Sebagai penulis pemula, terkadang kita ingin segera menerbitkan buku
untuk menjadi eksis & terkenal. Padahal, ada banyak proses yang
mesti dilewati dan itu akan teridentifikasi sebagai kesalahan2 yang
tidak disadari. Berikut ini saya coba kutip hal yang belum di ketahui
sebagai kesalahan-kesalahan Penulis Pemula.
1). Kirim Naskah via e-mail
Meskipun dunia internet mudah diakses, bukan berarti kita bisa memanfaatkannya untuk semua hal, termasuk pengiriman naskah kepada penerbit melalui surel (email). Sependek yang saya tahu, pengiriman via email ini hanya untuk naskah-naskah yang sudah jelas-jelas akan diterbitkan atau naskah-naskah pesanan penerbit. Antara penulis dan penerbit telah terjalin kerjasama sebelumnya, sehingga fasilitas ini bisa dimanfaatkan.
Meskipun dunia internet mudah diakses, bukan berarti kita bisa memanfaatkannya untuk semua hal, termasuk pengiriman naskah kepada penerbit melalui surel (email). Sependek yang saya tahu, pengiriman via email ini hanya untuk naskah-naskah yang sudah jelas-jelas akan diterbitkan atau naskah-naskah pesanan penerbit. Antara penulis dan penerbit telah terjalin kerjasama sebelumnya, sehingga fasilitas ini bisa dimanfaatkan.
Bagi penulis pemula, sebaiknya tidak
mengirimkan naskah via email karena akan memakan waktu yang sangat
panjang. Bayangkan, jika 10 Penulis mengirim naskah novel yang tebalnya
200 halaman secara bersamaan. Akan perlu waktu berapa lama, bagian
sekretariat mengunduhnya? Perlu berapa lama mengeprintnya? Perlu berapa
rim pula kertas yang harus digunakan?
Selain waktu, biaya yang
akan dikeluarkan penerbit akan melambung tinggi dan bisa jadi akan
mendiamkan atau mencari kertas bekas untuk sekadar mengeprint. Padahal,
jika penulis pemula mau berkorban sedikit saja mengeluarkan modal untuk
mengeprint, menjilid, dan mempercantik tampilan jilidan, bisa jadi
naskah yang dikirim, begitu tiba di meja editor akuisi akan langsung
dibaca dan diputuskan segera.
2). Ingin Cepat Nerbitin Buku
Dunia kepenulisan sudah terbuka lebar, siapapun bisa jadi penulis, bahkan orang yang tidak pernah nulis naskah sekalipun tiba-tiba mengeluarkan buku lewat bantuan ghost writer. Belum lagi dengan banyaknya jasa self publishing yang tumbuh bak jamur di musim hujan, lengkap sudah, seolah daun pintu penerbitan dijebol.
Dunia kepenulisan sudah terbuka lebar, siapapun bisa jadi penulis, bahkan orang yang tidak pernah nulis naskah sekalipun tiba-tiba mengeluarkan buku lewat bantuan ghost writer. Belum lagi dengan banyaknya jasa self publishing yang tumbuh bak jamur di musim hujan, lengkap sudah, seolah daun pintu penerbitan dijebol.
Saya selalu
menyarankan bagi penulis pemula, menurut saya akan sangat baik jika
mengawali kariernya lewat media massa atau blog. Menulis artikel yang
baik, menarik, dan continue. Dengan banyak menulis artikel, ketahanan
kita sebagai penulis makin menggunung. Tahan ujian penolakan, tahan
dalam mengasah kemampuan, dan tahan dalam membentuk self branding.
Coba lihat, berapa penulis yang bertahan di alam jagad ini? Berapa
penulis yang pada saat ramai-ramainya novel remaja menulis buku, tetapi
kemudian tenggelam dalam lautan yang tak bernama? Sangat banyak. Ini
karena mereka tidak sabar ingin segera menerbitkan buku. Padahal, jika
saja mau bersabar, semuanya akan baik-baik saja.
3). Ingin Royalti 20 Persen
Dalam dunia kepenulisan, royalti buku itu antara 5-12 persen, kalau standar internasional malah 6-10 pesen (kalau tidak salah) dari harga jual, jadi kalau kita nulis buku harga jualnya 100.000,- dengan royalti 10% saja, ketika buku tersebut terjual 100.000 explar, maka royalti kita 1 Miliyar (dipotong pajak).
Dalam dunia kepenulisan, royalti buku itu antara 5-12 persen, kalau standar internasional malah 6-10 pesen (kalau tidak salah) dari harga jual, jadi kalau kita nulis buku harga jualnya 100.000,- dengan royalti 10% saja, ketika buku tersebut terjual 100.000 explar, maka royalti kita 1 Miliyar (dipotong pajak).
Penerbit juga terkadang menerapkan
royalti dari harga produksi dan ini besarannya dua kali lipat dari
royalti harga jual. Jangan sampai tidak jeli, ya. Royalti yang
besarannya dari biaya produksi bisa jadi nilainya lebih kecil.
