Bulan Agustus 2012, aku
pernah bermimpi mampir ke sebuah kios untuk membeli minuman dingin. Aku ingin
sekali minuman itu karena panas-panas begini enaknya ya cendol hijau itu. Tapi
penjualnya malah cuek-cuek saja tanpa melirikku sama sekali! Dia sedang asyik
menghitung uangnya dengan santai, padahal kan bisa dilakukan setelah
melayaniku. Dia hanya bilang tunggu dengan nada ogah-ogahan. Mungkin dia sudah
terlalu puas karena banyak pelanggannya, jadi sombong dan merasa tak
membutuhkan pembeli lagi, kan uangnya sudah banyak begitu. Duh, belagu banget
sih ini orang! Aku bagaikan pembeli yang tak dianggap. Padahal aku sudah
mengalah dengan menunggu. Akhirnya aku meninggalkan kiosnya dengan kesal sambil
mengutuki si penjual itu, padahal aku ingin sekali minum es cendol itu!
Sekali lagi aku seolah
mengalami hal yang sama dengan mimpiku itu di akhir Oktober 2014. Sekali lagi,
aku ingin sekali membeli novel horor terbitan perusahaannya di sebuah grup FB.
Ngiler seperti apa rasanya, karena aku memang pecinta horor. Namun apa yang
kudapatkan, seperti yang kudapatkan di mimpi 2 tahun silam itu. Jangankan
memberitahukan nomor rekeningnya, ia bahkan tak melayaniku dengan baik.
Lagi-lagi aku tak mendapatkan apa-apa seperti dalam mimpi itu. Kecewa, tentu
saja!
Bukannya karena bukunya
habis, tapi ia tak mau menjualnya padaku karena aku mewek terus di inbox. Hanya
karena itu! Padahal kan maksudnya hanya bercanda. Lagian dia kan masih muda,
sama sepertiku. Sebaya lah, 20-an tahun. Duh, super judes amat penjualnya ini
padaku sama seperti mimpiku yang sudah lama. Baru kali ini kutemui penjual buku
yang seperti ini! Bukannya melayani pembeli bak raja, malah dijudesin.
Akhirnya aku pergi dari
inbox itu. Hatiku sangat kesal dan merutukinya terus dalam hati sampai dendamku
bisa terbalaskan! Pokoknya aku tak terima diperlakukan seperti itu. Sudah tak
dapat bukunya, dijudesin pula. Pokoknya ia harus merasakan pembalasanku!
Dan sepanjang tahun
2013-2014 itu, aku selalu mimpi berkelahi dengan cewek jutek! Ya, memang
begitulah aku. Meski di dalam mimpi, kalau ada tokoh yang ngeselin pasti bakal
kubantai habis-habisan. Pokoknya aku harus menang. Di alam nyata, mungkin
inilah orangnya!
Dia adalah salah satu
orang istimewa yang namanya menjadi penghuni diari dunia mayaku. Beruntung
banget ya dia…
Selasa,
6 Januari 2015 (subuh hari)
Kupandangi si pembunuh
berdarah dingin itu dengan geram sambil mengepalkan jemari tangan seolah hendak
memberinya bogem mentahku. Aku tak menyangka gadis berwajah cantik itulah pelakunya.
Saat diwawancarai mengapa ia membunuh, ia tampak santai-santai saja sambil
tersenyum culas tanpa merasa berdosa. Namun yang membuatku syok adalah siapa
yang dibunuhnya!
Berita ini membuatku
merasa sangat kehilangan orang itu, soalnya yang dibunuhnya itu adalah…
Aku yang sudah lama tak
menonton berita di TV kaget setengah mati begitu mendengar nama orang yang
dibunuhnya. Kalimat ‘orang yang dibunuhnya’ itu artinya orangnya mati, kan?
Kumenggeleng-gelengkan kepala. Tidak! Ia tak boleh mati. Ini tak boleh terjadi.
Tapi di berita dibilang begitu!
Aku tahu ia banyak
musuh. Tapi aku tak menduga akan ada orang yang nekat membunuhnya! Tapi ia kan
tak sejahat itu, meskipun nyebelin. Si pembunuh itulah yang jahat! Aku jadi
sedih mendengar kabar ini, meskipun korban adalah sainganku dan kami selalu
berantem, tapi sebenarnya jauh di lubuk hatiku terdalam meski orang-orang
melihat kami musuhan, aku menyayanginya seperti sahabatku sendiri!
Ya, semuanya berawal
saat ia menjudesin aku waktu bukunya mau kubeli dulu. Ia menolak menjual buku
yang dijualnya padaku karena aku selalu mengirimkan pesan sambil mewek di inbox
FB-nya. Padahal aku sama sekali tak bermaksud kurang ajar, hanya bercanda saja.
Meski saat itu aku
dendam padanya, tapi aku masih care
sama dia. Memang sih ia orangnya judes dan pedas, apalagi kulihat banyak yang
memusuhinya tapi banyak juga yang menyayanginya. Meski pun aku memaki-makinya,
tapi aku tak benar-benar membencinya apalagi mengharapkan kematiannya!
Tapi apa yang ada di
hadapanku sekarang? Sekarang rivalku sudah tiada dan kebencianku menjadi
selangit pada pembunuhnya itu. Entah mengapa kok jadi kayak di film-film saja,
ya? Pokoknya aku sangat tak menyangka kenapa ia harus dibunuh seperti itu dan
aku sama sekali tak menduga kalau umurnya akan sependek ini. Aku sangat
kehilangannya!
Terus yang update status di FB itu siapa? Ya,
meskipun kami musuhan, tapi kami tetap berteman di FB. Entah mengapa ia tak
menghapusku dari kontaknya, malah menjadikanku teman dekatnya dan aku pun
begitu. Jadinya segala aktivitasnya di FB bakal menjadi pemberitahuanku.
Sebenarnya aku senang
banget sama dia, hanya saja aku paling tak suka kalau dia suka judes dan
berkata pedas lagi kasar sama orang-orang. Itulah yang membuatku memeranginya!
Tapi selebihnya, aku tak pernah membencinya.
Aku tak bisa menerima
kenyataan pahit ini. Tidak! Kehilangan rival, rasanya seperti kehilangan
anggota keluarga. Padahal menurut firasatku, ia tipe orang yang panjang umur.
Tapi kenapa? Dendamku sekarang teralihkan pada si pembunuhnya itu.
Kutatap lagi pembunuh
di TV itu dengan geram. Santai sekali dia mengakui perbuatannya itu! Wanita itu
sudah membunuh sainganku yang dulu bisa membuatku termotivasi penuh untuk
berkarya lebih baik daripada sebelumnya. Karena itulah aku begitu menghargai
sainganku itu dan belajar secara tak langsung darinya. Tapi sekarang? Begitu
hampa yang kurasakan kini.
Pasti akan banyak orang
yang kehilangan dirinya di dumay. Tapi aku tak turut gabung karena yang mereka
tahu aku memusuhinya. Aku selalu berharap kalau ini bohong dan ia akan
menyapaku di inbox untuk memberi kejutan padaku kalau ia diam-diam masih hidup.
Aku sama sekali tak mau dia mati!
Rasa kehilangan ini
masih melekat kuat. Aku berharap ia berumur panjang hingga kami bisa bersaing
lebih lama lagi. Tak boleh secepat itu dia pergi karena diam-diam dalam hati
aku menyayanginya layaknya seorang teman bukan musuh. Karena bagiku ia itu
istimewa dan aku baru saja mengenalnya sekitar akhir bulan Oktober tahun lalu,
tapi rasanya hati ini sudah lengket kayak saudaraan saja.
Kulirik lagi ponselku.
Apakah aku berani mengecek FB-nya di sana? Yang kupikirkan saat ini adalah aku
sangat berharap ia dikaruniai umur yang panjang. Apakah di sana banyak kiriman
status dari teman-teman yang…
Argh! Aku sungguh tak
tega jika harus menyaksikan pemandangan itu di sana. Kulempar ponselku dengan
frustasinya. Kawan, aku sangat berharap ini semua hanya mimpi dan kau masih ada
di ujung sana. Aku belum sempat meminta maaf padamu karena aku selalu
mengkritiki karya tulismu dengan pedas.
Ayolah, aku mohon!
Tolong inbox, mention nama akun FB-ku
atau caci-makilah aku di dunia maya sana, yang penting kau masih hidup. Aku
sama sekali tak bisa percaya pada berita itu. Atau… apakah perlu kubalaskan
dendammu pada wanita itu? Tapi apa gunanya?! Itu takkan membuatmu kembali,
bukan?
Sekali lagi, aku takut
memastikannya dan terus berharap semuanya ini hanya bohong! Aku yakin
status-statusmu itu akan segera bertebaran di pemberitahuanku. Meski pun status
itu berisi merendahkanku pun akan aku terima, asalkan…
Rasa-rasanya aku sudah
mulai gila kalau begini terus! Akhirnya aku hanya bisa terdiam. Hatiku yang
hampa berat membuatku jadi tak bersemangat berkarya karena aku tak bisa lagi
membandingkan tulisanku dengan tulisannya. Rasa kehilangan yang menusuk!
Aku takkan mengirimkan
ucapan apa-apa di wallnya, karena aku yakin ia masih hidup dan akan terus hidup
sampai aku pun tak bernyawa lagi.
***
Sainganmu
dalam berkarya patut dipertahankan!
Janganlah
anggap sainganmu sebagai musuhmu karena itu hanya akan membuatmu dengki padanya
dan berusaha menjatuhkannya. Perlakukanlah sainganmu dengan manusiawi karena
mereka sangat berharga untuk kita bisa mengukur kualitas kepenulisan kita
dengan membandingkannya dengan karyanya. Jika tidak, kau akan merasakan rasa kehilangan
yang berat jika mereka tak lagi berada di dekatmu…
1 komentar:
Terus semangat Miyung ...
Posting Komentar