THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 16 Oktober 2015

west movie (horor psikologi): case 39

hay, kepoers! kali ini postingan horor lagi ya? aku tuh doyan banget sama yang namanya horor gitu. tapi ga sembarang horor sih aku suka, aku sukanya horor yang antimainstream aja alias horornya ga 'telanjang' amat, maksudnya hantunya terlalu tampak make up banget tuh. aku lebi suka si ama horor barat karna menurutku si mereka pinter banget bikin yang antimainstream getu yang beda daripada yang lain. di situlah keunggulannya barat, ga hanya nonjolin hantu berseragam mulu. mereka pinter bikin type horor yang lain misalnya kayak di film ini nih yang bersub genre psikological horor. bagaimana bagusnya sub genre ini diramu agar tetap nyelekit? aku si nonton ini awalnya di trans tv tahun lalu sekitar awal november tuh. n awalnya si liat biasa bangetlah eh tahu2nya di tengah2 konflik tuh bikin ga berani ke wc sendirian! aku jadi suka ama genre horor psikologi ini. meski awalnya datar2 aja si tapi konfliknya hiiii. aku sampe ga bisa bobo karna ga mengantuk sama sekali ampe begadang ga jelas getu gara2 si kecil ini nih yang juga di film ga bisa bobo kan? bukannya takut si tapi malah ketagihan mo nonton film sebagus ne lagi. kalo awalnya dilihat kan si gadis kecil itu tampak tak berdaya, eh ternyata... ntar liat aja konfliknya n tonton sendiri tuk cari tahu siapa gadis kecil itu sebenarnya, hiiii. tapi maaf nih ga pinter cari video yang bener2 full HD. n lagi tentu aja video2nya bahasa inggris tanpa sub title tentunya. aku juga dah buat sih screenshoot-nya pake bahasaku sendiri sih, soalnya aku cari screenshoot-nya di berbagai situs tapi mereka hanya ulas spoiler, sinopsis dalam bentuk blurpsnya aja. jadi maklum aja kalo bahasa screenshoot-ku ini berantakan banget, moga bisa dipahami alur ceritanya. aku posting ini karna aku kangen mo nonton horor psikologi kayak gene lagi hiks2, tapi kurang banget referensi di tv sana. padahal aku pecinta horor berat!
oke, uda pada mo nonton gak filmnya? tapi suaranya kurang jernih nih, sori ya! dah deh kalo mo nonton, langsung klik aja ya gambarnya tuk menuju youtube filmnya, ato bisa juga cari video lainnya yang dirasa lebi ngena di hati. ga lupa aku lampirkan juga paling bawah sana screenshoot buatanku yang aku posting di picture fb bungsuku pada tanggal 6 november 2014. chek it out, kepoers!!!

https://www.youtube.com/watch?v=jXia12mMjW0

Horor psikologi: CASE 39.
Suka · Komentari · Bagikan · 6 November 2014 

 (Sama seperti waktu aku menceritakan the ring, aku pake pov 1 ya)...
Seorang gadis kecil memiliki masalah kepribadian akan orangtuanya. Kasus si kecil itu menyita perhatianku untuk membantunya. Kucoba menyelami ketakutan gadis itu pada orangtuanya dan ia berkata bahwa orangtuanya ingin mengirimnya ke neraka. Tentu saja kucoba untuk membesarkan hati gadis kecil itu bahwa tak ada orangtua yang mau mencelakakan anaknya sendiri. Namun ternyata aku salah...
Ia menelponku tengah malam karena aku menyuruhnya untuk menelpon kalau ada apa-apa. Jujur aku mencemaskan gadis kecil malang itu. Kekhawatiranku terbukti dan bagai insting seorang ibu, aku pun bergegas ke rumahnya. Yang membuatku terkejut ketika datang ke rumahnya adalah perbuatan nekat kedua orangtuanya yang hendak membakarnya dalam oven besar. Untung saja aku berhasil menyelamatkannya dan kedua ortu bedebahnya pun masuk ruma sakit jiwa (ayah gadis itu bahkan mengalami pergeseran rahang yang mengerikan dalam upaya penyelamatan gadis itu)
Tapi mengapa mereka nekat mau membakar gadis itu di oven? Cukupkah dengan jawaban: karena mereka gila!
Sungguh gadis kecil yang malang dan membutuhkan terapi psikis untuk menghilangkan traumanya. Aku bertekad akan selalu membantunya semaksimalnya, termasuk mencarikannya orangtua angkat. Namun begitu mendapatkannya, ia malah mau tinggal denganku. So swit! Tapi aku tak yakin bisa merawatnya dengan baik. Ia terus memohon namun aku terus menolaknya meski tak tega. Aku juga sebenarnya ingin merawatnya. Aku sudah menganggapnya ana sendiri. Aku sudah begitu menyayanginya. Tapi aku ragu bisa mengurusnya dan takut ia jadi terlantar karena karirnya. Namun akhirnya aku mendapatkan hak adopsinya juga. Tentu saja ia senang sekali begitu pun denganku. Akhirnya aku punya teman serumah setelah sekian lamanya tinggal sendiri tanpa keluarga. Kuharap dia senang dengan kamar barunya dan senang tinggal denganku. Bagiku dia adalah putri kecilku, Lily.
Dan dimulailah hari-hariku bersama anak manis itu...
Seorang bocah lelaki 10 tahun senasib dengan Lily, terlahir dalam kekerasan di keluarganya. Aku pun mencoba menolong bocah malang itu namun mencengangkannya, semalam ia malah menghabisi kedua orangtuanya sendiri. Aku coba bicara baik-baik dengannya, bersama dengan pemerhati anak lainnya seperti Mike, Wayne & Doug.
Mike datang ke rumahku & herannya malah mengintrogasi Lily. Katanya gadis kecilku itulah yang menelpon dan mempengaruhi Diego membunuh ortunya. Tentu saja aku kebratan. Masa ana semanis ini yang... tapi tentunya bukan aku yang menelpon. Pasti ada salah paham di sini. Dia gadis yang baik, kok dicurigai begini?! Dia manis & patuh, ya meski pernah mengobrak-abrik barangku tapi kan namanya juga ana kecil. Maklum sajalah! Aku yakin Lily tak bersalah!
Case: ketakutan terbesarmu...
meskipun aku keibuan pada Lily & yakin ia tak bersalah, entah mengapa aku mulai merasakan ada yang tak beres pada ana manis ini. Kuperhatikan ia yang sedang berputaran tak henti di kursi putar kantorku. Aneh, apa ia tak pu
sing? Wajahnya pun datar seolah tak bereaksi mual. Bicaranya pun lancar sambil berputar meski kaku. Aku jadi mulai merinding. Tapi ah, mungkin hanya perasaanku saja!
Kutemui Diego yang syok karena sudah membunuh ortunya di ruang isolasi & bertanya, apa betul Lily yang menelponnya. Karena nomornya dari rumahku. Ia malah menjawab hal yang mencengangkan, bahwa yang menelponnya itu suara laki-laki! Tentu saja kasus ini semakin aneh. Tak ada laki-laki di rumahku, hanya ada aku & Lily...
setelah mengintrogasi Lily, Doug tampak ketakutan. Ia bilang, baru kali ini berbicara dengan anak yang penuh ancaman. Lily tak tampak seperti boca inosent lagi melainkan sosok dewasa & jenius saat diintrogasi. Ia pun pandai berbelit. Cara ngomongnya suda tak seperti usianya, malah mengajak bicara Doug tentang ketakutan! Doug pun membocorkan ketakutan terbesarnya pada lebah yang pernah menyengatnya waktu kecil. Lalu apa ketakutan terbesar Lily? Gadis kecil itu dengan cerdiknya menyembunyikannya.
Kecurigaan kami semakin bertamba pada ana aneh itu...
Korban 1: Doug...
Di rumahnya, Doug mnerima telpon dari nomor ruma Emily. Ragu ia angkat & mendengar suara tak jelas. Suara itu membuat telinganya berdengung. Namun telinganya malah gatal. Saat digaruk, keluarlah lebah dari liang telinganya! Tentu saja
ia jadi syok. Namun teror tak berhenti sampai di situ. Lebah-lebah itu malah semakin banyak mengepungnya. Ia berusaha untuk menyingkirkannya. Sia-sia saja, karena di belakang bajunya para lebah itu berhinggapan sangat banyak jumlahnya. Hati-hati ia melepas bajunya dan membuangnya keluar langsung menutup pintunya. Namun para lebah itu jumlahnya semakin meledak dan mendobrak-dobrak pintunya untuk menyengatnya. Doug memekik ketakutan & riwayatnya tamat karna terpeleset di wc dengan kepala retak...
*
Sedihnya saat Doug dimakamkan. Lily mencoba menenangkanku dengan membelai tanganku. Namun kutepis dia karena yakin betul dialah dalang semua ini. Pokoknya aku harus cari tahu. Siapa sebenarnya Lily?!
Lalu kucari tahu di ruma sakit jiwa tempat ortunya dirawat. Kulihat keadaan ibu Lily. Wanita itu diisolasi karena selalu merasa tubuhnya terbakar. Menggenaskan! Tapi aku masi bisa cari tahu ke ayah Lily & keluarlah sesuatu yang mengejutkan dari mulutnya: Lily itu bukan ana kami. Dia sudah membunuh keluarga kami secara tak langsung. Anak itu berjiwa iblis makanya kami mau membunuhnya waktu itu. Dan kau adalah korban berikutnya...
*
Jadi aku menampung ana iblis di rumahku?!
Gawat! Aku kepanikan di rumah. Apa yang harus kulakukan? Mula-mula kubuang semua telponku & mengambil pisau untuk jaga-jaga. Mumpung ia masi di skul... tak lama kemudian, ia pulang naik bus. Kusapa ia sok hangat. Ia mengeluh karna suda tak perna dijemput. Aku beralasan karena pkerjaan. Ia juga menanyakan di mana telpon-telponnya?
Aku tahu dari gaya bicara santainya, ia tahu aku suda mencurigainya...
*
Kuperhatikan gelagatnya di skul. Aku syok begitu melihat ia berbisik pada temannya & melihat mulutnya seperti iblis! Karena tak ingin temannya itu dalam bahaya, aku menyuruhnya berhenti skul. Ia terus menanyakan kenapa sampai puluhan kali tanpa jeda sambil menaiki lift. Meski pun ia berisik, aku takkan berubah pikiran! Ia tersenyum dingin & lift itu kemudian jatuh ke bawah. Syok setengah mati begitu kami tiba di bawah. Rupanya hanya perasaanku saja. Ia lalu keluar dengan gontainya dari lift. Syok!
*
Hari-hariku penu derita. Siapa yang tak ngeri coba suda menampung ana iblis?! Jadi stres! Di kantor pun jadi sering marah. Cape de... tiba-tiba saja Wayne menyapaku. Aku disuruhnya pulang, tapi aku bersikeras untuk ttap di sini setela ana itu hampir saja mencelakakanku. Siapa juga mau seruma sama iblis?! Tiba-tiba saja telponnya berbunyi & ia menyodorkannya padaku, katanya telpon untukku. Siapa? Aku menerimanya & bulu kudukku merinding saat mendengar suara Lily di sana: Emily, pulang! Kubanting telpon itu ngeri. Hi! Namun setelah diperhatikan baik-baik rupanya kantor itu kosong & sepi. Ponsel Wayne pun tak ada! Yang menemaniku hanya sebua kursi yang biasa diduduki Lily yang berputar-putar.
Kusadari, aku tak bisa ke mana-mana!
aku pulang! dan ia menyambutku sok hangat semakin membuatku gusar. kucuekin, cara omongnya malah mengancam. stres. ya sudahlah, sepertinya aku memang tak bisa lari darinya. malam itu makan seperti biasa dan kuperhatikan cara makannya yang boca banget. tapi itu malah membuatku semakin ketakutan!
saking stresnya, kulindungi diriku dengan menggembok pintu kamarku. kepanikan, tiba-tiba saja pakunya jatuh dan menggelinding ke... kaki Lily. gadis itu lalu dengan polosnya memberikanku paku itu, berlagak tak tahu kalau semua itu kulakukan agar bisa selamat darinya...
*
aku kembali ke ruma sakit jiwa. ayah Lily berpesan: cara membunuhnya adalah saat dia tidur namun ia jarang tidur. saat itu kami hampir saja berhasil membunuhnya seandainya saja kau tak mencegahnya karna saat itu ia sedang tidur. jadi itulah kelemahannya.
terus mengapa ia melakukan ini padaku? dan mengapa harus aku?
pria itu menjawab: karena kau baik dan ini semua sudah direncanakannya. dan ia melakukannya karena... ingin memperkenalkan neraka padamu!
korban 2 & 3: ortu Lily...
ibu Lily memekik-mekik ketakutan saat suster meninggalkan ruang isolasinya. ia ketakutan melihat sekelilingnya, karena ia tengah berada di dalam oven besar. ia menjerit-jerit agar dikeluarkan. namun tentu saja suster tak meng
hiraukannya dan membiarkannya menjerit-jerit seolah dipanggang dalam oven...
ayah Lily hendak makan di ruang makan & menegang begitu melihat temannya yang cara makannya sama seperti Lily. temannya itu lalu menyapanya dengan suara Lily. geram, ia lalu menyerang temannya itu namun terbunuh juga...
kumeringkuk ketakutan di kamar sementara hujan menggentayangiku. tiba-tiba saja Lily mengetuk pintuku. katanya ia mau tidur bersamaku karena ketakutan. hhiii! siapa juga mau?! kuabaikan, namun ia mengetuk pintuku semakin keras hingga menggedor dengan suara melengking. aku semakin ketakutan! tiba-tiba saja pintu lemariku berderak. sambil bawa pisau kucek, dan tiba-tiba saja sesosok wajah mengerikan muncul! wajah yang sangat seram, aku yakin itu adalah wujud Lily yang sebenarnya! kuterjang hujan deras smentara mahluk mengerikan itu mengejarku dengan beringasnya. akhirnya kumasuki sebuah bus & mahluk itu sudah tak tampak lagi. hosh-hosh...
apa yang harus kulakukan selanjutnya? ya. aku harus pergi dari rumaku sendiri. kumasuki mobil itu, namun... Lily ternyata sudah berada di sana. bocah itu sudah dengan wajah inosentnya.
kusadari, aku benar-benar tak bisa lari darinya & aku harus menuruti semua keinginannya meskipun harus takut setenga mati: menyayanginya...
korban 4: Mike...
aku curhat sama Mike, kalau aku tak gila. gadis itu benar-benar berbahaya! tapi Mike tak percaya kalau aku dan ortu Lily tak gila. aku bahkan meminta temanku untuk mencarikan ortu angkat yang lain untuk Lily. pokoknya boca itu haru se
gera menghilang dari kehidupanku!
setelah kematian ortu Lily, akhirnya Mike mau menyelidiki Lily dan memutuskan untuk percaya begitu mendengar suara percakapan Lily dengan Doug. namun, ia mati diduga bunu diri padahal ia menembak anjing yang menyerangnya di mobil hanya saja ia sendiri yang kena jadi dikira bunu diri...
*
syok! tak kutemukan gadis itu di kamarnya dan malah menemukan foto-foto ana korban kekerasan rumah tangga, termasuk foto masa kecilku beserta kedua orangtuaku. ternyata benar, semuanya telah direncanakannya. semuanya jadi semakin menakutkan!
geram, kujatuhkan tv yang tengah asyik ditontonnya. aku sudah tak tahan lagi dengannya dan ingin ia cepat keluar dari rumahku. namun bgitu disudutkan seperti itu, wajahnya kemudian berubah menua dan pucat suaranya juga berubah menjadi suara pria yang meraung. aku berlari ke kamar.
aku kembali mengurung diri di kamar. ia kembali menggedor pintu kamarku. kali ini dengan kekuatan dobel, bahkan sampai gembok-gembokku pun copot seolah pintu itu didobrak oleh truk besar. kuberusaha menahan pintunya, namun sia-sia saja bersembunyi darinya. ia mendapatkanku dengan mudah dan santainya di bawah meja. ia mengancamku untuk memperlakukannya seperti anak sendiri. oke, aku menyetujuinya. tapi aku punya rencana lain...
*
kumasukkan obat tidur dalam minuman kesukaannya dan membawakannya ke kamar. lalu dengan polosnya ia memintaku untuk minum juga. ups, aku tentu saja menolaknya dan tanpa curiga ia lalu menghabiskannya. semoga ini berhasil...
kuliat ia sudah terlelap & saatnya beraksi! kusirami bensin isi rumahku yang berantakan berkat monster itu kemudian membakarnya. aku sudah tak punya apa-apa lagi kini. yang kuselamatkan hanya ikan kesayanganku kemudian keluar dengan lunglainya setela sempat berada dalam kobaran api. terbebaskah aku darinya?
kupandangi rumahku yang terbakar dan sebuah tangan kemudian menggenggamku untuk menenangkanku. kuterpaku karna tahu betul siapa pemilik tangan dingin ini.
kejam! ia berkomentar. setelah ini kita akan tinggal dimana, Emily?!
siaaaallll!!! arrrghhh!!!
kukendarai mobilku bersamanya. menyebalkan! susa amat sih terlepas dari iblis ini!
pandanganku kosong. dan pilihan terakhirku adalah...
kukebutkan mobilku awut-awutan ke jalan raya, hampir nabrak sana-sini. akan kutemukan, ketakutanmu! akan kugali hal
yang paling kautakutkan itu agar bisa terbebas darimu.
ia menegurku agar tak ngebut dan malah mengingatkanku pada saat ibuku ngebut membawa aku dan adikku di jok belakang. ia tak ada lagi di jok sampingku, aku malah terbawa ke masa laluku dan mendengar jeritanku di masa kecil agar ibu tak ngebut. aku tahu halusinasi ini hanya untuk menghentikanku. namun aku takkan berhenti dan terus ngebut. ia tampak ketakutan sekarang dan yang terakhir adalah...
byur! mobilku pun sengaja kuarahkan ke laut. inilah penutupnya dan inilah kejutanku untukmu. aku lalu berusaha keluar dari mobil itu sementara ia mencekal tanganku. aku tak menyerah kemudian menenggelamkannya ke air. ia memekik nyaring dan seram serta memperlihatkan wajah seramnya yang sesungguhnya, sosok laki-laki seperti voldemort. kmudian aku berenang ke permukaan, meski tangannya sempat menggapaiku. untung saja aku bisa keluar dari mobil itu dan selamat. hosh-hosh, kurasa aku sdah berhasil membinasakannya. pengalaman mengerikanku pun berakhir.
ya, aku tahu... kalau ketakutan terbesarmu adalah: KETAKUTANMU SENDIRI!!!

  

0 komentar: