THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 02 Juli 2020

SCARFACE (prolog)



Suara petir yang membahana masih saja memeriahkan hari yang semakin gelap itu. Seorang siswi SMP berlari-larian menghindari hujan yang mulai turun dengan tasnya. Malam itu, hujan malah semakin deras disertai oleh angin kencang yang menusuk tulang. Suara petir yang menyambar-nyambar pun tak mau kalah. Karena kondisi tersebutlah gadis itu memutuskan untuk berteduh. Ia pun mencari-cari tempat berteduh dan akhirnya ia menemukan sebuah gedung tua kosong, sunyi, dan menyeramkan. Namun kesemuanya itu tak menghalanginya untuk tetap berteduh di bangunan yang ada satu-satunya di sekitar sana.

Gadis itu masuk begitu saja ke terasnya. Setelah berhasil menenangkan dirinya dari hujan yang menyergapinya, ia mendongak memandang ke langit yang berkerlap-kerlip karena cahaya petir. Sebenarnya ia merasa itu merupakan pemandangan yang indah, apalagi berlatar belakang langit hitam tebal. Tapi sebaliknya begitu ia memperhatikan dengan seksama gedung yang disinggahinya itu.

Gedung tua yang benar-benar kumuh dan tak terawat itu terdiri dari 2 lantai bertingkat, tapi lantai dua-nya habis terbakar. Tembok gedung itu retak sana-sini dan diramaikan oleh sarang laba-laba di mana-mana. Dan yang lebih membuat gedung itu terkesan mengerikan adalah suara engsel-engsel pintu dan jendela yang hampir copot semua. Engsel-engsel itu menciptakan nada suara yang seperti nyanyian kesunyian.

Gadis itu mendekap dirinya sendiri. Selain dinginnya udara, kesunyian gedung itu juga membuat bulu kuduknya merinding. Ia sangat kedinginan, tapi juga sangat ketakutan. “Hujan, segeralah berhenti. Kumohon,” ia memelas. “Duh, kenapa juga sih harus pulang bimbel malam-malam begini,” keluhnya. “Kalau saja bukan karena mengincar SMA favorit, mungkin aku takkan pernah mau bimbel.”

Ia lalu teringat pimpinan panti asuhan tempatnya tinggal setahun ini, yang begitu berharap padanya, sampai-sampai ia rela mengeluarkan uang banyak demi pelajaran tambahannya itu. Itu semua karena para donatur akan semakin senang jika anak-anak panti di yayasannya berprestasi.

Karena kedinginan yang semakin mencekik, akhirnya gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam. Sambil melangkah perlahan, ia melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru. “Sebenarnya bangunan apa ini?”

***

https://storial.co/book/ritual-100-kisah-horor

karya THIRTEEN yang berikutnya berjudul RITUAL 100 KISAH HOROR di aplikasi STORIAL. Silakan klik gambar kover di atas menuju novelnya, dijamin lebih menyegarkan karena berisi kumpulan cerita pendek, tapi ini khusus dewasa karena menyajikan horor gore yang lebih mengerikan lagi. yang di bawah umur tolong jangan mampir yah! :=(D

0 komentar: