Suara petir yang
membahana masih saja memeriahkan hari yang semakin gelap itu. Seorang siswi SMP
berlari-larian menghindari hujan yang mulai turun dengan tasnya. Malam itu, hujan
malah semakin deras disertai oleh angin kencang yang menusuk tulang. Suara
petir yang menyambar-nyambar pun tak mau kalah. Karena kondisi tersebutlah
gadis itu memutuskan untuk berteduh. Ia pun mencari-cari tempat berteduh dan
akhirnya ia menemukan sebuah gedung tua kosong, sunyi, dan menyeramkan. Namun
kesemuanya itu tak menghalanginya untuk tetap berteduh di bangunan yang ada
satu-satunya di sekitar sana.
Gadis itu masuk begitu
saja ke terasnya. Setelah berhasil menenangkan dirinya dari hujan yang
menyergapinya, ia mendongak memandang ke langit yang berkerlap-kerlip karena
cahaya petir. Sebenarnya ia merasa itu merupakan pemandangan yang indah,
apalagi berlatar belakang langit hitam tebal. Tapi sebaliknya begitu ia
memperhatikan dengan seksama gedung yang disinggahinya itu.
Gedung tua yang benar-benar
kumuh dan tak terawat itu terdiri dari 2 lantai bertingkat, tapi lantai dua-nya
habis terbakar. Tembok gedung itu retak sana-sini dan diramaikan oleh sarang
laba-laba di mana-mana. Dan yang lebih membuat gedung itu terkesan mengerikan
adalah suara engsel-engsel pintu dan jendela yang hampir copot semua. Engsel-engsel
itu menciptakan nada suara yang seperti nyanyian kesunyian.
Gadis itu mendekap
dirinya sendiri. Selain dinginnya udara, kesunyian gedung itu juga membuat bulu
kuduknya merinding. Ia sangat kedinginan, tapi juga sangat ketakutan. “Hujan,
segeralah berhenti. Kumohon,” ia memelas. “Duh, kenapa juga sih harus pulang
bimbel malam-malam begini,” keluhnya. “Kalau saja bukan karena mengincar SMA
favorit, mungkin aku takkan pernah mau bimbel.”
Ia lalu teringat
pimpinan panti asuhan tempatnya tinggal setahun ini, yang begitu berharap
padanya, sampai-sampai ia rela mengeluarkan uang banyak demi pelajaran
tambahannya itu. Itu semua karena para donatur akan semakin senang jika
anak-anak panti di yayasannya berprestasi.
Karena kedinginan yang
semakin mencekik, akhirnya gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam. Sambil
melangkah perlahan, ia melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru. “Sebenarnya
bangunan apa ini?”
***
karya THIRTEEN yang berikutnya berjudul RITUAL 100 KISAH HOROR di aplikasi STORIAL. Silakan klik gambar kover di atas menuju novelnya, dijamin lebih menyegarkan karena berisi kumpulan cerita pendek, tapi ini khusus dewasa karena menyajikan horor gore yang lebih mengerikan lagi. yang di bawah umur tolong jangan mampir yah! :=(D
0 komentar:
Posting Komentar