Ketentuan besaran royalti di atas tentu saja tidak dengan serta merta,
melainkan dengan berbagai pertimbangan. Pertimbangan biaya produksi,
biaya promosi, biaya marketing, dan biaya lain-lain, jadi pasti sudah
terukur. Jangan sampai kita ngeyel, keukeuh minta royalti 20 persen dari
harga jual, ya.
4). Ingin Desain yang keren
Mungkin karena exited banget naskahnya bakal diterbitkan, seluruh kemampuan penulis dikerahkan sehingga memberi banyak sekali masukan untuk desain dan visualisasi bukunya kelak. Bahkan ada lho, yang naskahnya tidak mau diedit.
Mungkin karena exited banget naskahnya bakal diterbitkan, seluruh kemampuan penulis dikerahkan sehingga memberi banyak sekali masukan untuk desain dan visualisasi bukunya kelak. Bahkan ada lho, yang naskahnya tidak mau diedit.
Boleh memberi masukan, tetapi sekadar untuk menambah
referensi desainer di penerbit yang akan menerbitkan karya kita. Bukan
untuk berdebat tidak jelas, apalagi debat kusir. Percayalah, pada saat
penerbit menentukan sebuah desain cover dan visual untuk buku kita, maka
sudah mempertimbangkannya masak-masak.
5). Protes Usulan Editor
Ngambek karena usulannya tidak diakomodir editor? Lalu tidak mau bantu mempromokan bukunya? Lalu nggak mau nulis lagi? Lalu …? Jangan merugikan diri sendiri dengan sesuatu yang tidak produktif.
Ngambek karena usulannya tidak diakomodir editor? Lalu tidak mau bantu mempromokan bukunya? Lalu nggak mau nulis lagi? Lalu …? Jangan merugikan diri sendiri dengan sesuatu yang tidak produktif.
Jalani dahulu
apa yang telah dilakukan oleh penerbit kepada kita. Jika di tengah jalan
ada hambatan, baru kita protes. Jangan sampai buku belum terbit sudah
protes duluan. Repot kan, kalau nanti penerbit tidak percaya lagi kepada
kita?
6). Tidak Punya Rencana
Rencana kwartal, semester, pertahun itu penting saudara-saudara. Terutama untuk kontinuitas karya-karya yang akan kita tulis. Konon, di Eropa, penulis-penulis yang sudah terkenal itu memanage menulisnya dengan baik. Setiap karya akan didevelop selama 1.5 tahun.
Rencana kwartal, semester, pertahun itu penting saudara-saudara. Terutama untuk kontinuitas karya-karya yang akan kita tulis. Konon, di Eropa, penulis-penulis yang sudah terkenal itu memanage menulisnya dengan baik. Setiap karya akan didevelop selama 1.5 tahun.
Sebagai gambaran, JK. Rowling selama
nulis Harry Potter, dia melakukan hal seperti ini selama 6 bulan :
pertama survei, 6 bulan berikutnya menulis, dan 6 bulan berikutnya
promo. Hasilnya, setiap 1.5 tahun ada judul baru.
So, kalau sudah tahu seperti ini, apa kita mau diam saja? Mau cukup dengan nulis 1 buku saja dan tenggelam?
7). Merasa Jadi Seleb
Ini penyakit paling kronis penulis pemula. Artikel baru dimuat di media massa, lalu upload ke FB, Twitter, dan media sosial lainnya, diberi selamat sana-sini langsung jumawa. Belum lagi kalau naskahnya bakal diterbitkan. Hai, dunia tulis menulis itu bukan dunia hiburan, melainkan dunia yang sarat dengan pengetahuan. Oleh karena itu, berlakulah sebagaimana orang yang berpengetahuan.
Ini penyakit paling kronis penulis pemula. Artikel baru dimuat di media massa, lalu upload ke FB, Twitter, dan media sosial lainnya, diberi selamat sana-sini langsung jumawa. Belum lagi kalau naskahnya bakal diterbitkan. Hai, dunia tulis menulis itu bukan dunia hiburan, melainkan dunia yang sarat dengan pengetahuan. Oleh karena itu, berlakulah sebagaimana orang yang berpengetahuan.
Jangan sampai terjebak
dengan dunia teve yang hanya nayangin yang gemerlap-gemerlap. Saya
khawatir, jika penulis pemula belum apa-apa sudah merasa sebagai seleb,
tidak sempat mengasah jemarinya supaya lebih tajam lagi dalam menulis.
Tajam setajam silet.
Semoga bermanfaat dan sukses,
Salam pena,
Salam pena,
Ana Mardiana
https://www.facebook.com/groups/komunitaspenuliskreatif/permalink/957545787629334/
=======================================================================
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
=======================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan
menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan (di, ke),
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung
mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin
penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah
“mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah
memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa
kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing
naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5,
margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa
mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa
belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas
100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego
aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga
membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah
“hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu
padamu”.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya
kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya
adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang
bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file
hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul
kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk
naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit
tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu
sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit
indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai
apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri,
mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus
mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena
kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan
tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!
Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya
seperti:
-
novel
Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-
novel
Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-
Dll…
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan
yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:
-
Facebook
(DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya
masuk ke spam.)
-
WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor
asing, aku gak angkat.)
:=(D
0 komentar:
Posting Komentar