hay, frenz! hari ini mau share lagu unravel lagi hehe, dah 4 kali ya sama kali ini share unravel dari berbagai versi (versi episod Hide mati, versi indonesianya, versi musik boxnya), kali ini versi manis persahabatan Kaneki ama Hide yang disajikan dengan video klip yang sangat manis dan baper. beneren deh baper banget! klik gambar di bawah ini ya!
aku baru putar minggu ini di fp biasa, jadi baru nemu si n kesannya tuh duh baper luar binasa. karna pake unravel versi slownya ditambah adegan manisnya ama Hide. duh, so swit bangetlah, pengen nangis. sangat salut ama pembuat video klipnya n pengatur audio musiknya agar harmonis. pinter banget bikin yang baper kayak gini. touch banget deh!
awalnya si langsung lagu pembuka ga pake reff, kan awalnya tu biasa langsung reff. di video ini lagunya dipotong dikit di awalnya saja. dimulai waktu episod 12 sison 1 saat Kaneki disekap dan dy mulai berhalusinasi macam2. dy sangat ketakutan--merintih2 dan tiba2 saja merasakan sentuhan ibunya yang ternyata pas penutup matanya dibuka, ia pun terbelalak dan pandangannya membawanya ke memori masa lalunya, yah di video ini sih langsung dipotong ke Hide saja fokusnya. langsung di kampus sama Hide dan Hide ngatain dy monster kemudian Hide terjatuh, tapi di video ini dipotong dengan rapinya dan langsung ke episod 12 sison 2 kala Kaneki mengenang masa lalunya bersama teman2 di Anteiku. tahu2nya saja Kaneki bareng Hide di sana sama seperti awal mereka main ke Anteiku di episod 1 sison 1 dulu. begitu harmonis dan penuh canda tawa karna teman2nya lengkap di sana. Hide goda Kaneki soal cewek dan menunjuk Toka. Kaneki menoleh ke arah Toka dengan bapernya dengan mata penuh cinta dan kerinduan. tapi secara perlahan Toka yang tersenyum padanya tuh menghilang ditelan kegelapan, begitu pun dengan Hinami dan ibunya yang tengah hangat2nya di meja sebelahnya, Nishi dan Kimi yang lagi pacaran di meja satunya juga menghilang, kemudian di bar ada Itori, Yomo, Uta, Koma, Irimi dan yang terakhir adalah manajer yang turut menghilang semua. semuanya ditelan kegelapan. Kaneki jadi cemas karna semua temannya hilang. terakhir yang dipikirkannya adalah Hide. ia kemudian langsung mencari Hide di depannya, tapi dy sudah tak ada selain kehancuran dan betapa berantakannya Anteiku sekarang. kemudian alurnya dimundur lagi saat rambutnya putih di episod yang sama. dy terkejut saat melihat Hide ada di sana di balik kegelapan sambil membawakannya kopi. dy syok dan tak menyangka Hide di sana dan langsung menutup mata ghoulnya dengan sedih, tapi Hide senyum2 aja. dy tetap memberikan senyuman hangatnya. namun ternyata kondisi Hide tak sebaik senyumannya karena rupanya dy terluka. dy berusaha bangkit, namun rasa sakitnya sudah tak tertahankan lagi dan ia pun jatuh bersimpuh di atas tumpahan kopi dan darahnya sendiri. Kaneki jadi syok melihatnya dan segera menahan tubuhnya yang terjatuh. Hide masih bisa mengembangkan senyumannya karena senang bisa ketemu ama Kaneki lagi di tengah2 rasa sakit hebatnya. Hide hanya berusaha untuk mengatakan, "Ayo pulang, Kaneki!" sebanyak berkali2. scen yang paling aku suka waktu nada WASURENAIDE (Hide mendekap Kaneki penuh kehangatan dari belakang waktu di sekolah setelah kematian ibu Kaneki waktu SD), WASURENAIDE (Hide mendekap Kaneki dari belakang di kampus setelah Kaneki keluar dari rumah sakit, penuh kerinduan dan tak kalah hangatnya), WASURENAIDE (Hide ajak kenalan waktu SD sambil tersenyum hangat dan mereka pun berjabat tangan ceria), WASURENAIDE (Hide yang melambaikan tangan dengan riangnya waktu mampir di Anteiku di episod 3 sison 1). benar2 jangan lupakan Hide! kemudian Kaneki menangis mengingat masa lalu yang indah itu dan air matanya menetes ke wajah Hide yang kemudian bisa merasakannya dan tersenyum. di balik kobaran api di Anteiku itu, Kaneki kemudian berkata, "Ayo pulang, Hide!" so swit banget deh adegannya! yang terakhir, kemudian rambut Kaneki berubah menjadi hitam menggantikan rambutnya yang putih itu. (the end)...
nah BAPER kan lo pade?! pokoknya aku salut banget ama sutradara anime ini juga fan made-nya yang susun nih video yang bener2 pas ama lagunya. keren gile kreatifitas mereka tuh bikin anime kayak gene. gila, n moga aku bisa ikuti jejak kreatifitasan mereka kelak. amin!
btw nih ada kisah permusuhan Kaneki ama Nishi yang aku suka banget hehe, ntar di postingan berikut baru dibahas kisah pertemanan Kaneki ama ghoul jahat ini. cek it ot!
“Nishi, lihat!” kakak perempuanku
menyibak sebuah tenda usang di tepi hutan. “Di sini ada makanan.”
Kutatap sendu “makanan” yang
dimaksud oleh kakakku tadi. Kumenghela napas berat. Kenapa sih makanan kita
harus “mereka”?
“Apakah kita harus memakan
mereka? Kan kasihan!” gerutuku.
Kakakku mengacak-acak rambutku.
“Nishi, kau memang masih terlalu kecil untuk memahaminya. Tapi sama seperti
manusia, sama saja kan bagi kita “mereka” itu seperti daging ayam atau sapi?
Lagipula mereka kan sudah mati dan bukan kita yang membunuhnya. Ini sudah jadi
rezeki kita, Nishi. Kalau kita tak makan mayat-mayat itu, bagaimana kita bisa
bertahan hidup?”
Kutertegun merenunginya. Kenapa
sih takdirku harus menjadi ghoul?! Mungkin karena masih kecil, makanya aku jadi
kasihan pada “menu”ku itu. Bagaimana dengan keluarga mereka yang mencari-cari
sedangkan keluarga mereka tak tahu kalau orang yang mereka kasihi itu sudah
menjadi mayat dan menetap di dalam perut para ghoul seperti kami. Pasti
perasaan mereka hancur karena mayat mereka tak dimakamkan dengan baik, eh malah
menjadi isi perut ghoul.
“Sudahlah, Nishi! Akan lebih
kasihan kalau kita tidak makan-makan juga. Ayo, makan!”
Akhirnya aku hanya bisa
mengiyakannya dan menyantap mayat-mayat itu bersama kakakku. Bagaimana pun
juga, di dunia ini hanya kakakkulah yang mengurusi semua kebutuhanku setelah…
orangtua kami dibantai di tangan manusia (maksudnya CCG).
Aku sangat menyayangi kakakku
yang berjuang keras menghidupiku itu. Ia adalah ibu sekaligus ayah bagiku. Di
rumah kami hanya tinggal berdua saja. Tiap hari ia bekerja di swalayan agar
bisa menyekolahkanku supaya bisa berbaur dengan manusia pada umumnya. Dengan
begitu, aku bisa merasakan bagaimana rasanya hidup sebagai manusia normal.
Huft, padahal dirinya sendiri putus sekolah. Tapi ia lebih mementingkan diriku,
makanya aku bisa baca tulis kanji dengan baik. Pengetahuanku pun luas.
Tahun demi tahun berganti, aku
pun tumbuh dewasa. Dan ia masih saja sama seperti itu, berjuang mencari nafkah
demi kami berdua. Aku pun sering menantinya di depan pintu rumah sampai ia
pulang. Kasihan kakakku ini. Ia adalah orang yang sangat berharga bagiku. Kami
berjuang hidup berdua di dunia ini.
“Nishi, kau semakin tinggi saja,
ya! Jadi lebih tinggi daripada aku. Tidak terasa!” komentarnya ceria sore itu
saat pulang kerja. Ia tak tampak terbebani olehku. Ia selalu saja terlihat
bahagia.
Kakakku sayang, kalau selesai
kuliah nanti, gilirankulah yang bekerja untuk membahagiakan kakak sebagai budi
baktiku untuk kakak yang sangat kukagumi.
Namun malam itu…
“Kakak! Kakaaaaaaaaaaak!” pekikku
berusaha menyadarkannya yang tergeletak di jalan malam itu—sementara
orang-orang itu berlari-lari mencari kami. Tidak! Kakakku tidak boleh mati. Ia
tak boleh mati dan meninggalkanku sendirian di dunia ini! Tidak!
