempromosikan sirkus mereka. Ini anak panah dengan logo kalajengking yang sama. Dan aku yakin aku tak salah lagi, dan aku takkan pernah mau mundur sebelum bisa menemukan mereka!”

Kedua rekannya saling memandangi pasrah. Mereka sadar takkan bisa mengubah pendirian Shue lagi.

“Kalian harus mengerti perasaanku. Aku takkan membiarkan mereka lolos! Sebelum aku menemukan pelakunya, aku takkan mau kembali ke panti asuhan,” tolak Shue karena kedua rekannya bersikeras mempengaruhi Shue kembali. “Aku akan terus keliling Indonesia dan terus hidup berpindah-pindah. Jadi mungkin suatu saat kalian tak bisa menemukanku lagi. Jadi sudahi saja usaha kalian karena akan sia-sia saja.”

Salah seorang rekannya kemudian menepuk bahunya. “Baiklah! Kami paham. Tapi kau harus janji kau harus jaga diri baik-baik, ya. Kami pasti akan merindukan dan mendoakanmu,” ujar temannya itu.

Mata Shue berkaca-kaca. Sudah sekitar 7 tahun mereka bertiga selalu bersama di panti asuhan. Jadi wajar saja jika mereka menginginkan kepulangannya. Shue lalu memeluk mereka berdua. “Kalian juga jaga diri kalian. Sekolah yang tinggi agar kehidupan kalian bisa lebih baik lagi. Maafkan aku tak bisa memenuhi harapan kalian untuk berkumpul lagi. Tapi aku benar-benar tak bisa sebelum bisa membalaskan dendamku, aku tak bisa tenang membiarkan mereka hidup. Kalian tenang saja dan terima kasih atas perhatian kalian. Aku pasti akan baik-baik saja di sini. Semoga  suatu saat nanti, kita bisa dipertemukan kembali.”

***

https://mangatoon.mobi/id/detail/333845/episodes

hay, readers! setelah baca ini, singgah yuk mampir ke novel horor karya THIRTEEN yang satu ini. apa aja sih yang bisa membantu kita kalau ketindihan? jawabannya ada di sini: TOK TOK TOK. klik aja gambar kover di atas ya menuju MANGATOON. atau bisa buka di aplikasi NOVELTOON aja :=(D

0 komentar: