Setiap penulis—tidak peduli ia adalah seorang yang paling sembrono
sekalipun—tentu ingin bukunya terbit dengan sempurna alias tidak
memiliki kesalahan sedikit pun. Menemukan kata yang salah ketik,
misalnya, penulis itu langsung menggerutu dan segera menuding editor
bukunya sebagai si biang kerok. Bukankah Stephen King pernah berfatwa
bahwa mengedit adalah pekerjaan dewa? Bagaimana mungkin sesosok dewa
diam saja ketika melihat kata tidak menjadi tidka, bangun menjadi bagun, kejar menjadi kejra, dan sekolah menjadi seolah?
Apa saja yang dikerjakan editor itu? Kira-kira begitulah yang ada di
benak penulis ketika mendapati bukunya penuh dengan kesalahan-kesalahan
yang tidak perlu.
Memang tidak ada salahnya menggerutu seperti itu. Menggerutu sampai
menggebu-gebu juga silakan. Selama masih memiliki potensi untuk itu,
lakukan saja. Do what you want, begitu kata Greg Graffin
vokalis band Bad Religion. Namun, selain menggerutu, alangkah baiknya
kamu juga berpikir bagaimana cara agar kesalahan yang tidak perlu itu
tidak terulang kembali di lain waktu. Bukankah itu lebih positif dan
konstruktif?
Sebagian penulis memang beranggapan begini, “Tugas saya hanya menulis
dari A sampai Z. Perkara editing, saya serahkan ke penerbit.” Anggapan
semacam itu memang tidak ada salahnya. Toh di penerbit, memang sudah ada ahlinya, yaitu seorang editor dan copy-editor
yang bertugas untuk memperbaiki tata bahasa, mengoreksi tanda baca, dan
mengemas sebuah buku. Namun, sebagai seorang penulis, kamu juga
semestinya tahu bahwa sebuah naskah yang sudah beres teknik
kepenulisannya akan lebih disukai editor ketimbang naskah yang,
katakanlah, amburadul.
Oleh sebab itu, agar tulisanmu disukai editor di sebuah penerbitan,
langkah pertama yang harus dikerjakan adalah kamu harus menyunting
sendiri tulisan yang telah kamu buat. Bagaimana caranya? Nah, itu dia
masalahnya. Bagaimana caranya?
Memang tidak semua penulis memahami teknik penyuntingan. Bahkan, kemungkinan besar hanya sedikit penulis yang memiliki Buku Pintar Penyuntingan Naskah karya Pamusuk Erneste. Lagi pula, bukankah tugas seorang penulis memang hanya menulis, menulis, dan menulis? Membuat sebuah tulisan saja bisa membuat pusing kepala, apalagi ditambah dengan tugas menyunting? Bisa-bisa otak kita meledak. Duar!
Terlalu berlebihan, memang. Namun, kira-kira seperti itulah yang
dirasakan oleh sebagian penulis. Saya katakan sebagian, sebab ternyata
memang tidak semua penulis seperti itu. Ada juga penulis yang masih
peduli dan menganggap betapa kegiatan menyunting naskah sendiri itu
adalah sesuatu hal yang penting. Sekali lagi, PENTING.
Mengapa penting? Sebab, naskah yang sedang kamu tulis itu adalah
karya kamu sendiri. Jika kamu saja tidak peduli, jangan harap orang lain
akan peduli dengan karyamu itu. Jika kamu membuat karya setengah hati,
tentu orang lain pun akan mengapresiasi karyamu dengan setengah hati. Respect your own piece.
Hargailah karyamu sendiri dengan mengurangi—jika tak mungkin
menghilangkannya sama sekali—kesalahan-kesalahan tidak perlu yang ada
dalam tulisanmu. Caranya, tentu saja, dengan menyunting.
Baiklah. Setelah kamu memahami betapa pentingnya menyunting tulisan
sendiri, di pembahasan selanjutnya saya akan memberikan semacam saran
berkenaan dengan kegiatan menyunting.
Jadikan KBBI dan EYD Sebagai Amunisi
Mungkin di antara kamu ada yang berteriak, “Untuk apa saya capek-capek membaca tulisan ini jika ujung-ujungnya disuruh membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan EYD? Buang-buang waktu!” Hehe. Terkadang saya juga berpikir begitu. Kalimat “Buka dan baca KBBI!” tentu lebih efisien ketimbang membuat tulisan panjang seperti ini. Oke. Begini. Meskipun kita tahu KBBI
dan EYD adalah buku wajib bagi seorang penulis, tapi tidak semua
penulis peduli dengan keberadaan kedua buku tersebut. Tentu saja saya
tidak menyuruh kamu untuk menghapalkan semua lema yang terdapat dalam
KBBI. Tenang saja. Saya tidak seekstrem itu. Saya hanya ingin mengatakan
bahwa sebagai penulis kamu harus menjalin hubungan karib dengan KBBI
dan EYD. Sebab, dengan berhubungan karib dengan KBBI dan EYD, kamu akan
tahu penulisan kalimat yang baik itu bagaimana dan penulisan kata yang
benar itu seperti apa.
Membaca Ulang
Ya, membaca ulang adalah salah satu proses penyuntingan yang harus
kamu lakukan. Jangan pernah merasa letih untuk membaca kembali tulisanmu
yang sudah jadi. Kalau perlu, baca sampai berkali-kali. Percayalah,
proses membaca ulang itu akan membuat tulisanmu menjadi semakin matang.
Kamu akan tahu letak kekurangannya di mana, kesalahannya apa saja,
apakah sering terjadi repetisi atau tidak, dan lain semacamnya. Kegiatan
membaca ulang itu adalah fardhu ‘ain bagi seorang penulis. Sebab, tidak ada tulisan bagus yang ditulis sekali jadi. Intinya: baca ulang, temukan kesalahan, dan segera lakukan perbaikan. Ya, sesederhana itu.
Membaca Keras-Keras!
Yup! Kamu tidak salah baca. Di sini, kamu memang disuruh
membaca dengan keras. Tidak perlu sampai berteriak-teriak seperti tukang
obat. Cukup didengar oleh sepasang telingamu saja. Membaca dengan suara
keras akan membantumu dalam proses penyuntingan; apakah ada kalimat
yang terlalu panjang sehingga membuatmu ngos-ngosan ketika
membacanya, apakah rimanya sudah oke, apakah terdapat kata yang
diulang-ulang, apakah ada kata yang salah ketik, dan lain semacamnya.
Percayalah, read aloud akan membuatmu lebih peka terhadap kesalahan-kesalahan elementer yang tidak kamu temukan ketika kamu membacanya dalam hati.
Oke, sepertinya cukup sekian saran yang bisa saya sampaikan dalam
tulisan panjang ini. Tentu saja formula yang saya sajikan ini tidaklah
baku. Mungkin kamu punya formula yang lebih mantap dari ini. Tentu itu
sangat bagus sekali.[NHD/Spoila]
========================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan
menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan (di, ke),
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung
mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin
penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah
“mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah
memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa
kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing
naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5,
margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa
mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa
belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas
100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego
aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga
membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah
“hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu
padamu”.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya
kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya
adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang
bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file
hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul
kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk
naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit
tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu
sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit
indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai
apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri,
mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus
mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena
kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan
tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!
Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya
seperti:
-
novel
Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-
novel
Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-
Dll…
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan
yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:
-
Facebook
(DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya
masuk ke spam.)
-
WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor
asing, aku gak angkat.)
:=(D
0 komentar:
Posting Komentar