”I am not okay...”
Lagu itu masih berdendang
asyik hingga membuat para penikmatnya menari sampai lupa diri. Atar yang tengah
menyaksikan para penari moderen itu malah tampak tak menikmati lagunya. Ia
tampak tak puas dan terlihat putus asa.
”Huft, Jack! Sepertinya kali
ini tak ada kriteria penari yang kita butuhkan untuk memenangkan kompetisi
bulan depan,” keluhnya.
”Kenapa? Mereka itu penari
terbaik waktu di sekolah mereka dulu, loh.”
”Tapi kita tak harus mengambil
orang dari para junior, kan? Kan bisa dari sesama angkatan atau bahkan senior
kita.”
Jack kembali meluruskan
wajahnya menyaksikan aksi anak-anak baru itu dengan tatapan prihatin. ”Padahal
kau sendiri tahu kan di angkatan kita tak ada yang memenuhi kriteria.”
Sementara itu, hati Atar
bertambah hancur begitu melihat salah seorang penari di aula yang bertubuh
gendut itu menari dengan kocaknya. Tubuh tembemnya menari ke sana-ke sini
seperti agar-agar menari. Atar langsung meninggalkan tempat itu sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
***
”Cok, bagaimana keadaanmu?”
tanya Kile saat menjenguk Coki di ruang jenguk tahanan.
Coki diam saja sambil terus
menunduk. Tentu saja rasa sakit hatinya pada gadis itu belum terobati secepat
itu dalam tiga hari.
Wajah Kile terlihat sedih
melihat reaksi itu. Perlahan ia kemudian menyodorkan sebuah rantang ke meja.
”I-ini, sayur asam dan kapurung kesukaan kamu.”
Mendengar itu, Coki langsung
naik pitam. Spontan ia bangkit kemudian langsung menepis rantang itu dengan
gusarnya hingga isinya jatuh berhamburan ke lantai.
Kile terkejut setengah mati.
”Kau pikir dengan membawakan
makanan kesukaanku, aku bisa memaafkanmu semudah itu, Kil?!”
Kile hanya langsung menangis
tersedu-sedu.
”Sebenarnya apa maumu?! Kau
pasti hanya ingin melihatku menderita di sini, kan?! Kau datang ke sini pasti
hanya untuk mengejekku, kan?! Aku benar-benar nggak mengerti jalan pikiranmu!
Kau bisa membuatku gila, Kil! Kau bisa membuatku gila!!”
Kile menggeleng-geleng
menepiskan pernyataan itu. Ia hanya dapat menyatakan rasa sayangnya pada Coki
dalam hati.
”Sekarang aku mau kamu pergi!
Pergi! Pergi dari sini, dasar munafik! Dan jangan pernah kembali lagi! Aku muak
melihat wajahmu yang sok bersih itu!” pekik Coki berang sambil mengacungkan
tangannya ke luar.
Kile masih terus menangis
sedih.
Coki juga jadi ingin menangis.
Perasaannya begitu hancur menerima kenyataan pahit itu. Ia merasa dipermainkan
oleh Kile. Akhirnya ia pun langsung keluar dari ruangan tersebut karena tak
tahan melihat Kile menangis.
”Padahal yang seharusnya menangis itu kan aku! Aku! Mengapa harus ia yang
kelihatannya lebih menderita daripada aku?! Apa iya dia benar-benar peduli
padaku?” batin Coki
menjerit-jerit sementara ia semakin mempercepat langkahnya menuju sel-nya.
Kile berusaha menghentikan
tangisnya. Ia merasa sedih sekali begitu melihat makanan yang berceceran di
lantai itu. Hatinya hancur. ”Rupanya Coki masih belum dapat memaafkan aku.
Padahal aku melakukan ini semua demi kebaikannya sendiri. Aku sayang banget
sama ia. Tapi ia sama sekali tak mengerti.”
***
Raut wajah Kile masih terlihat
sendu. Sudah beberapa minggu ini ia sudah tak menjenguk Coki karena Coki sama
sekali sudah tak mau menerimanya. Padahal ia sudah beberapa kali mencoba
menjenguk Coki, namun nihil. Sejak Kile menjenguknya untuk pertama kalinya,
Coki sudah tak mau menerimanya lagi.
