THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 18 Maret 2016

TOKYO GHOUL (music box unravel + curhat Amon Kun-2)

hay, kalo kemaren aku share unravel versi bahasa indonya, sekarang versi music box nya yang manis abis. jadi di music box itu ada Rize-nya dong. gemana versi indonya? suka gak? aku sih lumayan suka hehe, kayak nonton dubbing anime aja kesannya. bagus si menurutku tuh. lalu nih versi music boxnya manis banget deh jadi lebih menjiwai plus videonya juga so swit bangetlah saat episod 12 itu: dimulai saat Kaneki di awal episod 12 itu kan tengah disekap dan dy merintih habis. seseorang mengusap pipinya dengan lembut dan ternyata itu Rize, dy pikir ibunya saking nelangsanya dia waktu itu. dy terbelalak dan Rize pun membawanya ke alam halusinasi karena otak Kaneki waktu itu sudah mulai hang karena kelamaan disiksa. Jason suka datang jenguk dy n siksa dy lagi secara terus-menerus diguntingin jari-jarinya hingga beregenerasi habis. tak hanya itu, Jason juga masukin lipan ke telinga Kaneki hingga membuat Kaneki menangis terus. saking hangnya otaknya, Rize kembali hadir dan memengaruhinya. Rize melihat masa kecil Kaneki yang manis dan kepedihannya kehilangan ibunya karena kecapaian dan tak tega menolak permintaan uang dari bibinya. diperlihatkannya pula apa yang akan terjadi pada teman2nya jika dy terus memilih untuk lemah seperti itu, tak berdaya. akhirnya Kaneki memutuskan untuk menyantap Rize (duh cantik banget tu efek darahnya yang menyebar di taman bunga putih), kemudian rambutnya pun berubah menjadi putih secara dramatis. setelah itu, dihadirkan pertrungan Kaneki yang sudah berubah menjadi ghoul mata satu vs Jason. endingnya, Kaneki pun menyantap Jason, kemudian bergumam, "who am i? i am the ghoul. krauk!"
suka ama music box-nya dimainkan dengan lancar n musik intronya juga lancar amat. juga ga ketinggalan si jedah2nya itu semakin dramatis aja pengaturannya. belum lagi videonya, ya pas banget deh. ya pokoke di antara mua episod, episod 12 ending inilah yang paling cantik, beda, keren, indah, pokoke paling suka episod 12 inilah. kamu?
hm langsung aja klik gambar ini menuju link videonya, ya!
btw aku mo lanjut curhat Amon part akhir ini. silakan telaah isi hati Amon berikut ini:





Kaneki-Ken… apakah dia ada di sini? Si mata satu (Eyepatch) itu…
Semua ghoul itu jahat! Benarkah begitu?! Pertemuanku dengan si Eyepatch sempat membelokkan pemikiranku ini. Siapakah dia sebenarnya? Mengapa aku begitu tertarik ingin mengenalnya lebih jauh lagi? Mengapa aku begitu penasaran seperti apa wajahnya dan ingin membahas soal ghoul padanya lebih lama lagi? Dan lagi… mengapa kumerasa ia bukanlah orang jahat?
Aku sangat penasaran pada orang itu! Di pertarungan CCG vs Aogiri ini, apakah dia ada di sini dan ikut bertempur? Kalau ia ada di sini, aku ingin bertemu! Aku masih ingin bicara dengannya… (Tokyo Ghoul season 2: episod 1).
Aku selalu memikirkan ghoul bermata satu itu. Aku selalu mencarinya di tiap pertempuran melawan ghoul saking penasarannya! Kuberharap bisa bertemu dengannya lagi. Kalimat berkesan yang paling kuingat darinya:
“Bukan hanya ghoul saja yang menyebabkan kehancuran dunia ini. Tapi juga kalian!”
***
Beberapa bulan yang lalu (akhir episod 7)…
Sejak kematian temanku, kuberlatih keras agar bisa lebih kuat lagi melindungi teman-temanku di CCG. Aku tak ingin kehilangan siapa-siapa lagi dan membiarkanku sendiri. Kumelatih otot-ototku dan banyak melakukan olah fisik demi mereka semua. Pokoknya aku takkan mengampuni para ghoul itu!
Kulirik foto masa kanak-kanakku. Aku adalah salah satu korban dari mereka. Mereka sudah membuatku menjadi yatim piatu. Tak ada ampun lagi! Tak ada namanya kasihan-kasihan lagi. Aku harus lebih keras lagi menyikapi mereka.
Hosh-hosh! Aku tak boleh berhenti berlatih, harus lebih kuat lagi daripada ghoul-ghoul itu. Selama ini, Pak Mado lah yang selalu berada di garis depan dan memonopoli pertarungan. Aku ingin bisa lebih berguna untuknya. Aku tak ingin selalu berada di belakangnya terus. Apalah gunanya aku menjadi partnernya kalau begini terus? Dan mengapa beliau yang saking terobsesinya pada ghoul itu tak mempersoalkannya sedikit pun? Beliau seolah memiliki dunianya sendiri dan menikmati pertarungannya sendirian—seolah aku ini tak ada di sisinya. Aku ingin membuatnya bangga berpartneran denganku. Aku ingin bisa menunjukkan sejauh apa perkembanganku di CCG. Aku juga tak boleh kalah dari beliau.
Meski beliau merasa gak masalah karena beliau yang paling dominan pada pertarungan, tapi tetap saja kan sebagai anak muda aku ingin berguna lebih.  Dan kau kelinci! Tunggu saja begitu persiapan fisik dan mentalku lebih matang lagi. Aku siap menghadapi dan memburumu sebagai sasaran utama. Rasanya jadi bersemangat berburu ghoul mengingat dendamku pada kelinci itu. Aku harus menangkapnya dan ia adalah target utamaku.
Kalo Pak Mado begitu terobsesi menangkap si burung hantu, aku malah begitu terobsesi membantai si kelinci itu. Tunggu aku karena aku tak pernah santai soal ini dan aku yakin mereka pun sudah mempersiapkan diri. Aku sudah siap bersaing!
Aku tak boleh lelah sebelum berhasil membantai si kelinci! Aku harus membahagiakan temanku di surga sana. Tak hanya si kelinci, semua ghoul itu harus dibumihanguskan dan aku tak boleh berubah pikiran lagi…
Keesokan paginya…
“Kita bagi dua regu kita. Aku sudah melacak keberadaan si kelinci di saluran pembuangan air. Aku akan menggunakan umpan si xxx untuk memancingnya,” kata Pak Mado saat kami bersiap untuk bertugas di awal episod 8 itu.
“Baik, Pak!” seruku semangat. Tak lama mataku lalu melirik tas besar yang dibawa beliau. “Pak, tas apa itu? Apa isinya?”
“Oh, ini?” Pak Mado tersenyum brutal seketika. “Ada, deh!”
Di saluran pembuangan air…
Kumengintai buruanku malam itu di tempat yang diperintahkan oleh Pak Mado di garis depan. Aku menanti dan siap untuk bertarung. Rasanya tak sabar lagi bisa membantai si kelinci lincah itu. Aku tak boleh lengah hingga…
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Suara pekikan anak kecil itu! Itu pasti bagian dari rencana Pak Mado. Tapi apa, ya? Kok anak itu bisa menjerit kencang seperti itu dan memancing si kelinci? Ah, sebaiknya aku fokus saja pada si kelinci itu. Tak begitu penting bagaimana cara beliau memancingnya dengan anak kecil ghoul itu.
Trep trep trep! Sebuah gerakan cepat kemudian melebarkan mataku. Si kelinci! Ia berlari kencang menuju sumber suara. Akhirnya! Meski dari belakang melihatnya berlari, tapi aku yakin ukuran tubuh mungil dan kecepatannya itu adalah milik si kelinci!
Segera kukencangkan kaki-kakiku mengejar si kelinci. Aku tak boleh tertinggal jauh darinya. Hari ini ia harus tertangkap dan membayar semuanya! Namun…
Srek! Tiba-tiba saja seorang pemuda belia (imut-imut) berjaket biru menghadangku. Ia memunggungiku dan kepalanya ditutupi hoodie. Ia melompat dari arah pagar. Ng? Siapa ini?
“Kau temannya si kelinci? Minggir! Aku tak ada urusan sama kamu!”
Ia kemudian berbalik menghadapku dan membuka hoodienya. “Kau tak boleh ke mana-mana!” serunya. Wajahnya tertutupi topeng mask hitam dengan gigi gemertak. Tampak mengerikan topengnya, tapi mata bocah itu terlihat lembut, meski hanya satu yang terlihat.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz… kemudian hujan deras pun berderai-derai membasahi pertarungan kami yang akan segera dimulai. Anggaplah sebagai hidangan pembuka!
Oke, akhirnya akan ada pertarungan selingan dulu. Huh! Aku harus menyelesaikan urusanku dengan bocah ini dulu. Tapi kemampuan bela dirinya sangat pas-pasan. Aku berhasil membantingnya hingga ia meringis-ringis. Tapi ini masih belum seberapa. Ternyata kemampuannya jauh di bawahku. Kurasa ini akan mudah!
Namun kuberubah pikiran begitu melihat mata ghoulnya berbinar. “Oh, kamu ghoul juga rupanya? Oke, akan kuhadapi kamu dengan quinqueku ini!”
Apa berlebihan ya menggunakan senjata andalanku ini hanya untuk melawan ghoul kelas teri ini? Ia sama sekali tak menggunakan kagunenya. Beberapa kali kuberhasil menggodam tubuhnya dan akhirnya ia pun terjatuh ke air. Byur!
Karena masih penasaran padanya, ingin kulayangkan beberapa pertanyaan padanya sebagai sampelnya. Kenapa mereka suka membunuh dan membuat anak-anak malang itu menjadi yatim piatu seperti halnya diriku?
Kugencet tubuhnya dengan quinqueku ini. Kurasa ia sudah tak berdaya lagi. Ia ghoul yang lemah. Ia bukan tandinganku yang sudah banyak melakukan olah fisik ini. Begitu mudah kumengalahkannya. Sepertinya tak lama lagi ghoul ini akan berakhir.
“Kalian sudah membuat dunia ini hancur karena kebrutalan kalian!”
Ia yang sudah jatuh bangun beberapa kali saat kugodam meneriakkan sesuatu yang membuatku merenung, “Gak hanya ghoul yang membuat dunia ini porak-porandakan, tapi kalian juga!”
“Bicara apa kamu ini?” gerutuku.
“Kalo belum paham, akan kubuat kamu mengerti!” Ia lalu pasang badan dengan beraninya. Nantang, nih?!
Ng? Karena tak terima, kuserang dia dengan quinqueku yang dengan mudah mendarat ke tubuhnya hingga terjungkal. Tak lama, ia bangkit lagi dengan susah payahnya dan seolah memasrahkan dirinya diserang habis-habisan. Apa yang dipikirkan ghoul ini sebenarnya? Mengapa ia tak melawan? Mengapa ia lebih memilih untuk babak belur di ujung quinqueku ini? Aku benar-benar tak mengerti isi pikirannya itu!
Baru kali ini kumenghadapi ghoul tipe seperti ini! Aku sama sekali tak mengerti apa jalan pikirannya. Kenapa tak ada perlawanan? Kenapa seolah terima-terima saja dirinya disiksa habis-habisan? Kenapa ia memilih bertahan digodam?
Jatuh-bangun… jatuh-bangun… begitu seterusnya. Tak seperti matanya yang bersinar lembut, ia tergolong kuat untuk ini, meski tak melakukan perlawanan apa-apa. Sedikit pun! Rasanya jadi lelah meski itu bukan kasihan. Kapan ini akan berakhir? Waktuku terbuang-buang meladeninya hanya untuk disiksa!
Ia tak selemah penampilannya! Aku tak ingin terlalu melukai ghoul lemah itu—yang hanya bisa bertahan seperti itu saja. Bukan ia yang kuincar. Di pukulan yang kesekian kalinya, akhirnya berhasil membuatnya terjerembab dan tak bangun-bangun lagi. Huh, bocah ini sudah membuang-buang waktuku saja. Akui saja kekalahanmu itu!
Namun begitu aku hendak beranjak, dia masih kuat untuk mencekal kakiku. Kumenggerutu melihat mata sayunya itu. Bocah ini sangat gigih untuk melindungi si kelinci itu! Akhirnya kuputuskan untuk menyudahi semuanya dengan menggodamnya jauh lebih keras lagi hingga kepalanya pun bersimbah darah. Duakh!
Semoga dengan begini, ia benar-benar sudah tak berdaya lagi untuk bangkit. Kenapa bocah ini sangat keras untuk melindungi si pembunuh itu?! Ia hanya bisa menerima pukulan tanpa melawan. Mudah sekali! Ia hanya menyerahkan dirinya sendiri untuk diadili. Itu saja!
Tapi kok rasanya aku yang jahat, ya? Apa itu adil? Melawan orang yang tak bersenjata. Tapi sudahlah! Ghoul tak boleh ada yang diampuni! Ingat itu! Tak ada manusia yang jahat, tapi ghoul lah yang racun dunia ini. Ia salah!
Kumelangkah melacak keberadaan si kelinci itu, namun…
“Kau tak boleh ke mana-mana kataku!!!” suara raungan itu membuatku menoleh dan melihat… astaga! Ghoul si mata satu itu masih kuat?! “Hiaaaaaaarrrrrghhhhh!!!”
Ia berusaha menyerangku tapi kugodam sekali lagi tubuhnya menjauh. Namun ia tetap bertahan dan kembali menyerang hingga… “Krauk!”
Sial! Ia menggigit bahuku! Sudah… sudah cukup! Tak ada lagi ampun untukmu! Hiaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!
Ia pun mengeluarkan kagune rinkakunya untuk pertama kali. Ia melawan quinqueku dengan menepisnya melalui kagune itu. Sudah lebih kuat ia sekarang ini! Aku tak boleh meremehkannya lagi dan harus lebih serius lagi meladeninya. Meski beberapa godam quinqueku berhasil masuk ke tubuhnya, ia tetap bertahan bertarung. Ternyata ia tak selemah yang kupikirkan sebelumnya!
Tring! Quinqueku berhasil ditepisnya jauh. Sial, tanpa itu…
“Meski harus mengorbankan tangan dan kakimu, jangan pernah lari dari ghoul!” Ya, itulah yang kupelajari dari Pak Mado! Aku tak akan lari meski sudah babak belur!
Aku akan terus bertarung, namun…
“Akh! Pergi! Pergi! Kaburlah! Menjauh! Aku tak bisa mengendalikan kaguneku! Bahaya!” pekiknya sambil bersimpuh dan menahan sakit habis-habisan. Kagunenya semakin tak terkendali dan membesar.
Hah?! Kenapa ia tak membunuhku saja kalau memang begitu? Kenapa malah disuruh kabur? Kenapa ia peduli? Aku CCG—musuhnya! Itu kan kesempatan bagus untuknya. Tapi kenapa?!
“Kabur katamu? Tak akan!” Aku tak akan takut meski kekuatan kagunenya berlipat ganda seperti itu! Hiaaaaaat! Kukembali berusaha menyerangnya. Namun… duagh!
Tubuhku terjungkal jauh oleh kagunenya. Sial! Belum lagi lukaku…
“Plis! Tolong pergilah! Jangan buat aku jadi seorang pembunuh! Aku mohon!” Ia memohon-mohon padaku sambil menangis-nangis. Air mata murni menghiasi wajahnya yang berdarah-darah karenaku.
Hah?! Tak salah nih ucapan itu keluar dari mulut ghoul?! Tapi kenapa? Kenapa ia justru mengasihiku sementara aku tak tanggung-tanggung membuatnya sekarat tadi? Kenapa?!
Tapi karena keadaan berbahaya seperti apa yang dikatakannya, akhirnya aku kabur juga darinya. Kenapa ia tak bisa mengendalikan kagunenya sendiri? Dia benar-benar tipe ghoul langka di mataku. Begitu sudah agak jauh, kuterkulai lemas di tangga karena luka gigitannya tadi. Hosh-hosh.
“Apa-apaan dia itu? Kok menangis seperti itu? Apa dia benar-benar ghoul?” Kuteringat lagi bagaimana ia menangis-nangis memintaku melarikan diri. Kenangan itu membuatku semakin penasaran padanya!
Begitu sudah agak mendingan, akhirnya kumemutuskan untuk ke area penjebakan dan melihat…
“Grrrrrr! Arrrrrrrrrrrrrrrggggggggghhhhhhhhhhhhhh!!!”
Hari pemakaman Pak Mado…
Aku hanya bisa menutup matanya waktu itu. Hari-hari masih diwarnai duka berkabung atas kematiannya. Semuanya gara-gara kelinci itu! Seandainya saja si mata satu tak menghalangi, aku pasti bisa melindungi beliau. Hiks!
Aku selalu mengunjungi makamnya sambil mencari si kelinci. Tapi hari ini sudah ada bunga di nisannya. Dari siapa, ya? Btw siapakah nanti yang akan menjadi partnerku kelak menggantikan beliau yang tak tergantikan?
***
Si mata satu itu (Eyepatch)… sudah membuatku penasaran habis!
Dan sekarang, di tengah pertempuran ini keinginanku untuk berada di garis depan ditentang habis-habisan oleh atasan di episod 11. Aku masih keras kepala untuk itu hingga akhirnya aku pun menepi. Tapi semuanya itu ada hikmahnya juga!
Si kelinci! Aku menemukan kelinci itu tengah berlari kencang dan tanpa mau mengulur-ngulur waktu, aku pun mengejarnya. Apa yang dilakukannya di sini?
Meski baru melihatnya dari belakang, ia terhenti memunggungiku sejenak untuk mengenakan topengnya. Penasaran juga seperti apa wajahnya. Dan aku pun terus mengejarnya. “Hei, kamu! Berhenti, kelinci!”
Pokoknya aku akan terus bernapas hingga aku bisa menghabisimu, kelinci! Tapi ia terus berlari seolah tak ada waktu untuk meladeniku. Apa yang membuatnya begitu terburu-buru begitu? Sepertinya ada yang gawat!
Namun pengejaranku tak berlangsung lama begitu 2 ghoul menghadangku. Mereka Aogiri tingkat tinggi! Apa aku bisa menghadapinya dua sekaligus?! Pak Mado, andai saja Anda… bagaimana ini?! Si kelinci pun menjauh dengan lincahnya.
Duh! Bahaya ini! Biasanya hal seperti ini, Pak Mado lah yang urus. Tapi aku? Bisakah? Aku tak pede!
Kemudian kuteringat…
“Amon-Kun, apa saja yang paling kaupersiapkan untuk menghadapi ghoul ganas?” tanyanya tenang suatu hari.
“Ya, latihan fisik dan mental. Apa itu sudah cukup?” jawabku kaku.
“Kamu mau tahu apa? Liciklah! Berpikirlah dengan licik selama kau masih berada di jalan yang benar…”
Mungkin aku bisa menggunakannya! Terima kasih petuahnya, pak Mado! Berkat petunjukmu, aku bisa mengalahkan kedua ghoul itu dengan berbagai macam taktik yang kupelajari darimu dulu…
Hosh-hosh! Tapi ngomong-ngomong, kalau di sini ada si kelinci, itu artinya si mata satu itu juga ada,kan? Di mana ghoul baik hati itu sekarang? Apakah ia tengah bertarung? Bisakah aku bertemu dengannya lagi? Aku hanya ingin bicara baik-baik dengannya—berdiskusi panjang-lebar dengannya tentang pendapatnya yang kemarin dulu itu!
Kalimat yang membuatku salut habis padanya sekaligus membungkus rasa penasaranku, karena ia berani mengatakannya:
“Bukan hanya ghoul saja yang menyebabkan kehancuran dunia ini. Tapi juga kalian!”

(Ada di mana? Ada di sana! Tapi Kaneki lagi dimain-mainin ama fucking psyko Yamori (Jason)—menderita lahir dan batin).


===================================================================


hay, jangan lupa battle seru lainnya selain episod 8 itu ada dengan ngeklik gambar di bawah ini. dukung ya entriku, hiks2:


0 komentar: