THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 22 Juni 2015

Perfect Enemy

Bulan Agustus 2012, aku pernah bermimpi mampir ke sebuah kios untuk membeli minuman dingin. Aku ingin sekali minuman itu karena panas-panas begini enaknya ya cendol hijau itu. Tapi penjualnya malah cuek-cuek saja tanpa melirikku sama sekali! Dia sedang asyik menghitung uangnya dengan santai, padahal kan bisa dilakukan setelah melayaniku. Dia hanya bilang tunggu dengan nada ogah-ogahan. Mungkin dia sudah terlalu puas karena banyak pelanggannya, jadi sombong dan merasa tak membutuhkan pembeli lagi, kan uangnya sudah banyak begitu. Duh, belagu banget sih ini orang! Aku bagaikan pembeli yang tak dianggap. Padahal aku sudah mengalah dengan menunggu. Akhirnya aku meninggalkan kiosnya dengan kesal sambil mengutuki si penjual itu, padahal aku ingin sekali minum es cendol itu!
Sekali lagi aku seolah mengalami hal yang sama dengan mimpiku itu di akhir Oktober 2014. Sekali lagi, aku ingin sekali membeli novel horor terbitan perusahaannya di sebuah grup FB. Ngiler seperti apa rasanya, karena aku memang pecinta horor. Namun apa yang kudapatkan, seperti yang kudapatkan di mimpi 2 tahun silam itu. Jangankan memberitahukan nomor rekeningnya, ia bahkan tak melayaniku dengan baik. Lagi-lagi aku tak mendapatkan apa-apa seperti dalam mimpi itu. Kecewa, tentu saja!
Bukannya karena bukunya habis, tapi ia tak mau menjualnya padaku karena aku mewek terus di inbox. Hanya karena itu! Padahal kan maksudnya hanya bercanda. Lagian dia kan masih muda, sama sepertiku. Sebaya lah, 20-an tahun. Duh, super judes amat penjualnya ini padaku sama seperti mimpiku yang sudah lama. Baru kali ini kutemui penjual buku yang seperti ini! Bukannya melayani pembeli bak raja, malah dijudesin.
Akhirnya aku pergi dari inbox itu. Hatiku sangat kesal dan merutukinya terus dalam hati sampai dendamku bisa terbalaskan! Pokoknya aku tak terima diperlakukan seperti itu. Sudah tak dapat bukunya, dijudesin pula. Pokoknya ia harus merasakan pembalasanku!
Dan sepanjang tahun 2013-2014 itu, aku selalu mimpi berkelahi dengan cewek jutek! Ya, memang begitulah aku. Meski di dalam mimpi, kalau ada tokoh yang ngeselin pasti bakal kubantai habis-habisan. Pokoknya aku harus menang. Di alam nyata, mungkin inilah orangnya!
Dia adalah salah satu orang istimewa yang namanya menjadi penghuni diari dunia mayaku. Beruntung banget ya dia…


Selasa, 6 Januari 2015 (subuh hari)

Kupandangi si pembunuh berdarah dingin itu dengan geram sambil mengepalkan jemari tangan seolah hendak memberinya bogem mentahku. Aku tak menyangka gadis berwajah cantik itulah pelakunya. Saat diwawancarai mengapa ia membunuh, ia tampak santai-santai saja sambil tersenyum culas tanpa merasa berdosa. Namun yang membuatku syok adalah siapa yang dibunuhnya!
Berita ini membuatku merasa sangat kehilangan orang itu, soalnya yang dibunuhnya itu adalah…
Aku yang sudah lama tak menonton berita di TV kaget setengah mati begitu mendengar nama orang yang dibunuhnya. Kalimat ‘orang yang dibunuhnya’ itu artinya orangnya mati, kan? Kumenggeleng-gelengkan kepala. Tidak! Ia tak boleh mati. Ini tak boleh terjadi. Tapi di berita dibilang begitu!
Aku tahu ia banyak musuh. Tapi aku tak menduga akan ada orang yang nekat membunuhnya! Tapi ia kan tak sejahat itu, meskipun nyebelin. Si pembunuh itulah yang jahat! Aku jadi sedih mendengar kabar ini, meskipun korban adalah sainganku dan kami selalu berantem, tapi sebenarnya jauh di lubuk hatiku terdalam meski orang-orang melihat kami musuhan, aku menyayanginya seperti sahabatku sendiri!
Ya, semuanya berawal saat ia menjudesin aku waktu bukunya mau kubeli dulu. Ia menolak menjual buku yang dijualnya padaku karena aku selalu mengirimkan pesan sambil mewek di inbox FB-nya. Padahal aku sama sekali tak bermaksud kurang ajar, hanya bercanda saja.
Meski saat itu aku dendam padanya, tapi aku masih care sama dia. Memang sih ia orangnya judes dan pedas, apalagi kulihat banyak yang memusuhinya tapi banyak juga yang menyayanginya. Meski pun aku memaki-makinya, tapi aku tak benar-benar membencinya apalagi mengharapkan kematiannya!
Tapi apa yang ada di hadapanku sekarang? Sekarang rivalku sudah tiada dan kebencianku menjadi selangit pada pembunuhnya itu. Entah mengapa kok jadi kayak di film-film saja, ya? Pokoknya aku sangat tak menyangka kenapa ia harus dibunuh seperti itu dan aku sama sekali tak menduga kalau umurnya akan sependek ini. Aku sangat kehilangannya!
Terus yang update status di FB itu siapa? Ya, meskipun kami musuhan, tapi kami tetap berteman di FB. Entah mengapa ia tak menghapusku dari kontaknya, malah menjadikanku teman dekatnya dan aku pun begitu. Jadinya segala aktivitasnya di FB bakal menjadi pemberitahuanku.
Sebenarnya aku senang banget sama dia, hanya saja aku paling tak suka kalau dia suka judes dan berkata pedas lagi kasar sama orang-orang. Itulah yang membuatku memeranginya! Tapi selebihnya, aku tak pernah membencinya.
Aku tak bisa menerima kenyataan pahit ini. Tidak! Kehilangan rival, rasanya seperti kehilangan anggota keluarga. Padahal menurut firasatku, ia tipe orang yang panjang umur. Tapi kenapa? Dendamku sekarang teralihkan pada si pembunuhnya itu.
Kutatap lagi pembunuh di TV itu dengan geram. Santai sekali dia mengakui perbuatannya itu! Wanita itu sudah membunuh sainganku yang dulu bisa membuatku termotivasi penuh untuk berkarya lebih baik daripada sebelumnya. Karena itulah aku begitu menghargai sainganku itu dan belajar secara tak langsung darinya. Tapi sekarang? Begitu hampa yang kurasakan kini.
Pasti akan banyak orang yang kehilangan dirinya di dumay. Tapi aku tak turut gabung karena yang mereka tahu aku memusuhinya. Aku selalu berharap kalau ini bohong dan ia akan menyapaku di inbox untuk memberi kejutan padaku kalau ia diam-diam masih hidup. Aku sama sekali tak mau dia mati!
Rasa kehilangan ini masih melekat kuat. Aku berharap ia berumur panjang hingga kami bisa bersaing lebih lama lagi. Tak boleh secepat itu dia pergi karena diam-diam dalam hati aku menyayanginya layaknya seorang teman bukan musuh. Karena bagiku ia itu istimewa dan aku baru saja mengenalnya sekitar akhir bulan Oktober tahun lalu, tapi rasanya hati ini sudah lengket kayak saudaraan saja.
Kulirik lagi ponselku. Apakah aku berani mengecek FB-nya di sana? Yang kupikirkan saat ini adalah aku sangat berharap ia dikaruniai umur yang panjang. Apakah di sana banyak kiriman status dari teman-teman yang…
Argh! Aku sungguh tak tega jika harus menyaksikan pemandangan itu di sana. Kulempar ponselku dengan frustasinya. Kawan, aku sangat berharap ini semua hanya mimpi dan kau masih ada di ujung sana. Aku belum sempat meminta maaf padamu karena aku selalu mengkritiki karya tulismu dengan pedas.
Ayolah, aku mohon! Tolong inbox, mention nama akun FB-ku atau caci-makilah aku di dunia maya sana, yang penting kau masih hidup. Aku sama sekali tak bisa percaya pada berita itu. Atau… apakah perlu kubalaskan dendammu pada wanita itu? Tapi apa gunanya?! Itu takkan membuatmu kembali, bukan?
Sekali lagi, aku takut memastikannya dan terus berharap semuanya ini hanya bohong! Aku yakin status-statusmu itu akan segera bertebaran di pemberitahuanku. Meski pun status itu berisi merendahkanku pun akan aku terima, asalkan…
Rasa-rasanya aku sudah mulai gila kalau begini terus! Akhirnya aku hanya bisa terdiam. Hatiku yang hampa berat membuatku jadi tak bersemangat berkarya karena aku tak bisa lagi membandingkan tulisanku dengan tulisannya. Rasa kehilangan yang menusuk!
Aku takkan mengirimkan ucapan apa-apa di wallnya, karena aku yakin ia masih hidup dan akan terus hidup sampai aku pun tak bernyawa lagi.

***

Sainganmu dalam berkarya patut dipertahankan!
Janganlah anggap sainganmu sebagai musuhmu karena itu hanya akan membuatmu dengki padanya dan berusaha menjatuhkannya. Perlakukanlah sainganmu dengan manusiawi karena mereka sangat berharga untuk kita bisa mengukur kualitas kepenulisan kita dengan membandingkannya dengan karyanya. Jika tidak, kau akan merasakan rasa kehilangan yang berat jika mereka tak lagi berada di dekatmu…

1 komentar:

Anisa AE mengatakan...

Terus semangat Miyung ...