duh di episod ini aku hanya bisa teriak2 minta ampun, tolong, duh sadis banget de liatnya padahal aku cuma penontonnya tapi dah teriak2 minta tolong segala liat Kaneki-nya digituin. hi, serem juga deh sadislah pokoke. klik gambar menuju episod yang ini ya. sadisnya keterlaluan juga si meski cuma tes2 getu n saking sadisnya tu ayato yang musuhnya aja risih liat kaneki disiksa getuh hiiii...
Anteiku…
“Hari ini sepi banget, ya?
Pelanggannya sedikit,” komentarku sambil mengelap gelas-gelas bersih.
“Tentu saja. Di luar sana kan
banyak investigator ghoul yang memburu ghoul brutal, mereka jadi takut keluar
rumah deh. Salah-salah, mereka juga bisa kena,” respon Toka.
Tring! Tiba-tiba saja ada pelanggan
yang datang. Oh, akhirnya!
“Selamat datang,” sambutku ramah
sambil membungkukkan badan. “Silakan, mau pesan apa?”
“Manajermu mana?” tanya seorang
pria berjanggut keren itu padaku. Ia datang bersama beberapa anak buahnya yang
mengenakan penutup wajah aneh.
“Lagi pergi, ntar juga datang.”
Ia malah mencengkram kerah bajuku dan berprilaku seperti preman pasar. Siapa
orang ini?!
“We! Kau itu sadar nggak sih apa
yang kamu lakukan?” Toka menegur dengan santai. “Datang-datang langsung main
kasar, pesan kopi dulu kek!” Ia tak bergerak dari bangkunya sedikit pun.
“Appaaa?!” Akhirnya orang yang
bernama Banjo itu mau juga duduk baik-baik.
“Sebenarnya kamu mau apa ke sini?
Kalo ada pesan, ntar kusampaikan ke manajer. Kebetulan ia sedang keluar
sebentar,” kumenawarkan bantuan begitu aku dan Toka duduk di hadapannya untuk
bicara baik-baik. Sepertinya ada masalah serius sampai ia mau jauh-jauh ke
sini.
Wajahnya tampak serius dan
tegang. “Sebenarnya aku datang ke sini buat cari Rize. Soalnya terjadi
kekacauan di wilayah seberang dan sebentar lagi akan terjadi di wilayah ini.
Para ghoul dari Aogiri hendak memukul mundur para CCG dan ghoul yang berkuasa
di sana. Jadi… jadi aku datang ke sini untuk—“
“Darimana lo tahu Rize ada di
sini?” tanya Toka tandus.
“Aku mengenalnya sejak ia datang
ke wilayah seberang sana. Sebelum pergi, ia bilang ia tertarik untuk datang ke
sebuah kedai kopi bernama Anteiku ini. Makanya aku ke sini, soalnya Rize dalam
bahaya.”
“Dalam bahaya?” kumengulangi
kalimat serius itu.
Tak lama, Banjo malah mendekatiku
dan mengendus-endusku. “Ndus-ndus! Kamu?! Kamu… jangan-jangan…”
Gawat! Apakah ia mengetahui bau
tubuhku ini sama dengan—
Ia lalu menyerangku di tempat
yang sama dengan pukulan-pukulan saja. “Jangan-jangan kamu pacarnya Rize!”
“Bukan! Bukan… aku dan dia nggak
ada apa-apa,” jawabku sambil terus menghindarinya. Duh, ia bisa mengendus
sebaik ini, tapi jangan sampai ia tahu Rize ada dalam tubuhku. “Kamu salah
paham!”
Aku lega ia salah paham, tapi aku
harus menghentikan kesalahpahaman ini sebelum tempat ini hancur karena
amukannya. Begitu kepalaku tiba di bawah serangannya, secara spontan saja
kunaikkan kepalaku hingga menyeruduk dagunya. Duagh!
Kumemekik tertahan begitu
melihatnya langsung pingsan karena serangan tak kusengajai ini. Jadi merasa
bersalah juga jadinya. Sori! Sori! Tak sengaja. Aku tak menyangka gerakan
spontanitasku tadi membuatnya jadi begini. Apakah ia tak apa-apa?
“Bos? Bos, tak apa-apa?”
“Atas nama Bos kami, kami minta
maaf,” kata salah seorang anak buahnya padaku.
Beberapa saat kemudian, akhirnya
ia tersadar juga. Segera kuhampiri dia yang terbaring di lantai kafe untuk
memberikannya minuman. Ia terduduk sambil memegangi kepalanya yang lagi pusing.
“Kamu nggak apa-apa? Sori ya yang
tadi,” sahutku sambil memberikannya segelas air minum.
Ia pun meminum air itu. “Hm. Kau
ternyata tak selemah yang terlihat. Penampilanmu saja yang tampak kemayu. Kau
kuat juga, ya? Namamu siapa?”
“Ah, nggak.” Aku jadi malu dan
gelagapan mendengarnya. “Namaku Kaneki Ken.”
“Kaneki Ken, ya? Jadi bener kamu
nggak ada hubungan apa-apa ama Rize? Kau kenal dia, kan?”
“Aku dan dia nggak ada hubungan
seperti yang kamu duga, kok,” kutegaskan padanya.
“Ah, kalo gitu… kalo gitu, aku
minta maaf!” Ia malah langsung sujud mohon maaf.
“Jangan! Jangan begini, dong!”
karena tak enak hati, kusuruh ia mengangkat kepalanya. Ini kan hanya masalah
sepele! “Tidak apa-apa, kok. Aku nggak marah.”
“Nggak! Izinkan aku minta maaf
padamu karena sudah salah serang orang. Supaya aku bisa hidup tenang.”
Ya, sudahlah! Terserah dia saja
supaya bisa tenang. Tak lama, setelah puas minta maaf padaku ia pun menegakkan
kepalanya.
“Namaku Banjo. Sebenarnya Aogiri
sudah masuk menyerang wilayah ini dari wilayah seberang dan aku adalah bawahan
mereka. Tapi aku tahu mereka merencanakan sesuatu. Mereka mencari-cari Rize dan
aku yakin itu bukan sesuatu yang bagus,” bebernya.
Glek! Mereka mencari-cari Rize…
aku?!
“Kau tahu di mana dia? Kalau kamu
ketemu, tolong suruh dia lari,” katanya berapi-api. Jelas sekali rasanya orang
ini menaruh hati pada ghoul seksi dalam tubuhku ini.
Gimana nih, Toka? Kutatap ia
berdiskusi di udara. Aku harus jawab apa?
Toka mengayunkan tangan
santai—menyerahkan semua jawabannya padaku tanpa ia harus ikut campur. Ia
kemudian pergi. Aku harus bagaimana ya menjawabnya? Tak tega juga rasanya menyampaikan yang sebenarnya terjadi.
“Rize… Rize sudah tak…” Lidahku
bergeming, ragu mengeluarkan kata-kata berikutnya. Kualihkan mataku menghindari
tatapannya.
“Apa? Rize sudah apa?” Banjo
tampak cemas menanti kalimatku yang seterusnya.
“Ng… Rize… Rize sudah tak ada di
sini lagi,” akhirnya jawaban itu saja yang kukeluarkan. Padahal sebenarnya yang
mau keluar di mulutku ini: Rize sudah tak ada di dunia ini lagi. Tapi aku tak
tega mengatakannya sejujur itu. Ia bisa mengamuk lagi! Apalagi kalau ia tahu
bahwa…
Ia tampak lega. Syukurlah! Ia tak
perlu meratap di sini. Bergegas kuberpaling darinya dan pergi karena tak ingin
membahas soal Rize lagi dengannya. Terpaksa kusembunyikan semua ini darinya.
Kasihan kalau ia tahu apa yang terjadi. “Sori ya nggak bisa bantu.”
“Kaneki, aku punya permintaan.”
Kuberbalik lagi. “Permintaan
apa?”
“Bilang ke manajermu, kalau Rize
datang lagi ke sini, suruh dia lari sejauh mungkin.”
Sebenarnya apa yang Aogiri
inginkan dari Rize, ya? Sepertinya sesuatu yang gawat!
“Kalian juga, cepatlah lari. Ntar
lagi Aogiri hendak merebut daerah ini dari ghoul sipil kayak kalian. Bahaya!”
Ia memperingatinya. “Penyerangan wilayah ini dipimpin oleh—“
Prang! Tiba-tiba saja seorang
pemuda belia muncul dan menendang kaca kafe dengan entengnya. Ia kemudian masuk
dan memelototi Banjo. “We, Banjo! Kau itu jaga mulutmu atau mau kupukuli sampe
kehabisan darah lagi?” ancamnya.
Banjo tak berkutik—ketakutan. Kok
anak ini mirip—
Toka lalu maju dengan kalemnya
sebelum anak itu menghajar Banjo. “Ayato?”
Anak bernama Ayato itu tersenyum
bengis. “Halo kakakku yang bego.”
Sudah kuduga anak itu adiknya
Toka!
“Ngapain lo ke sini berbuat
kekacauan?”
“Kan aku nggak kayak kalian—para
ghoul pecinta damai. Nggak banget deh kayak kalian. Lemah banget!”
Tring! Tiba-tiba saja ada 2 orang
aneh lagi yang masuk.
“Ck!” Ayato berdecak kesal begitu
melihat siapa yang datang. “Kalian datang. Kok tahu kami ada di sini? Ganggu
kesenangan aja kamu, Yamori.”
Pria bertubuh raksasa itu
terkekeh. “Kami berdua ikutin bawahanmu si Banjo itu. Bawahanmu itu bego juga,
ya? Aku yakin ia pasti akan menyuruh si Rize lari.”
Si ghoul banci di belakangnya
lalu mengubah papan kafe dari ‘open’ menjadi ‘closed’. “Permisi!” Ia lalu
menutup pintu agar tak ada yang datang mengganggu lagi. “Duh, ada kakaknya
Ayato. Dia bener-bener mirip denganmu. Aku jadi iri, rupanya ada reuni keluarga
di sini,” komentarnya sambil bersandar ke pintu.
“Mana Rize?” Yamori melangkah
melewatiku. Tak lama, ia lalu terhenti sambil menatapku dalam-dalam. “Hei, ada
bau di sini. Bau yang merusak parfumku.”
Wajahku menegang ketika wajahnya
mendekat. Aku tahu ia pasti mencium aroma Rize dalam tubuhku ini. (Kalau saja
aku tahu apa yang akan dilakukannya itu sangat mengerikan, pasti aku dah lari
duluan! Orang ini sangat berbahaya.)
“Apa yang ini bisa?” Ia bertanya
pada asistennya si bencong.
“Iya. Kita tangkap saja ia
sekarang. Baunya seperti Rize, kok.”
“We!” Toka langsung protes.
“Tangkap-tangkap. Mangnya kalian siapa? Datang-datang sudah sok berkuasa!” ia
menantang melindungiku.
Yamori langsung saja menendang
Toka dan menyambar leherku dengan cepatnya. Ya ampun!
“Berkuasa itu hak bagi yang
paling kuat, Nona. Aku mau yang ini!”
Sementara itu kubergelantungan di
tangannya yang besar—berusaha melepaskan diri dengan mengaitkan kakiku, namun…
brugh! Ia langsung mengempaskan tubuhku ke meja hingga retak terbagi dua.
Adduh! Tulang belakangku!
Tak sampai di situ, ia lalu
menginjak perutku dan memasang kaki besarnya di atas tubuhku. Akh! Semburan
darah keluar dari mulutku.
“Bangkit atau tidur terus? Pilih
yang mana?” sahutnya sambil menekan telunjuknya hingga berbunyi. Krek.
Toka yang melihatnya berusaha
bangkit untuk menolongku. Tapi sebelum ia membahayakan dirinya sendiri,
kukeluarkan tenaga ghoulku untuk mengangkat kaki raksasanya itu dari tubuhku
sekuat mungkin. Takkan kubiarkan kau menyakitiku begitu saja! Ngggghhhhhh…
Mata Yamori semakin berbinar
begitu melihat kakinya semakin merapat ke tubuhnya secara perlahan. Yang lain
malah terpesona melihat mata ghoul sebelahku yang berbinar-binar. “Kuat juga!”
“Wow! Ghoul mata satu? Langka
banget!” si banci berkomentar santai.
Akhirnya kuberhasil menyingkirkan
kaki gedenya dari tubuhku. Kutermegap-megap marah karena ia mencoba menyakitiku
yang entah apa alasannya. Selanjutnya, kumencoba untuk menyerangnya, namun…
srugh!
Sulur kagunenya yang langsung
keluar menusuk dadaku hingga kuterkulai lemas. Melihatku terkapar di lantai,
Toka mencoba menyerang Yamori namun dihadang oleh adiknya sendiri yang
tega-tegaan.
“Lo ini kayak Ayah ya sama gak
bergunanya? Liat sayapmu yang patah itu. Atau mau kupatahkan yang satunya lagi?”
Ayato mencela kagune Toka yang pendek sebelah itu.
“Ayah mati karena melindungi
kita, bego!”
“Nggak. Ayah mati sia-sia di
tangan manusia karena ia sok cinta damai. Kau mau mati mengikuti jejaknya ya? Kalau
aku sih ogah, soalnya aku mo buktiin ke orang-orang itu kalo ghoul itu lebih
tinggi derajatnya di atas manusia yang injak-injak kita! Sebaiknya lu mati aja,
kakakku yang bego!” Ayato kemudian mengeluarkan tembakan beruntun dari
kagunenya.
Di tengah kesadaranku, aku hanya
bisa menyaksikan pertarungan yang akhirnya dimenangkan oleh Ayato itu. Keadaan
Toka pun sama kalahnya denganku. Ukaku-nya lenyap seketika begitu diserang oleh
tembakan Ukaku Ayato. Banjo dan kawanannya tak berani menentang bos mereka dan
hanya bisa menelan ludah. Jahat sekali bos mereka itu!
“Toka?” rintihku. Apa dia tak
apa-apa? Kondisinya tak jauh beda denganku—sama-sama tak berdaya. Ingin kumerayap
merengkuh dia, namun…
“Oh, yang satu ini masih
bertahan?” Dengan kasarnya Yamori langsung menyambarku lagi dan menjambakku.
Membenturkan kepalaku ke meja secara brutalnya. “Apa yang ini saja?”
Tak puas, ia membenturkan lagi
kepalaku ke dinding kayu hingga patah. Prak. Ia melihat hasilnya dan
menyeringai. “Kalau begini?”
Kegilaan yang selanjutnya pun
membuat kafe hujan darah. “Kalau begini? Kalau begini? Kalau begini?”
Setelah tubuhku berlumuran darah,
ia malah tertawa puas. “Kalian lihat, nggak?! Aku tak bisa menghancurkannya!”
“Tak salah lagi, inilah orangnya.
Mari kita bungkus!” si bencong bersuara, namun disambut bogem di perutnya
hingga tembus saking bergairahnya si psikopat Yamori itu. Namun si bencong tak
marah diperlakukan seperti itu, malah tampak maklum meski kesakitan. “No
problem.”
Si psikopat itu menjatuhkan
tubuhku yang berlumuran darah tak berdaya ke lantai. Tak ada yang bisa
menolongku lagi. Tubuhku memang tak hancur dibenturkannya secara brutal
sana-sini, tapi otakku lah yang hancur berantakan. Entah apa yang akan orang
ini lakukan padaku dan mengapa ia memperlakukanku sebiadab itu? Apa
kesalahanku?!
“Ayato, masukin anak ini ke tas,”
pinta Yamori pada anak buahnya itu. “Kita bawa pulang dia. Asik!”
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttttttttttttttttttttt…………………………
(Rupanya si Yamori Cuma tes-tes
daya tahan tubuh Kaneki makanya dibenturin brutal gila-gilaan kayak getu. Si
Ayato saja meringis risih lihat kegilaannya yang super sadis itu (hatinya kayak
bilang: sudah dong!). Yamori tu psikopat. Ia seneng karena tubuh Kaneki ga
hancur-hancur, makanya ia bawa pulang tuk dijadiin “mainan” mengerikannya.
Begitulah psikopat! Maklum…)
=====================================================================
baca beattle seru lainnya dengan ngeklik gambar di bawah ini, ya. :=(D
0 komentar:
Posting Komentar