Kile meringkuk sedih dan
membiarkan angin sepoi-sepoi membelai punggungnya. ”Coki, andaikan saja kau mau
mengerti perasaanku..”
Di saat Kile hendak memejamkan
mata, tiba-tiba saja muncul seseorang yang datang mengejutkannya. ”Kile!
Melamun saja!” seru orang itu sambil menepuk bahu Kile.
Kile mendongak dan menatap
orang itu. ”Atar?!”
Lelaki yang bernama Atar itu
kemudian ikut duduk di samping Kile. Ia memandang lurus ke depan sambil
memicingkan matanya melawan arah angin yang bertiup. Lalu ia memandang Kile.
”Ada apa? Akhir-akhir ini kau kelihatan sedih? Kenapa?”
Kile membisu. Tentu saja ia
tak mau menceritakan masalah yang dipendamnya itu, meskipun pada Atar—teman
dekatnya sendiri. ”Ah, tidak ada apa-apa.” Kile tersenyum simpel.
Atar memandangi Kile cukup
lama. Matanya seolah menyelidiki raut wajah Kile. Akhirnya ia mau mengerti dan
tak berusaha lagi untuk mendapatkan jawabannya. ”Oh, gitu ya?”
Atar kembali menatap lurus
sambil memicingkan mata. Ia memandangi pepohonan yang rimbun dari puncak gedung
tempat mereka kuliah itu. ”Subhanallah, ciptaan Illahi, cukup ampuh untuk
menenangkan hati. Begitu, kan, Kil?” Atar kembali menoleh pada Kile sambil
tersenyum ringan.
Kile hanya mengangguk kecil
sambil tersenyum tipis dan terus menunduk.
”Nggak masalah jika kamu tak
mau cerita. Itu hak kamu. Tapi jika kamu ada masalah berat, percaya deh pada
Allah. Ia pasti akan memberikanmu jalan keluar dengan jalan berdoa dan
berusaha!” Atar memotivasi Kile.
Kile merenung. Ia kemudian
mendongak pada Atar. Perasaan salutnya bertambah begitu mendengarkan kata-kata
yang bijak itu.
Atar lalu berdiri. ”Sudah ya,
Kil. Aku ada urusan di perpustakaan, ada yang harus kucari. Assalamu alaikum.”
”Walaikum salam,” Kile
membalas salamnya. Atar pun beranjak pergi.
”Atar!” Kile memanggil sambil
ikut berdiri juga. Atar menoleh. ”Te-terima kasih! Maaf sudah membuatmu cemas.”
Atar tersenyum hangat.
”Sudahlah, tak usah dipikirkan ya. Kita kan teman!”
”Semoga saja audisi boy band-mu sukses, ya. Good luck!” ucap Kile sambil tersenyum
manis.
Atar hanya mengangguk-angguk,
tak bisa menyembunyikan kelemasannya. ”Amin.” Ia kemudian pergi.
Kile menatap kepergian Atar.
Sebenarnya ia mengagumi pemuda itu karena Atar mengingatkannya pada Coki. Sudah
satu setengah bulan Coki mendekam di dalam penjara. Waktu berjalan dengan
cepat. Kini ia sudah semester 2, seangkatan dengan Atar yang merupakan mahasiswa
berprestasi. Di balik sosok santainya itu, tak ada yang menyangka jika sebenarnya
ia adalah orang yang genius namun tidak menonjol.
”Andaikan saja Coki sebaik
Atar...” Kile menghela napas.
***
hy, readers! simak yuk novel horor terbaru THIRTEEN di aplikasi NOVELTOON atau di web MANGATOON pada kompetisi cerita seram. ceritanya lain daripada yang lain karena menceritakan tentang kisah-kisah ketindihan, yang lain mana ada seperti ini. hanya THIRTEEN yang berani coba! silakan klik gambar kover di atas tuk mampir. makasi :=(D
0 komentar:
Posting Komentar