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!
“Nishi, lari… selamatkan dirimu,
adikku sayang…”
Sekarang tinggallah aku sendiri
di dunia ini. Orang –orang CCG itu telah membantai kakakku. Aku harus bisa
melindungi diriku sendiri sepeninggalan kakakku yang sudah berjuang dan
melindungiku habis-habisan dari CCG itu.
Kukepalkan jemari tanganku.
Kebencianku pada mahluk bernama “manusia” itu semakin bergejolak. Mereka memang
pantas jadi santapan kami—para ghoul!
Kesendirian ini membuat hatiku
menjadi kelam—segelap-gelapnya. Membuat pikiranku jadi kejam habis. Semuanya
telah berubah. Aku tak akan mengasihani mereka lagi sebagaimana waktu kecil
dulu—di kalaku belum mengerti apa-apa tentang dunia ghoul.
Aku menjadi pembunuh brutal di
wilayah 20 dan… dan jujur saja, aku menikmatinya. Mungkin inilah jati diriku
yang sebenarnya! Tak ada ampun buat manusia. Semuanya akan berakhir di perut
para ghoul! Siapa suruh mereka semena-mena pada kami. Siapa yang duluan menebar
bara? Kami kan juga ingin hidup. Memangnya hanya mereka saja yang ada di dunia
ini? Apa ghoul tak berhak mendiami dunia yang sama dengan mereka? Mengapa
mereka memberantas kami seperti binatang?!
Dan aku paling tak suka wilayahku
dimasuki ghoul lain! Meskipun sesama ghoul, tapi tak ada ampun untuk itu.
Takkan kubiarkan ghoul lain mengganggu teritoriku. Ini adalah wilayah makanku.
Dan orang-orang yang memasuki wilayah ini akan habis di perutku. Enak saja
berbagi dengan ghoul lain. Hidup sendiriku ini mengubahku menjadi ghoul
terlaknat yang egois habis di wilayah ini.
Tapi bagaimana aku tidak geram
ketika ada cewek rinkaku yang memasuki wilayah makanku di awal episod 1 ini?
Enak saja dia makan di tempat ini! Sepertinya cewek itu ghoul pendatang baru
karena aku baru melihatnya di wilayah ini. Darimana sih asalnya? Resek!
Pokoknya ini teritoriku! Ini
adalah batas kekuasaanku! Ini restoranku! Tak akan kuampuni kalau ada yang
melanggarnya. Titik! Begitulah pemikiran ghoul penyendiri—jadi buas dan ganas
habis…
Di kampus, aku berteman akrab
dengan adik kelasku bernama Hide. Tapi tahu sendiri kan kenapa aku mau berteman
dengannya? Karena… karena sepertinya dagingnya enak! Aku sudah tak sabar lagi
untuk mencicipinya. Tapi tunggu saja tanggal mainnya. Takkan kubiarkan hidangan
istimewa ini hilang begitu saja!
Aku takkan membiarkannya lari,
makanya aku pun selalu merespon baik curhatnya, termasuk saat dia curhat
mengenai temannya yang dirawat di rumah sakit dan lama tak ngampus lagi. Uh! Sungguh
curhat yang membosankan. Huahm! Apa peduliku dengan teman lo, Hide?
Beberapa hari kemudian di akhir
episod 1—malam itu—eh, ada lagi ghoul yang memasuki wilayahku ini. Untung saja
ketahuan olehku karena aku bisa mengendus aroma mayat yang dimakannya itu.
Segera saja kusepak kepalanya hingga berdarah-darah. Brak!
“Kurang ajar, ya! Sudah kubilang
ini wilayah gue! Mati lo!” pekikku bengis. Namun ternyata tak hanya ada satu,
tapi ada lagi ghoul pemuda belia berjaket biru berhoodie di ujung sana.
Pemuda berwajah manis itu
menatapku syok ketika kubantai ghoul yang hendak membaginya makanan tadi. Namun
anehnya, kok mata ghoulnya hanya satu?!
Ah, aku tak peduli. Ia juga kena
amarahku. Segera kusambar lehernya dan mencekiknya dengan brutal. “Mati lo!
Jangan main-main di wilayahku ini, ghoul mata satu! Tahu gak sih kalo nih
wilayah gue?!”
Ia meronta-ronta kesakitan. Lemah
sekali ghoul yang satu ini! Baunya juga kayak ghoul perempuan. Aneh! Kenapa ia
tak mengeluarkan kagunenya untuk melawanku? Tapi bukankah ini menarik karena
saking mudahnya? Emosiku terlampiaskan!
Namun sesosok ghoul mungil berseragam
SMA kemudian menghentikanku. Sial! Siapa, sih?! Oh, Toka rupanya.
“Move, bitch! Ini wilayah gue.
Napa lo ikut campur!” tantangku pada gadis bertubuh mungil itu.
“Apa main wilayah-wilayah? Tak
ada namanya wilayah-wilayah. Aturan darimana itu? Siapa cepat, dia dapat!”
Pertarunganku dengannya tak
terhindarkan lagi. Namun ia tergolong ghoul berkekuatan lincah dan akhirnya ia
berhasil menciderai tangan dan kakiku. Sial! Ck! Akhirnya aku kabur dari
teritoriku sendiri. Mang salah kalo aku menetapkan aturan teritoriku sendiri.
Awas saja ya! Kalau saja perutku sedang tak keroncongan, sudah kugusur tuh
ghoul-ghoul yang sudah memerkosa wilayahku.
Sial! Hari ini gagal dapat
mangsa. Kemudian kuberpikir untuk “membuka bungkus” Hide besok (mang snack?!). Bukankah
itu sangat mudah? Hahahahahahahaha!
Di episod 2, kami janjian
ketemuan di kampus. Ia hendak meminjam catatanku semester kemarin. Akhirnya!
Sungguh senang bisa menyambut kedatangannya ini. Namun, ia datang dengan
temannya dan temannya itu adalah…
“Kamu?” Mataku melebar begitu
melihat si mata satu itu. Mata polosnya pun terbelalak kaget melihatku. Ia yang
kemarin itu! Si ghoul lemah berbau cewek.
Hide lalu memperkenalkan temannya
itu padaku. “Kak Nishi, kenalin nih temanku—Kaneki. Orang yang kuceritakan lama
gak ngampus itu karena sakit.”
“Oh, salam kenal, Ka-ne-ki,”
kumenyeringai padanya sambil mengendus-endusnya. Beneren loh dia bau ghoul
cewek! Ada yang aneh dengan ghoul berpenampilan lembut ini. Tapi ini bau siapa,
ya?
“Duh, Hide! Sori! Bukunya ada di
rumahku. Kita ambil sama-sama, yuk!” ajakku dengan maksud tertentu. Tak ingin
saja gituh diganggu kalo ngelakuinnya di kampus—apalagi ada temannya!
“Aku ikut!” tiba-tiba saja Kaneki
bersuara.
Ck! Rupanya ghoul ini mau buat
masalah denganku. Kacau sudah rencanaku. Bagaimana ini? Apa ia juga berniat
memakan Hide? Hide itu bagianku, tahu!
Tak langsung kurespon keinginan
Kaneki itu. Mataku terus tertuju ke komputer dengan wajah kebratan habis. Aku
terus memunggunginya, tapi jangan sampai ia curiga. Makanya kuiyakan saja meski
berat hati.
Kami bertiga berjalan barengan.
Kami sempat singgah membeli burger dan kumemakan burger itu dengan entengnya.
Tak kuhiraukan bagaimana Kaneki memandangku kaget, sementara ia sendiri tak
makan. Haha, dasar ghoul polos! Masa yang beginian saja tak tahu triknya? Apa
ada yang namanya ghoul pemula di usia sepertinya?
Ia seolah meragukan apa aku ini
ghoul sungguhan atau tidak. Daritadi ia terus mengawasiku dari belakang. Entah
apa yang dipikirkannya tentangku. Tapi aku berusaha tak menyikapinya, ntar
mangsaku kabur lagi. Namun begitu tiba di jalan yang sepi… kumembalikkan
badanku mendelikinya.
Duak! Kutendang Hide hingga
pingsan dan inilah kesempatanku untuk memberi ghoul mata satu ini pelajaran.
Kemarin aku dendam habis padanya dan pada ghoul SMA itu. Kusambar lehernya
dengan berangnya.
“Lo pasti mau makan Hide, kan?
Dia itu bagian gue, dasar ghoul bau cewek!”
“Tidak! Justru sebaliknya, aku
akan menghentikan niat jahatmu itu!”
Zrugh! Langsung saja tanpa ampun
kulubangi perutnya dengan bogemku. Ya, aku memang sudah terbiasa melakukan
kekerasan pada ghoul lemah sepertinya. Tapi bagaimana kalau kita main-main dulu
sebelum makan? Tak seru, nih kalau ia kubantai dengan mudahnya meskipun aku
bisa sekali menjentikkan jari. Begitulah pemikiran psiko-ku!
Menyenangkan melihatnya kesakitan
seperti itu. Bagaimana agar semuanya tambah seru, kupermainkan dia sebentar.
Melihat temannya kuinjak-injak, ia dengan susah payahnya bangkit meski dengan
perut berdarah kemudian berusaha menyerangku dengan tasnya. Iddih!
“Jauhi temanku! Tolong!”
Sampai sebegitunya mau
memperjuangkan nyawa temannya segala. Dengan mudahnya kumenghindarinya dan
menendangnya sampai terpelanting tanpa ampun lagi. Brugh! Ia tersungkur lemah
tak berdaya. Hm, kurang seru nih! Mudah sekali kalahnya.
Aku harus berusaha membuat
pertarungan tak seimbang ini jadi menarik. Kudatangi ia kemudian menindih luka
tembusan dari perut di punggungnya. Rasakan! Aku belum cukup menikmati ini
semua, ayo bangkit! Aku ingin membuatnya lebih sengsara lagi. Sebelum
membuatnya menderita berat, aku takkan bisa memakan Hide dengan lahap. Kalau
perlu, kuhabisi saja ghoul sepele ini.
Hm, ayolah! Jangan kecewakan aku.
Buatlah pertunjukan yang lebih menarik lagi. Bagaimana kalau kuancam dia dengan
menggunakan kaguneku ini. Aku ingin ia mengeluarkan kagunenya melawanku sebagai
pemanasan sebelum hidangan disajikan. Anggap saja apetizer. Penasaran saja
seperti apa kagune cowok berbau ghoul cewek itu.
“Kaneki, keluarin kagune lo atau
teman lo ini gue tusuk pake kagune gue!” Kukeluarkan kaguneku melingkari
kakiku.
Ia berusaha bangkit habis-habisan
dengan tubuh berlumuran darah. Ia menahan hebatnya rasa sakit yang
ditanggungnya demi sahabatnya. Mengharukan! Akhirnya…
Dengan wajah geram, akhirnya ia
mengeluarkan kagunenya (rinkaku). Ia kemudian memelototiku dengan beringas.
Wah, kepribadiannya langsung berubah sebaliknya. Apakah ia tangguh dengan
kagune itu? Kita lihat saja! Yang penting sepertinya pertarungan ini akan seru
dan menantang. Sip!
Aku berhasil membuatnya naik
darah. Ini baru tantangan seru, akhirnya ia beraksi juga dan mengeluarkan
kagunenya. Asik, aku bisa bermain-main dengannya. Lihat saja, siapa yang lebih
kuat! Hahahahahahahaha!!!
“Awas kau, ya! Rasakan ini!”
Sruk. Kagune rinkakunya kemudian
menelusur menyerangku. Kuberhasil menghindar dengan lincahnya dan melayangkan
kagune bikaku ku membalas serangannya. Eh, dia malah dengan lincahnya menaiki
kaguneku.
“We! Sialan lo! Lepasin kagune
gue, Bajingan!”
Tapi sepertinya ia sudah gelap
mata meski sudah kukibas-kibaskan bikaku ku agar ia terpelanting. Tak sampai di
sana, ia kemudian langsung menebas habis tubuhku dengan serangan tak
terduganya. Serangannya cepat sekali menusuk-nusuk—mengoyak habis perutku
dengan kagunenya.
“We! Stop, Bego! Dasar biadab!
We, hentikan! Sakit!” pekikku memaki-makinya dalam keadaan kesakitan. Parah nih
ghoul mata satu! “Sudah! Sudaaaaaaaaaaaah!” raungku ampun-ampunan.
Ia seolah hilang kendali dan
begitu gelap mata. Ia tak memberiku ampun untuk itu meski beberapa kali
kumeneriakinya.
“Mati aku! Mati aku! Mati aku!
Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku!”
Ku syok setengah mati begitu ia
melempar tubuhku hingga kepalaku tersangkut di atas terali pagar besment atas.
Tubuhku pun bergelantungan dalam keadaan sekarat. Namun aku masih bisa
menyadari sesuatu.
“Itu kan kekuatan Rize-san…”
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttt!
======================================================================
selain battle Nishi vs Kaneki barusan, dukung battle seru lainnya dari aku dengan ngeklik gambar ini menuju entriku:
0 komentar:
Posting Komentar