THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 19 Maret 2016

TOKYO GHOUL (unravel for Hide + Nishi as enemy)

hay, frenz! hari ini mau share lagu unravel lagi hehe, dah 4 kali ya sama kali ini share unravel dari berbagai versi (versi episod Hide mati, versi indonesianya, versi musik boxnya), kali ini versi manis persahabatan Kaneki ama Hide yang disajikan dengan video klip yang sangat manis dan baper. beneren deh baper banget! klik gambar di bawah ini ya! 
aku baru putar minggu ini di fp biasa, jadi baru nemu si n kesannya tuh duh baper luar binasa. karna pake unravel versi slownya ditambah adegan manisnya ama Hide. duh, so swit bangetlah, pengen nangis. sangat salut ama pembuat video klipnya n pengatur audio musiknya agar harmonis. pinter banget bikin yang baper kayak gini. touch banget deh!
awalnya si langsung lagu pembuka ga pake reff, kan awalnya tu biasa langsung reff. di video ini lagunya dipotong dikit di awalnya saja. dimulai waktu episod 12 sison 1 saat Kaneki disekap dan dy mulai berhalusinasi macam2. dy sangat ketakutan--merintih2 dan tiba2 saja merasakan sentuhan ibunya yang ternyata pas penutup matanya dibuka, ia pun terbelalak dan pandangannya membawanya ke memori masa lalunya, yah di video ini sih langsung dipotong ke Hide saja fokusnya. langsung di kampus sama Hide dan Hide ngatain dy monster kemudian Hide terjatuh, tapi di video ini dipotong dengan rapinya dan langsung ke episod 12 sison 2 kala Kaneki mengenang masa lalunya bersama teman2 di Anteiku. tahu2nya saja Kaneki bareng Hide di sana sama seperti awal mereka main ke Anteiku di episod 1 sison 1 dulu. begitu harmonis dan penuh canda tawa karna teman2nya lengkap di sana. Hide goda Kaneki soal cewek dan menunjuk Toka. Kaneki menoleh ke arah Toka dengan bapernya dengan mata penuh cinta dan kerinduan. tapi secara perlahan Toka yang tersenyum padanya tuh menghilang ditelan kegelapan, begitu pun dengan Hinami dan ibunya yang tengah hangat2nya di meja sebelahnya, Nishi dan Kimi yang lagi pacaran di meja satunya juga menghilang, kemudian di bar ada Itori, Yomo, Uta, Koma, Irimi dan yang terakhir adalah manajer yang turut menghilang semua. semuanya ditelan kegelapan. Kaneki jadi cemas karna semua temannya hilang. terakhir yang dipikirkannya adalah Hide. ia kemudian langsung mencari Hide di depannya, tapi dy sudah tak ada selain kehancuran dan betapa berantakannya Anteiku sekarang. kemudian alurnya dimundur lagi saat rambutnya putih di episod yang sama. dy terkejut saat melihat Hide ada di sana di balik kegelapan sambil membawakannya kopi. dy syok dan tak menyangka Hide di sana dan langsung menutup mata ghoulnya dengan sedih, tapi Hide senyum2 aja. dy tetap memberikan senyuman hangatnya. namun ternyata kondisi Hide tak sebaik senyumannya karena rupanya dy terluka. dy berusaha bangkit, namun rasa sakitnya sudah tak tertahankan lagi dan ia pun jatuh bersimpuh di atas tumpahan kopi dan darahnya sendiri. Kaneki jadi syok melihatnya dan segera menahan tubuhnya yang terjatuh. Hide masih bisa mengembangkan senyumannya karena senang bisa ketemu ama Kaneki lagi di tengah2 rasa sakit hebatnya. Hide hanya berusaha untuk mengatakan, "Ayo pulang, Kaneki!" sebanyak berkali2. scen yang paling aku suka waktu nada WASURENAIDE (Hide mendekap Kaneki penuh kehangatan dari belakang waktu di sekolah setelah kematian ibu Kaneki waktu SD), WASURENAIDE (Hide mendekap Kaneki dari belakang di kampus setelah Kaneki keluar dari rumah sakit, penuh kerinduan dan tak kalah hangatnya), WASURENAIDE (Hide ajak kenalan waktu SD sambil tersenyum hangat dan mereka pun berjabat tangan ceria), WASURENAIDE (Hide yang melambaikan tangan dengan riangnya waktu mampir di Anteiku di episod 3 sison 1). benar2 jangan lupakan Hide! kemudian Kaneki menangis mengingat masa lalu yang indah itu dan air matanya menetes ke wajah Hide yang kemudian bisa merasakannya dan tersenyum. di balik kobaran api di Anteiku itu, Kaneki kemudian berkata, "Ayo pulang, Hide!" so swit banget deh adegannya! yang terakhir, kemudian rambut Kaneki berubah menjadi hitam menggantikan rambutnya yang putih itu. (the end)...
nah BAPER kan lo pade?! pokoknya aku salut banget ama sutradara anime ini juga fan made-nya yang susun nih video yang bener2 pas ama lagunya. keren gile kreatifitas mereka tuh bikin anime kayak gene. gila, n moga aku bisa ikuti jejak kreatifitasan mereka kelak. amin!

btw nih ada kisah permusuhan Kaneki ama Nishi yang aku suka banget hehe, ntar di postingan berikut baru dibahas kisah pertemanan Kaneki ama ghoul jahat ini. cek it ot!



“Nishi, lihat!” kakak perempuanku menyibak sebuah tenda usang di tepi hutan. “Di sini ada makanan.”
Kutatap sendu “makanan” yang dimaksud oleh kakakku tadi. Kumenghela napas berat. Kenapa sih makanan kita harus “mereka”?
“Apakah kita harus memakan mereka? Kan kasihan!” gerutuku.
Kakakku mengacak-acak rambutku. “Nishi, kau memang masih terlalu kecil untuk memahaminya. Tapi sama seperti manusia, sama saja kan bagi kita “mereka” itu seperti daging ayam atau sapi? Lagipula mereka kan sudah mati dan bukan kita yang membunuhnya. Ini sudah jadi rezeki kita, Nishi. Kalau kita tak makan mayat-mayat itu, bagaimana kita bisa bertahan hidup?”
Kutertegun merenunginya. Kenapa sih takdirku harus menjadi ghoul?! Mungkin karena masih kecil, makanya aku jadi kasihan pada “menu”ku itu. Bagaimana dengan keluarga mereka yang mencari-cari sedangkan keluarga mereka tak tahu kalau orang yang mereka kasihi itu sudah menjadi mayat dan menetap di dalam perut para ghoul seperti kami. Pasti perasaan mereka hancur karena mayat mereka tak dimakamkan dengan baik, eh malah menjadi isi perut ghoul.
“Sudahlah, Nishi! Akan lebih kasihan kalau kita tidak makan-makan juga. Ayo, makan!”
Akhirnya aku hanya bisa mengiyakannya dan menyantap mayat-mayat itu bersama kakakku. Bagaimana pun juga, di dunia ini hanya kakakkulah yang mengurusi semua kebutuhanku setelah… orangtua kami dibantai di tangan manusia (maksudnya CCG).
Aku sangat menyayangi kakakku yang berjuang keras menghidupiku itu. Ia adalah ibu sekaligus ayah bagiku. Di rumah kami hanya tinggal berdua saja. Tiap hari ia bekerja di swalayan agar bisa menyekolahkanku supaya bisa berbaur dengan manusia pada umumnya. Dengan begitu, aku bisa merasakan bagaimana rasanya hidup sebagai manusia normal. Huft, padahal dirinya sendiri putus sekolah. Tapi ia lebih mementingkan diriku, makanya aku bisa baca tulis kanji dengan baik. Pengetahuanku pun luas.
Tahun demi tahun berganti, aku pun tumbuh dewasa. Dan ia masih saja sama seperti itu, berjuang mencari nafkah demi kami berdua. Aku pun sering menantinya di depan pintu rumah sampai ia pulang. Kasihan kakakku ini. Ia adalah orang yang sangat berharga bagiku. Kami berjuang hidup berdua di dunia ini.
“Nishi, kau semakin tinggi saja, ya! Jadi lebih tinggi daripada aku. Tidak terasa!” komentarnya ceria sore itu saat pulang kerja. Ia tak tampak terbebani olehku. Ia selalu saja terlihat bahagia.
Kakakku sayang, kalau selesai kuliah nanti, gilirankulah yang bekerja untuk membahagiakan kakak sebagai budi baktiku untuk kakak yang sangat kukagumi.
Namun malam itu…
“Kakak! Kakaaaaaaaaaaak!” pekikku berusaha menyadarkannya yang tergeletak di jalan malam itu—sementara orang-orang itu berlari-lari mencari kami. Tidak! Kakakku tidak boleh mati. Ia tak boleh mati dan meninggalkanku sendirian di dunia ini! Tidak! Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!
“Nishi, lari… selamatkan dirimu, adikku sayang…”
Sekarang tinggallah aku sendiri di dunia ini. Orang –orang CCG itu telah membantai kakakku. Aku harus bisa melindungi diriku sendiri sepeninggalan kakakku yang sudah berjuang dan melindungiku habis-habisan dari CCG itu.
Kukepalkan jemari tanganku. Kebencianku pada mahluk bernama “manusia” itu semakin bergejolak. Mereka memang pantas jadi santapan kami—para ghoul!
Kesendirian ini membuat hatiku menjadi kelam—segelap-gelapnya. Membuat pikiranku jadi kejam habis. Semuanya telah berubah. Aku tak akan mengasihani mereka lagi sebagaimana waktu kecil dulu—di kalaku belum mengerti apa-apa tentang dunia ghoul.
Aku menjadi pembunuh brutal di wilayah 20 dan… dan jujur saja, aku menikmatinya. Mungkin inilah jati diriku yang sebenarnya! Tak ada ampun buat manusia. Semuanya akan berakhir di perut para ghoul! Siapa suruh mereka semena-mena pada kami. Siapa yang duluan menebar bara? Kami kan juga ingin hidup. Memangnya hanya mereka saja yang ada di dunia ini? Apa ghoul tak berhak mendiami dunia yang sama dengan mereka? Mengapa mereka memberantas kami seperti binatang?!
Dan aku paling tak suka wilayahku dimasuki ghoul lain! Meskipun sesama ghoul, tapi tak ada ampun untuk itu. Takkan kubiarkan ghoul lain mengganggu teritoriku. Ini adalah wilayah makanku. Dan orang-orang yang memasuki wilayah ini akan habis di perutku. Enak saja berbagi dengan ghoul lain. Hidup sendiriku ini mengubahku menjadi ghoul terlaknat yang egois habis di wilayah ini.
Tapi bagaimana aku tidak geram ketika ada cewek rinkaku yang memasuki wilayah makanku di awal episod 1 ini? Enak saja dia makan di tempat ini! Sepertinya cewek itu ghoul pendatang baru karena aku baru melihatnya di wilayah ini. Darimana sih asalnya? Resek!
Pokoknya ini teritoriku! Ini adalah batas kekuasaanku! Ini restoranku! Tak akan kuampuni kalau ada yang melanggarnya. Titik! Begitulah pemikiran ghoul penyendiri—jadi buas dan ganas habis…
Di kampus, aku berteman akrab dengan adik kelasku bernama Hide. Tapi tahu sendiri kan kenapa aku mau berteman dengannya? Karena… karena sepertinya dagingnya enak! Aku sudah tak sabar lagi untuk mencicipinya. Tapi tunggu saja tanggal mainnya. Takkan kubiarkan hidangan istimewa ini hilang begitu saja!
Aku takkan membiarkannya lari, makanya aku pun selalu merespon baik curhatnya, termasuk saat dia curhat mengenai temannya yang dirawat di rumah sakit dan lama tak ngampus lagi. Uh! Sungguh curhat yang membosankan. Huahm! Apa peduliku dengan teman lo, Hide?
Beberapa hari kemudian di akhir episod 1—malam itu—eh, ada lagi ghoul yang memasuki wilayahku ini. Untung saja ketahuan olehku karena aku bisa mengendus aroma mayat yang dimakannya itu. Segera saja kusepak kepalanya hingga berdarah-darah. Brak!
“Kurang ajar, ya! Sudah kubilang ini wilayah gue! Mati lo!” pekikku bengis. Namun ternyata tak hanya ada satu, tapi ada lagi ghoul pemuda belia berjaket biru berhoodie di ujung sana.
Pemuda berwajah manis itu menatapku syok ketika kubantai ghoul yang hendak membaginya makanan tadi. Namun anehnya, kok mata ghoulnya hanya satu?!
Ah, aku tak peduli. Ia juga kena amarahku. Segera kusambar lehernya dan mencekiknya dengan brutal. “Mati lo! Jangan main-main di wilayahku ini, ghoul mata satu! Tahu gak sih kalo nih wilayah gue?!”
Ia meronta-ronta kesakitan. Lemah sekali ghoul yang satu ini! Baunya juga kayak ghoul perempuan. Aneh! Kenapa ia tak mengeluarkan kagunenya untuk melawanku? Tapi bukankah ini menarik karena saking mudahnya? Emosiku terlampiaskan!
Namun sesosok ghoul mungil berseragam SMA kemudian menghentikanku. Sial! Siapa, sih?! Oh, Toka rupanya.
“Move, bitch! Ini wilayah gue. Napa lo ikut campur!” tantangku pada gadis bertubuh mungil itu.
“Apa main wilayah-wilayah? Tak ada namanya wilayah-wilayah. Aturan darimana itu? Siapa cepat, dia dapat!”
Pertarunganku dengannya tak terhindarkan lagi. Namun ia tergolong ghoul berkekuatan lincah dan akhirnya ia berhasil menciderai tangan dan kakiku. Sial! Ck! Akhirnya aku kabur dari teritoriku sendiri. Mang salah kalo aku menetapkan aturan teritoriku sendiri. Awas saja ya! Kalau saja perutku sedang tak keroncongan, sudah kugusur tuh ghoul-ghoul yang sudah memerkosa wilayahku.
Sial! Hari ini gagal dapat mangsa. Kemudian kuberpikir untuk “membuka bungkus” Hide besok (mang snack?!). Bukankah itu sangat mudah? Hahahahahahahaha!
Di episod 2, kami janjian ketemuan di kampus. Ia hendak meminjam catatanku semester kemarin. Akhirnya! Sungguh senang bisa menyambut kedatangannya ini. Namun, ia datang dengan temannya dan temannya itu adalah…
“Kamu?” Mataku melebar begitu melihat si mata satu itu. Mata polosnya pun terbelalak kaget melihatku. Ia yang kemarin itu! Si ghoul lemah berbau cewek.
Hide lalu memperkenalkan temannya itu padaku. “Kak Nishi, kenalin nih temanku—Kaneki. Orang yang kuceritakan lama gak ngampus itu karena sakit.”
“Oh, salam kenal, Ka-ne-ki,” kumenyeringai padanya sambil mengendus-endusnya. Beneren loh dia bau ghoul cewek! Ada yang aneh dengan ghoul berpenampilan lembut ini. Tapi ini bau siapa, ya?
“Duh, Hide! Sori! Bukunya ada di rumahku. Kita ambil sama-sama, yuk!” ajakku dengan maksud tertentu. Tak ingin saja gituh diganggu kalo ngelakuinnya di kampus—apalagi ada temannya!
“Aku ikut!” tiba-tiba saja Kaneki bersuara.
Ck! Rupanya ghoul ini mau buat masalah denganku. Kacau sudah rencanaku. Bagaimana ini? Apa ia juga berniat memakan Hide? Hide itu bagianku, tahu!
Tak langsung kurespon keinginan Kaneki itu. Mataku terus tertuju ke komputer dengan wajah kebratan habis. Aku terus memunggunginya, tapi jangan sampai ia curiga. Makanya kuiyakan saja meski berat hati.
Kami bertiga berjalan barengan. Kami sempat singgah membeli burger dan kumemakan burger itu dengan entengnya. Tak kuhiraukan bagaimana Kaneki memandangku kaget, sementara ia sendiri tak makan. Haha, dasar ghoul polos! Masa yang beginian saja tak tahu triknya? Apa ada yang namanya ghoul pemula di usia sepertinya?
Ia seolah meragukan apa aku ini ghoul sungguhan atau tidak. Daritadi ia terus mengawasiku dari belakang. Entah apa yang dipikirkannya tentangku. Tapi aku berusaha tak menyikapinya, ntar mangsaku kabur lagi. Namun begitu tiba di jalan yang sepi… kumembalikkan badanku mendelikinya.
Duak! Kutendang Hide hingga pingsan dan inilah kesempatanku untuk memberi ghoul mata satu ini pelajaran. Kemarin aku dendam habis padanya dan pada ghoul SMA itu. Kusambar lehernya dengan berangnya.
“Lo pasti mau makan Hide, kan? Dia itu bagian gue, dasar ghoul bau cewek!”
“Tidak! Justru sebaliknya, aku akan menghentikan niat jahatmu itu!”
Zrugh! Langsung saja tanpa ampun kulubangi perutnya dengan bogemku. Ya, aku memang sudah terbiasa melakukan kekerasan pada ghoul lemah sepertinya. Tapi bagaimana kalau kita main-main dulu sebelum makan? Tak seru, nih kalau ia kubantai dengan mudahnya meskipun aku bisa sekali menjentikkan jari. Begitulah pemikiran psiko-ku!
Menyenangkan melihatnya kesakitan seperti itu. Bagaimana agar semuanya tambah seru, kupermainkan dia sebentar. Melihat temannya kuinjak-injak, ia dengan susah payahnya bangkit meski dengan perut berdarah kemudian berusaha menyerangku dengan tasnya. Iddih!
“Jauhi temanku! Tolong!”
Sampai sebegitunya mau memperjuangkan nyawa temannya segala. Dengan mudahnya kumenghindarinya dan menendangnya sampai terpelanting tanpa ampun lagi. Brugh! Ia tersungkur lemah tak berdaya. Hm, kurang seru nih! Mudah sekali kalahnya.
Aku harus berusaha membuat pertarungan tak seimbang ini jadi menarik. Kudatangi ia kemudian menindih luka tembusan dari perut di punggungnya. Rasakan! Aku belum cukup menikmati ini semua, ayo bangkit! Aku ingin membuatnya lebih sengsara lagi. Sebelum membuatnya menderita berat, aku takkan bisa memakan Hide dengan lahap. Kalau perlu, kuhabisi saja ghoul sepele ini.
Hm, ayolah! Jangan kecewakan aku. Buatlah pertunjukan yang lebih menarik lagi. Bagaimana kalau kuancam dia dengan menggunakan kaguneku ini. Aku ingin ia mengeluarkan kagunenya melawanku sebagai pemanasan sebelum hidangan disajikan. Anggap saja apetizer. Penasaran saja seperti apa kagune cowok berbau ghoul cewek itu.
“Kaneki, keluarin kagune lo atau teman lo ini gue tusuk pake kagune gue!” Kukeluarkan kaguneku melingkari kakiku.
Ia berusaha bangkit habis-habisan dengan tubuh berlumuran darah. Ia menahan hebatnya rasa sakit yang ditanggungnya demi sahabatnya. Mengharukan! Akhirnya…
Dengan wajah geram, akhirnya ia mengeluarkan kagunenya (rinkaku). Ia kemudian memelototiku dengan beringas. Wah, kepribadiannya langsung berubah sebaliknya. Apakah ia tangguh dengan kagune itu? Kita lihat saja! Yang penting sepertinya pertarungan ini akan seru dan menantang. Sip!
Aku berhasil membuatnya naik darah. Ini baru tantangan seru, akhirnya ia beraksi juga dan mengeluarkan kagunenya. Asik, aku bisa bermain-main dengannya. Lihat saja, siapa yang lebih kuat! Hahahahahahahaha!!!
“Awas kau, ya! Rasakan ini!”
Sruk. Kagune rinkakunya kemudian menelusur menyerangku. Kuberhasil menghindar dengan lincahnya dan melayangkan kagune bikaku ku membalas serangannya. Eh, dia malah dengan lincahnya menaiki kaguneku.
“We! Sialan lo! Lepasin kagune gue, Bajingan!”
Tapi sepertinya ia sudah gelap mata meski sudah kukibas-kibaskan bikaku ku agar ia terpelanting. Tak sampai di sana, ia kemudian langsung menebas habis tubuhku dengan serangan tak terduganya. Serangannya cepat sekali menusuk-nusuk—mengoyak habis perutku dengan kagunenya.
“We! Stop, Bego! Dasar biadab! We, hentikan! Sakit!” pekikku memaki-makinya dalam keadaan kesakitan. Parah nih ghoul mata satu! “Sudah! Sudaaaaaaaaaaaah!” raungku ampun-ampunan.
Ia seolah hilang kendali dan begitu gelap mata. Ia tak memberiku ampun untuk itu meski beberapa kali kumeneriakinya.
“Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku! Mati aku!”
Ku syok setengah mati begitu ia melempar tubuhku hingga kepalaku tersangkut di atas terali pagar besment atas. Tubuhku pun bergelantungan dalam keadaan sekarat. Namun aku masih bisa menyadari sesuatu.
“Itu kan kekuatan Rize-san…”
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttt!

======================================================================

selain battle Nishi vs Kaneki barusan, dukung battle seru lainnya dari aku dengan ngeklik gambar ini menuju entriku:

http://battle-of-realms-6.blogspot.co.id/2016/03/fbc-015-ghoul.html?showComment=1457134334921#c4115306077024512880

0 komentar: