duh di episod ini kasian banget kaneki-nya duh, alamak, minta ampun so much kalo aku yang digituin. bisa gila kalo digituin 10 hari, duh lamanya. btw klik gambar ini menuju link episodnya. n siapin tisu buat episod selanjutnya karna bakal banjir air mata. nelangsa amat sih T0T
“Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh!”
kumemekik dan terbangun seketika. Napasku terengah-engah. Kupandangi sekitarku
yang berupa sebuah ruangan luas dengan langit-langit yang sangat tinggi dengan
warna dominan merah. Lantainya juga seperti papan catur. “Hosh-hosh… di mana
aku?”
“Who, kau sudah sadar rupanya,”
sahut seorang pria yang berdiri memunggungiku jauh di sana. Suaranya bergema.
Entah apa yang dilakukannya di meja sana. “Ini ruanganku. Bagus, kan?”
Ruangan yang mengerikan! Tubuhku
pun diikat ke kursi dalam keadaan tangan terikat rantai di belakang dan kaki
terantai pula. Kucoba membebaskan diri. Ugh! Aku mau diapakan, nih? Panik!
Tentu saja tak semudah itu.
“Dokter bilang, mereka sudah tak
membutuhkanmu lagi untuk eksperimennya. Makanya kau beruntung karena kubawa ke
sini,” kata pria itu sambil mempreteli beberapa alat medis berlumuran darah di
meja itu. Sebuah tang berat pun disediakan di meja itu. Tak lama ia lalu
mempersiapkan sebuah suntik. “Ini adalah suntikan untuk menekan RC ghoul hingga
tak bisa mengeluarkan kagunenya.”
Tak lama, pria mengerikan itu
berbalik padaku. Ia mengenakan topeng, kemudian melangkah perlahan padaku.
Kuhanya bisa menatapnya dengan tegang. Mau apa dia? Kenapa dia menahanku
seperti ini kalau memang sudah tak mau digunakan lagi untuk eksperimen mereka?
“Kamu jangan ngecewain aku, ya,”
katanya sambil melepas topengnya sejenak. Yamori! “Suntikan memang tak akan
mempan bagi tubuh ghoul. Tapi kamu tahu nggak di bagian mana tepatnya suntikan
ini bisa berpengaruh pada ghoul?”
Ini sudah semakin menakutkan! Apa
yang akan dilakukannya padaku?!
“Itu ada di mata!” Ia menunjuk
mata di balik topengnya.
Dan semuanya berlangsung dengan
sangat cepat dan tepat… Zrugh!!!
“Arrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh!!!”
(blank…)
“Arrrrrrghh! Arggggggggghhhhh!
Arggggghhhhhhhhhh!”
Crot. Crot. Bunga-bunga darah
menghiasi lantai tiap ia memotong jari-jari tangan dan kakiku menggunakan tang
besar itu. (disensor).
“Sampai mana hitunganmu tadi?”
Kuterus menghitung dengan susah
payahnya di hitungan ke-500 dikurangi 7. Ikuti saja apa yang diperintahkannya
meski itu takkan mengurangi siksaan yang ditimpakannya padaku. Ia melakukan
semuanya dengan senang hati, meski secara perlahan jari-jariku terus
beregenerasi.
Tapi kalau begini terus, aku bisa
apa? Aku hanya menjadi mainan mengerikan psikopat itu. Aku letih dan tak
berdaya—putus asa. Siapa yang bisa menolongku kini? Tiap hari si psikopat itu
datang hanya untuk menyiksaku. Aku sangat ketakutan!
“Kaneki,” bisik seseorang
bertudung—bawahan si psikopat itu yang selalu datang kemari untuk mengepel
genangan darahku di lantai.
“Banjo-San?” liriku lemah begitu
mengenali suara itu.
“Kaneki, kamu tahan ya!” Banjo
melepas tudungnya. “Aku sudah dengar kalau Rize dah mati dan kamu
menyembunyikan hal itu dariku hanya untuk menjaga perasaanku. Ya, kan?”
Iya, sih. Tapi apa pentingnya itu
sekarang dibahas saat aku sedang menderita berat?
“Aku akan nolongin kamu,” katanya
sambil mencelupkan pelnya ke ember air hingga airnya berubah warna menjadi
merah dalam sekejap. “Tinggal tunggu tanggal mainnya saja. Ntar temenku akan ke
sini buat lepasin kamu. Tapi kamu tahan, ya!”
Aku hanya bisa mendengarkan
harapan itu. Semoga itu akan segera terlaksana. “Tapi kenapa harus aku…?”
“Sabar. Kamu orangnya sangat baik
hati. Oleh karena itulah aku akan menolongmu. Tapi kamu bertahanlah dulu. Kau
pasti akan segera bebas.”
Ia lalu keluar dari ruangan
mencekam ini. Sementara itu kukembali terkulai lemas dan menangis perih. Tahan…
tahan… tahan… ia menyuruhku bertahan di neraka ini entah sampai berapa lama
lagi.
(Tuk hari kesekiannya di neraka
Yamori…)
“Kejam sekali!” Sesuai janjinya,
Banjo mengirim 2 temannya untuk mengurusku.
Setelah disiksa lagi, mereka
membersihkan darah di lantai seperti biasa bahkan membersihkan sisa darah di
kakiku. Jari-jari kakiku sudah beregenerasi kembali dengan mudahnya. Tapi
sebentar lagi sepertinya akan dipotong dan mengotori lantai lagi.
“Kamu jangan menyerah, ya!
Bertahanlah sedikit lagi. Banjo kirim pesan buat kamu agar tetap semangat dan
bertahan. Kami pasti akan melepaskanmu!”
Kutetap terkulai meski merasa
berterima kasih pada sepasang kekasih itu. Aku akan mencoba untuk tetap
bernapas meski harus meraung-raung kesakitan tiap hari. Kapan derita hebat ini
akan selesai?
Blam. Hatiku kembali dilecuti
begitu Yamori memasuki ruangan. Napasku kembali memburu. Deraian air mata
kembali mengalir. Kedua teman Banjo kemudian meninggalkan ruangan itu,
menyisakan diriku dan Yamori lagi.
Aku tak bisa berbuat apa-apa.
Apalah dayaku kini selain menerima perlakuan brutalnya? Tapi kenapa harus aku
yang harus merasakan semuanya? Kenapa harus aku? Kenapa aku? Kenapa?!
Permainan mengerikan apa lagi
yang akan dilakukannya padaku? Selama ini—berhari-hari sudah ia mengerjaiku
sedemikian rupa. Psikopat itu selalu bersenang-senang denganku meski teriakan
kesakitanku harus bergema di ruangan ini. Sudah menjadi kesenangannya melakukan
penganiyaan berat tanpa aku bisa melawannya sedikit pun karena terlalu lemah.
Aku tak bisa lari. Aku tak bisa bergerak!
Hari ini, ia punya mainan baru:
seekor lipan menggelikan.
“Arrrrrrrrrrrrrrrrrrghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!”
Lagi-lagi kuhanya bisa menjerit dikerjai si iblis brutal itu…
Aku harus bagaimana lagi? Bagaimana
caranya bisa lepas dari sini? Bagaimana aku bisa melawan penyiksaan yang berlebihan
ini? Siapa yang bisa menolongku kini? Kenapa harus aku yang duduk di sini dan
mengalaminya?
Teman-teman Anteiku, kalian sedang
apa dan di mana? Aku di sini setengah hidup, tapi juga setengah mati dengan air
mata dan darah yang tak ada habis-habisnya mengucur… T.T
===================================================================
hay, baca battle seru lainnya di sini ya, klik aja gambarnya. hepy reading!
0 komentar:
Posting Komentar