THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 17 Juli 2020

REFF - 2



Karena perasaan berdosanya itulah—10 tahun kemudian—ia memutuskan untuk meninggalkan keluarga bahagianya demi mencari-cari keberadaan keluarga rahasianya itu. Entah berada di mana mereka sekarang. Perasaan menyesal selalu melingkupinya setelah 5 tahun mencari hingga sekarang. Ia sama sekali tak mendapatkan hasilnya dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke keluarga yang sudah ditinggalkannya selama 5 tahun itu.

Bu Sonia menghela air matanya. Ia benar-benar menyesal sudah menyerahkan bayi pertamanya pada pemuda itu. Ia berpikiran seandainya saja ia ikut membawa bayinya itu, bayinya pasti akan tumbuh menjadi seorang pemuda berusia 16 tahun sekarang. Tapi sekali lagi, ia benar-benar terlambat menyadari kesalahan fatalnya itu. Perasaan kehilangan pun terus menghantuinya selama bertahun-tahun.

Akhirnya ia beranjak meninggalkan stasiun. Ia mendongak dan memandangi langit yang sudah mulai gelap. Ia harus segera mencari penginapan karena tempat tinggalnya masih jauh dan sulit untuk mencari taksi di tempat itu, apalagi di malam hari.

Bu Sonia mempercepat langkahnya ketika seorang berandalan mabuk menjahilinya. Untung saja ia bisa menghindar. Namun begitu tiba di tikungan, ia malah bertabrakan dengan pemuda lain. Rupanya seorang pengamen jalanan yang sedang menenteng sebuah gitar.

Barang-barang Bu Sonia pun berjatuhan. Ia sempat panik karena takut akan bertemu dengan preman jalanan lagi, makanya ia buru-buru memungut kembali barang-barangnya. Akan tetapi, pemuda belia tadi lalu membantu memunguti barang-barangnya yang terjatuh. Bu Sonia terperangah. Rupanya pemuda belia yang ditabraknya itu tak berbahaya seperti yang disangkanya tadi, meskipun penampilannya acak-acakan—tak jauh seperti anak berandalan mabuk yang menjahilinya tadi.

Tapi pemuda itu tak langsung menyerahkan barang-barangnya pada Bu Sonia. Ia tersenyum pada wanita itu begitu keduanya saling berhadapan. “Malam-malam begini, Anda mau ke mana? Ada yang bisa saya bantu?” ia menawarkan bantuan dengan nada suaranya yang terdengar menyenangkan.

“Saya mencari penginapan, Nak! Kamu tahu ada di sekitar mana?”

“Oh, tak jauh dari sini kok! Biar kuantarkan Anda ke sana. Mari,” ajaknya sopan sambil membawakan barang-barang Bu Sonia.

Kebaikan hati pemuda belia itu membuat hatinya tersentuh. Sambil menuju penginapan tersebut, mereka pun bercakap-cakap di bawah sinar lampu yang mereka lewati.

“Jadi Nyonya tak bisa pulang langsung karena tak ada taksi malam-malam begini, ya? Iya, benar, Nyonya! Memang sudah larut malam begini sebaiknya cari penginapan saja. Di sekitar sini angker karena banyak pemabuknya.”

Bu Sonia hanya mengangguk-angguk saja. “Kau mengingatkan Ibu pada putra Ibu di rumah. Sepertinya usia kalian sepantaran,” komentar Bu Sonia sambil mengamati postur tubuh pemuda itu.

“Oh, ya? Putra Anda pasti bahagia memiliki ibu secantik Anda,” komentar pemuda itu simpel. Tampak sebuah tato bergambarkan kunci G di tengkuknya.

“Tapi sayangnya, Ibu sudah meninggalkannya selama 5 tahun,” curhat wanita itu sedih.

“Kenapa?” pemuda itu bertanya sambil mengernyit.

“Itu karena Ibu harus mencari seseorang. Makanya Ibu baru bisa pulang sekarang.”

“Ketemu orangnya?”

Bu Sonia terdiam dengan raut wajah yang semakin murung. Tangisnya hampir saja pecah.

Pemuda tadi jadi menyesal sudah mempertanyakannya. “Maaf ya, Nyonya! Sepertinya aku sudah terlalu banyak bicara.”

Bu Sonia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Oh, tidak! Tidak apa-apa. Malahan bagus karena Ibu kan sedang butuh teman curhat.”

Mendengar itu, pemuda itu jadi tampak lega.

“Oh, iya! Ibumu juga pasti bahagia memiliki putra sepertimu,” komentar Bu Sonia mengalihkan suasana.

Pemuda itu sempat tersentak mendengarnya. Tapi ia memaksakan untuk tetap tersenyum dan tak memberikan respon apa-apa.

Akhirnya tibalah mereka di depan sebuah penginapan. “Nah, kita sudah sampai! Ini penginapannya,” kata pemuda itu sambil menurunkan barang-barangnya.

“Terima kasih, anak muda! Kalau tidak bertemu denganmu, entah bagaimana jadinya.”

“Iya! Kembali. Senang membantu Anda. Permisi,” pamit pemuda itu sambil menganggukkan kepalanya sedikit merendah.

“Tu-tunggu dulu!” cegat Bu Sonia. Ia buru-buru mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. “Terimalah ini!” katanya sambil memberikan uang itu padanya.

“Ti-tidak perlu, Nyonya! Aku ikhlas kok melakukannya!” tapi pemuda itu malah buru-buru menolaknya.

“Tidak apa-apa. Ibu juga ikhlas, kok. Terimalah!” Ia lalu menarik jemari pemuda itu dan menyimpan uang itu di genggamannya.

Pemuda itu tampak senang begitu melihat jumlahnya, meskipun ia juga segan menerimanya. “Te-terima kasih! Seharusnya Anda kan tak perlu memberi sebanyak ini. Aku kan hanya mengantar saja,” katanya malu-malu.

“Tidak apa-apa! Karena kamu baik hati, Ibu jadi tak ragu lagi untuk memberikannya padamu.”

Pemuda itu menggigit bibirnya sambil tersipu malu. “Sekali lagi, terima kasih ya, Nyonya! Aku pergi dulu. Permisi,” katanya sambil berlalu.

“Ya, hati-hati ya!” Bu Sonia pun kembali melanjutkan langkahnya ke dalam. Akan tetapi, ia langsung berbalik lagi begitu melupakan sesuatu. “Tunggu anak muda, siapa namamu?”

Akan tetapi, pemuda bergitar itu sudah menghilangkan jejaknya… 

***

https://mangatoon.mobi/id/detail/333845/episodes

hy! karya novel horor misteri THIRTEEN hadir lagi loh, kali ini disuguhkan di aplikasi NOVELTOON yang mengisahkan tentang perjalanan unik seorang gadis setelah mengalami ketindihan, suatu tema yang belum pernah diangkat sebelumnya. silakan baca kisah-kisah ketindihanku dengan ngeklik gambar kover TOK TOK TOK ini ya. makasi readers! :=(D

0 komentar: