THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 18 Maret 2015

KELAS THRILLER (Kelas Malam – bab 4): TOKYO GORE POLICE

Di tengah hutan belantara pada malam hari di Tokyo, Jepang (2009)


Target 1 of 6: si Wajah Mesum…

“Inilah balasan untuk wajah mesummu itu…”

Sebuah kepala menggelinding bebas di tanah yang lembab itu. Pria itu tercekat begitu melihat kepala rekannya terpisah dari tubuhnya di tangan seorang gadis berwajah ayu yang tubuhnya terbuat dari mecha.

“Aku tanya sekali lagi, di mana kawananmu yang lainnya berada!” lirih gadis mecha cantik itu sambil menatap si pria dengan dinginnya.

Pria itu berusaha menahan getaran ketakutan di tubuhnya. Tentu saja ia gengsi dikalahkan oleh seorang gadis, meskipun tahu tubuh gadis itu terbuat dari mecha.

“Jangan biarkan aku mengulangi pertanyaan yang sama!” Gadis itu lalu menginjak kepala korban pertamanya tadi hingga remuk seperti bola yang dikempiskan. Membuat kepala itu remuk tentulah bukan perkara yang sulit untuk gadis berkekuatan mecha sepertinya.

Wajah yang remuk itu mengeluarkan darah dari lubang-lubang di mulut, hidung, mata, dan telinganya – pertanda gadis itu tidaklah main-main. Kepala itu tampak menggenaskan dengan baluran darah dan kedua bola mata yang kemudian menggelinding tak karuan di depan kaki pria yang mulai gemetaran itu.
Pria tadi kemudian mengeluarkan pedangnya untuk melawan gadis ayu itu…

“Ciaaaaaaaaaatttt!!!”

*

Target 2 of 6: Tangan yang Kotor…

Pria itu pikir sedang berhadapan dengan siapa. Tentu saja kekuatan mereka tak seimbang. Kekuatan gadis mecha itu menakutkan!

Gadis mecha itu mengeluarkan pedangnya yang muncul secara otomatis dari pergelangan tangannya – seperti isi pensil di pensil mekanik yang ditekan-tekan.

“Ciaaaatttt!!!” Pria itu mencoba melawan dengan melayangkan pedangnya, namun pedangnya dalam sekejap dipatahkan oleh pedang mecha si Gadis Ayu.

Pria itu mulai ketakutan, tapi terus mencoba melawan saking gengsinya. ‘Ah, dia kan hanya seorang perempuan!’ pikirnya jaim.

Sret!

Pria itu kemudian merasa ada yang hilang dari wajahnya. Kedua matanya lalu mencari-cari apa yang kurang dan menemukan hidungnya sudah tak ada di tempatnya! Wajahnya sudah rata sekarang seperti Voldemort. Tak puas sampai di situ, si Gadis Mecha juga memotong kedua telinga, pergelangan tangan, dan terus mencabik-cabiknya tanpa belas kasihan – sedikit demi sedikit.

Dan beberapa bagian tubuh yang terpotong-potong itu tergeletak di rerumputan satu per satu. Setelah selesai, gadis mecha itu lalu memungut potongan tangan pria tadi yang masih saja menggeliat-geliat tak karuan.

“Tangan ini…” Ia lalu memandang bengis tangan si jahanam itu. “Tangan ini sudah menyentuh apa yang bukan haknya!”

*

Target 3 of 6: Pikiran Jorok…

“Wah! Siapa yang masak, nih?” tanya seorang pemuda pada rekannya begitu kembali ke perkemahan.

“Pastilah kedua teman kita. Siapa lagi?” sahut rekannya. “Tapi mereka berdua ke mana, ya?”

Mereka berdua lalu mendekati tungku di atas perapian kayu bakar itu.

“Ngomong-ngomong mereka bisa mendapatkan buruan ini darimana? Baunya enak sekali!”

“Terserahlah daging apa. Mau babi kek, rusa kek, macan kek. Mari kita cicipi! Aku sudah lapar sekali.”

Mereka pun mencicipi masakan yang masih panas itu dengan lahapnya.

“Wah, enak sekali! Aku tak nyangka mereka pintar juga memasaknya.”

“Sepertinya ini daging yang bisa membuat ‘stamina’ kita memuncak. Setelah itu, kita bisa ‘berburu’ lagi.”

“Hyup, kamu benar. Aku sudah tak sabar lagi ‘menembak dan mencicipi kijang-kijang’  di kota! Seperti apa ya rasanya?”

Wajah mereka kemudian tampak mengkhayalkan fantasi liar – mesum.

“Hm! Enak, ya?”

Tiba-tiba saja terdengar sebuah suara lemah lembut di tengah-tengah mereka. Mata mereka terbelalak tak percaya begitu melihat ‘kijang’ yang dimaksud sudah berada di tengah-tengah mereka.

“Wah, ada cewek cantik rupanya di hutan seperti ini…”

Si Gadis Berwajah Ayu tersenyum misterius. “Kalian tak berbagi makanan dengan kedua teman kalian?”

“Ngapain tanyain mereka, Cantik? Mending kan sama kita-kita saja makan-makan di sini. Yuk, gabung!”

“Soalnya, mereka sudah berbaik hati loh mau memberi kalian makanan,” kata si Gadis Bertampang Ayu. “Tapi memang sayangnya, sepertinya mereka berdua tak bisa turut menikmati masakan itu bersama kita…”

“Memangnya kenapa, Say? Kamu tahu mereka berdua ada di mana? Ketemu di mana? Di jalan?”

Si Gadis Ayu kemudian menunjuk-nunjuk ke arah isi tungku tadi. “Eh! Itu mereka!”

Kepala keduanya kemudian teralihkan ke isi masakan, kemudian langsung memuntahkan  apa yang telah mereka makan tadi setelah melihat beberapa jari manusia, gumpalan otak, bola mata, dan sebagainya di rebusan mendidih itu. Jelas-jelas itu adalah potongan tubuh kedua teman mereka!

Keduanya langsung melarikan diri begitu sadar siapa gadis itu sebenarnya. Si Gadis Mecha tentu saja tak ingin kehilangan mangsanya!

Dengan sekali menghentakkan tanah, tanah di sekitar seseorang di antaranya yang tengah berlari langsung amblas. Sementara itu, rekannya langsung melarikan diri karena ketakutan. Tubuh target si Gadis Mecha tenggelam sampai bahu hingga tentu saja tak memungkinkannya untuk kabur lagi.

Si Gadis Mecha lalu menginjak bahu pria itu dan memperlihatkan selebaran foto sepasang kekasih. “Di mana kedua bos kalian ini?”

Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak tahu!”

“Saya tanya sekali lagi dan jangan sampai membuat kesabaranku habis!”

“Sungguh, benar saya tak tahu!” Pria itu terus berkelit.

Si Gadis Mecha menurunkan kakinya dari bahu pria itu. Pria itu bernapas lega karena si Gadis Mecha meninggalkannya. Namun rupanya bukan demikian, karena gadis itu masih belum percaya padanya. Ia melangkah dengan santainya ke belakang pria itu kemudian mencengkram kepalanya.

“Tidak! Tidak! Tolong jangan bunuh saya! Ampun!”

“Tenang,” kata gadis rupawan itu. “Saya takkan membunuhmu. Saya masih memerlukan informasi darimu.”

“Tapi kan sudah kubilang, aku tak tahu! Sumpah!”

“Sudahlah, kamu diam saja. Aku tak membutuhkan informasi yang keluar dari mulutmu, melainkan…”

Dan dengan kekuatan mengerikan, si Gadis Mecha kemudian meretakkan tempurung kepala pria itu, lalu membukanya seperti membuka penutup gelas. Sekarang isi otak di kepala pria itu tersaji di hadapannya. Diangkatnya otak itu, kemudian mengeluarkan benang memori dari tengkuknya (semacam flash disc) untuk dihubungkan ke otak itu. Ia pun siap untuk mentransferkan memori pria itu ke memorinya demi melacak target utama: pria itu dan kawanannya tengah memerkosa beberapa orang gadis yang meronta-ronta… ia melihat munculnya kedua target utamanya…

Wajah pria yang tengah ditransfer memorinya itu sudah berhujanan darah, hingga wajahnya seolah dicat merah di setiap sudut. Tak lama kemudian, si Gadis Mecha kehilangan gambaran karena…

“Ck!” gerutunya. Ia lalu mengembalikan otak pria tadi serampangan dan acak-acakan hingga tak berbentuk lagi ke kepala si pria. Saking kesalnya, hampir saja ia ingin meremas otak sialan itu. “Hei! Jangan mati dulu! Hei!”

Si Gadis Mecha terpaksa meninggalkan pria yang sudah mati dengan kepala bersimbah darah itu. “Ck! Sial! Padahal tinggal sedikit lagi aku akan mengetahui keberadaan kedua keparat itu!” Ia membersihkan tangannya dari sisa-sisa lendir otak yang selalu berpikiran kotor itu. “Sekarang kepada siapa lagi aku…”

Sekarang tinggal seorang lagi yang tengah berlari sendirian. Tentu saja ia pun tak luput dari incarannya. Tapi gadis itu tak usah repot-repot mengejarnya lagi karena…

*

Target 4 of 6: si Mulut Sampah…

“Hosh! Hosh!” Sisa target yang ada menghela napas lega begitu melihat tak ada lagi yang mengejarnya. “Fiuh! Sepertinya aku selamat!”

Ia kemudian melangkah gontai, namun tiba-tiba saja ia merasa ada yang tak beres dengan kepalanya. Ia merasa sesak dan tak bisa bernapas. Tak lama wajahnya berubah menjadi keunguan lalu menggembung, semakin menggembung dan membesar seperti penderita hidrosefalus hingga… blar!

“Ho! Sepertinya racun di masakan tadi sudah bekerja,” lirih si Gadis Mecha begitu menghitung waktunya di kejauhan sana. “Si Mulut Sampah perayu itu akhirnya dimakan oleh mulutnya sendiri…”


***


“Bagaimana ceritanya? Sudah gore plus slasher banget, nggak?”

Mulut para siswa di Kelas Malam terlongo – terkesima. Tak lama, mereka pun bertepuk tangan. “Terus kelanjutannya bagaimana, Senpai?” todong Ryu.

Gadis bergaya Korean style itu tersenyum misterius sambil meletuskan permen karet yang dikunyahnya.

Ng? Kau menanyakan siapa dirinya? Oh iya, aku belum memperkenalkan gadis itu. Sebelumnya lihat dulu seperti apa gadis itu: rambutnya dicat pirang ala Korea, gayanya sih sporty habis. Dia ini guru PPL di sini: Mee Hyoung Shie (17 tahun)…

Asyiklah hari ini aku tak mengajar, karena dari meja paling belakang ini aku khusus menilai cara mengajarnya di Kelas Malam ini.

Mee Hyoung berdecak-decak. “Ck-ck-ck. Kalian pikir aku akan menyelesaikan kisah tersebut secara sekaligus? Nggak menantang banget!”

“Selesaikan dong, Senpai!” Ruci memelas-melas saking penasarannya.

“Oke. Aku akan selesaikan dengan satu syarat!”

“Apa itu?!” Hipni tampak antusias.

“Aku akan melanjutkannya asalkan salah seorang di antara kalian mau mempresentasekan karya thrillernya di sini. Tak susah-susah amat, kan?”

Para murid tampak berbisik-bisik galau.

“Oke! Akan kupenuhi tantangan Senpai. Aku akan maju kalau begitu.” Hipni kemudian memberanikan diri untuk maju.

“Nama saya Hipni Hamid. Asal daerah Tangerang-Banten. Nama twitternya, @hipni-hamid. Nama fb nya: hipnihamid@yahoo.co.id. Hobiku menulis dan memasak. Saya ingin ngirim cerpen ke koran tapi laptopnya tak ada rtf. Saya sedih dan ini menegangkan. Saya suka cerpen trhiller. Udah dulu yah perkenalannya, makasih!” Lelaki bernama Hipni – yang sempat curhat itu – dengan percaya dirinya lalu membawakan karyanya…


https://www.facebook.com/groups/CNTRO/?ref=browser



PERSINGGUNGAN 2 KEGALAUAN


Adi punya pacar Betra, sebagai pacar barunya. Betra punya teman lama yang akrab bernama Citra. Citra yang sudah lama tak ketemu itu tak lain adalah pacar Adi juga, namun yang tanpa kabar ditinggalkan begitu saja dengan alasan cari duit di kota. Suatu hari, Citra main ke rumah Betra.

“Gue udah lama nggak ketemu pacar, Bet. Entah dia punya pacar lagi atau belum nggak pernah tahu dan nggak ada kabar!” “Citra, emang pacar luh tinggal di mana?” tanya Betra. “Katanya cari duit di kota.” “Oh......! Udah cari lum?” tanyanya lagi. “Makanya gue minta bantuan lu!” “Apaa....?!” gagap Betra, “Jakarta seluas ini, gue nyari pacar lu?” “Kalau nggak mau nggak papa,” jawab Citra, dongkol. “Oke oke....gue sahabat lu, jadi gue mesti bantu lu....jadi tenang aja!” hibur Betra, “namanya siapa?” Pas ditanya nama pacarnya, tiba-tiba terdengar panggilan telfon dari hp nya. Betra minggir agak jauh lalau menjawab telfon. “Hallo....ya mas Adi, ada apa?” “Kamu lagi pain sayang? Aku kangen aja!” “Baru aja kita ketemu tadi malam, kok udah kangen lagi siih?” ungkap Betra, gembira. Tanpa sengaja, Adi kepencet tombol off. Hp berhenti, Betra jadi bete. “Kenapa Bet, kok cemberut?” tanya Citra. Sekilas Citra mendengar nama Adi, namun dia tidak percaya itu Adi pacarnya. Kejadian itu begitu saja, Citra melupakan.

Suatu pagi, Betra telfon Adi lagi. “Mas, gue punya teman lama deh ,nanti gue kenalin sama mas!” “Oh silahkan, tapi jangan cemburu yah...kalau dia tersenyum padaku!” pinta Adi, dalam pembicaraan telfon. “Ya!” jawab Betra, singkat. Setelah 1 jam kemudian Citra dan Betra sudah ada di caffe cinta di pinggir jalan, menunggu Adi. Adi tak lama kemudian datang dengan memakai baju keren bertopi koboy. Adi kaget, “Kok ada dia sih....? Dia kan Citra?” kejut Adi. Baru mau mundur tapi Betra dan Citra sudah memanggilnya lebih dulu, “Adiiiiii....!” panggilnya, keras. Adi akhirnya diam mematung. Adi tak sanggup memandang kedua gadis itu. Dan kedua gadis bersahabat itupun hatinya tak karuan, karena bisa berbarengan memanggilnya. Suasana mendadak jadi dingin dan serba salah. Adi mau jawab apa selain mematung kedinginan.

Citra lalu emosi dan melampiaskan amarahnya pada Adi, “Kenapa Mas Adi tega tinggalin gue? Dan dia adalah sahabat gue, Betra!” Betra ternganga dan tak bisa bicara apa-apa campur bingung. Betra mau marah, dia sahabatnya. Akhirnya Betra juga pasrah. Adi mendadak pura-pura pingsan. Kedua gadis itupun kemudian berteriak minta tolong pada orang-orang. Adi di gotong dan kedua pacarnya mengikuti. Adi baru sadar setelah terbaring di rumah sakit. Betra bingung melihat Adi, apa harus mengalah dari Citra atau tidak. Begitu juga fikiran Citra ingin mengalah dari Betra. Betra tak ingin cinta segi 3. Sementara Citra ingin gabung lagi di Jakarta bersama Betra jadi DJ…


***



“Nah, sudah Senpai!” Hipni dengan riangnya lalu kembali ke bangkunya – tanpa memedulikan Mee Hyoung yang ternganga lebar.

“Itu thriller?!” Mee Hyoung tampak syok.

“Yang penting kan sudah. Sekarang janjinya, Senpai!”

Mee Hyoung kembali merapatkan mulutnya kemudian berdehem. “Oke, sebelum saya lanjut. Saya akan memberi masukan terlebih dahulu pada karyamu barusan. Saya mengapresiasi keberanianmu membawakan karyamu, hanya saja sayangnya karya yang kamu bawakan masih-jauh-banget-sekali dari genre thriller. Jadinya feel-nya gak nyentuh sama sekali. Selain itu, kalau percakapan seharusnya diberi paragraph baru tiap-tiap tokoh, jangan digabungkan seperti itu.”

“Oke, sudah saya catat,” Hipni seolah menodong – setelah menulis cepat-cepat kemudian menutup buku catatannya.

Mee Hyoung menghela napas ‘bunuh diri’, kemudian melanjutkan kisah TOKYO GORE POLICE-nya…


***


Target 5 dan 6: sepasang kekasih berkekuatan mecha…

Aimo Kishi (20 tahun) beserta beberapa kawanannya tengah asyik bersantai di sebuah danau. Mereka tampak ceria menyambut liburan musim panas mereka hingga pada akhirnya Aimo merasakan ada bahaya di sekitar mereka.

“Kamu kenapa?” tanya Chika, si ketua tim – sahabat terdekat Aimo.

“Perasaanku tidak enak…”

“Mens, ya?”

Aimo menggelengkan kepala dan terbelalak begitu melihat empat orang pria berwajah bengis muncul satu per satu dari balik sesemakan.

“Ya, Tuhan! Siapa mereka?!”

Aimo dan kawanannya kepanikan begitu para pria itu menyerang dan menyerbu mereka. Para pria itu menangkapi para gadis itu kemudian memerkosa mereka – yang hanya bisa meronta-ronta tak berdaya.

Sementara itu, Aimo dan Chika bergegas melarikan diri.

*

Akhirnya mereka berdua tiba di sebuah hutan belantara…

“Hosh-hosh! Apakah kita sudah aman?” Wajah ayu Aimo memucat.

“Semoga. Aku sudah lelah sekali!” rintih Chika. “Tapi bagaimana nasib teman-teman kita di sana?”

“Sepertinya mereka tak selamat. Tapi kuharap mereka bisa meloloskan diri. Kita malah tak berdaya menolong mereka,” sahut Aimo sedih.

Tiba-tiba saja suara-suara tawa meledak-ledak di sekitar mereka, “wahahahahaha!!!”

Aimo dan Chika saling mendekap begitu para pemilik suara tawa brutal itu muncul dari balik sesemakan – para pria hidung belang tadi plus sepasang kekasih yang tersenyum menyeringai. Meski berusaha melarikan diri, namun malangnya keduanya tak bisa menyelamatkan diri lagi…

*

Sepasang kekasih itu mengikat Chika dengan lengan di atas.

“Mula-mula, kita habisi dulu ketuanya, baru –“

“Cuih!” Chika kemudian meludahi si pria.

Plak! Pacar pria itu tampak geram kemudian menampar pipi Chika. “Lancang kamu!”

“Chikaaaa! Kumohon, tolong lepaskan sahabatku!!!” pekik Aimo sambil meronta-ronta dari cekalan keempat pria bajingan tadi.

Hanya Chika yang berusaha tampak tegar, namun tidak begitu mendengar suara gemerisik sebuah mesin bergerigi. Zrrrrrrrrrrrr!!!

Ia syok setengah mati begitu melihat sebuah gergaji mesin yang tengah berputar-putar lincah dari arah bawah. Sebelumnya ia memang tak melihat gergaji mesin itu karena gergaji mesin itu merupakan anggota tubuh pria tadi – tepatnya di kaki kanannya!

Zrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!! Dan pria itu lalu mengangkat kakinya – lebih tepatnya gergaji mesinnya mulai ke selangkangan Chika.

“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!”

Gergaji mesin itu semakin merangkak naik dan naik – membelah tubuh Chika sedikit demi sedikit…

“Kyyyyyyyyyyyaaaaaaaaaaaaa!!!!”

Darah semakin membasahi dan terus membasahi wajah dan bagian atas tubuhnya, bagaikan hujan darah yang datangnya dari arah bawah. Crot (perutnya terbelah dan ususnya pun terurai keluar)! Crot (organ hati dan jantungnya sudah kehilangan bentuk)! Crot (leher dan…)!

“Tidaaaaaaaaaaakkkkkkk!!!” Sementara itu, Aimo terus menangis histeris menyaksikan kematian sahabatnya yang tragis.

“Sekarang giliranmu!” Pacar pria mecha tadi lalu menunjukkan kekuatan mechanya berupa gunting rumput raksasa di tangan kirinya. Slep-slep – ia berjalan ke arah Aimo sambil membuka-tutup mulut guntingnya. “Bagusnya kamu diapain, ya?”

Aimo berusaha meronta menyelamatkan diri dari ancaman gunting maut itu dan…


***


Triiiiiiiiinnggg!!!

“Hei! Itu bel pulang, kan? Bel pulangnya sudah berbunyi!” seru Mee Hyoung tampak riang.

Murid-murid Kelas Malam tampak kecewa mendengar bel pulang – yang biasanya selalu mereka nanti-nantikan itu sebelumnya.

“Bel pulangnya ditunda ajalah…,” Hipni berharap bisa lebih lama lagi di kelas itu.

“Wohoho, nggak bisa. Aku juga ada perlu di Dunia Sebelah…” Mee Hyoung kemudian melangkah riang meninggalkan Kelas Malam.

“Kalau tahu begini, mestinya sebelumnya bel-nya kita rusakin aja ya…,” Ide brilian Hipni terlambat sudah…

 =======================================================================

-          (nb: Siapa yang mau menjadi murid selanjutnya yang mau dikupas KISAH NYATA thriller-nya di Kelas Malam bab KELIMA setelah HIPNI HAMID? Kirimkan ke inbox saya beserta dengan biodata kalian!)

0 komentar: