Yuhuu~! Seperti biasa, hari Jum'at adalah waktunya PHP alias Penulis Harus Paham bersama saya, Glen Tripollo, membawakan materi-materi yang berhubungan dengan dunia kepenulisan. Langsung aja yuk disimak!
KONFLIK DALAM CERITA
"Sebuah cerita tanpa konflik, bagaikan masakan yang seharusnya enak namun tak diberi garam."
Yak, itu kata-kata saya sih. Menurut saya, yang namanya sebuah cerita itu wajib banget dikasih konflik kalo pengen menarik minat baca banyak orang. Kecuali, tentunya, kisah pure komedi yang cuma menitikberatkan pada lelucon saja. Misalnya kisah dua orang anak sekolah di dalam kelas yang sedang ngobrol dengan kocaknya, gitu aja terus sampe selesai. Nggak ada konfliknya. Selucu apapun pasti bakal bikin boring. Jadi, cerita tanpa konflik rasanya akan sangat hambar.
Coba bayangin kisah tentang si A yang pengen keliling dunia. Si A udah punya uang cukup, udah beli tiket pesawat, jalan ke bandara pun ga kena macet, jadi bisa tepat waktu, ketemu kenalan cewek-cewek bule cakep di dalem pesawat, sampe tujuan dengan selamat, dan cita-citanya pun akhirnya tercapai dengan mudahnya tanpa masalah. Well, oke, happy ending, tapi, apa menariknya? Seandainya, ada kesulitan-kesulitan yang kita masak sedemikian rupa dalam perjalanan si A dalam mencapai tujuannya, pasti bakal jauh lebih seru.
That's why, kali ini saya mau menyampaikan beberapa hal yang saya ketahui mengenai konflik di dalam cerita.
---
Apa sih yang dimaksud dengan konflik? Kalo ditanya begini, saya bisa jawab dengan cara menyimpulkan berbagai pengertian yang disebutkan sama para ahli dan sastrawan di luar sana. Cukup satu kata aja. Konflik itu adalah pertentangan.
Apa yang bertentangan hingga membentuk suatu konflik? Banyak banget. Kalian kebelet ke WC, pada saat bersamaan adik kalian pengen ke WC juga. Kalian rebutan siapa yang duluan masuk WC, dari contoh sederhana itu saja sudah terbentuk yang namanya konflik.
Nah, karena penyebab konflik ini ada banyak, sedangkan yang terlibat konflik itu harus ada minimal dua objek yang saling bertentangan, maka konflik dibagi ke dalam beberapa kategori. Kategori tersebut adalah:
Man against Man (Seseorang dengan seseorang)
Man against Society (Seseorang dengan masyarakat)
Man against Nature (Seseorang dengan alam)
Man against Self (Seseorang dengan dirinya sendiri)
Jangan terlalu terlena dengan kata "Man" sebagai penamaan kategori konflik, karena "Man" di sana artinya universal. Bukan cuma mengarah pada cowok, tapi juga segala jenis manusia atau makhluk apa pun yang menjadi tokoh di dalam cerita kita. Saya coba jabarkan lagi satu per satu, ya.
A. Man Against Man
Secara harfiah bisa diartikan seseorang melawan seseorang, atau tokoh utama melawan tokoh lainnya, protagonis melawan antagonis. Whatever. Pokoknya, kedua pihak yang bertentangan harus sesama makhluk hidup. Apa aja yang mendorong terjadinya konflik antar makhluk hidup ini? Yang paling standar dan berlaku di kebanyakan karya fiksi adalah pertentangan niat atau tujuan. Yang satu maunya A, yang satu maunya B, nggak saling toleransi atau karena ternyata harus berbentrokan di satu waktu tertentu akhirnya berantem deh.
Tentunya, yang menang adalah yang bisa mempertahankan keyakinannya, lebih kuat, atau lebih cerdas. Konflik jenis ini juga termasuk ke dalam salah satu contoh dari konflik eksternal. Oh ya, mikirnya jangan cuma terbatas pada konflik berantem gebak-gebuk yah. Karena, pada cerita romance sekalipun, bila cewek dan cowok yang saling mencintai namun terbatas suatu pemikiran masing-masing yang bertentangan akhirnya bisa jadi konflik juga.
B. Man Against Society
Secara harfiah diartikan sebagai seseorang melawan suatu kebudayaan, perkumpulan, atau apapun yang merupakan buah dari ciptaan manusia yang membentuk suatu kebiasaan atau kumpulan besar atau bisa juga paradigma masyarakat dan juga sikap umum di dalam suatu komunitas. Ini merupakan turunan dari "Man Against Man" yang mana yang diperangi bukan orangnya secara langsung melainkan menentang apa yang dihasilkan oleh orang tersebut.
Misalnya gini, di masa depan ada orang yang memberlakukan aturan kejam kalau perempuan itu harus dimusnahkan. Lalu, muncul sang tokoh utama "wanita" yang berusaha menjatuhkan peraturan tersebut dengan cara mencari pendukung dan memerangi si pembuat aturan. Atau bisa juga seorang yang menentang kemajuan teknologi (misalnya membuat robot untuk menggantikan kerjaan yang biasa dikerjakan manusia) karena khawatir akan berdampak buruk ke depannya. Intinya, lawan konfliknya bukan hanya satu orang, tapi satu society atau masyarakat umum. Konflik jenis ini juga masih termasuk ke dalam konflik eksternal, atau konflik yang terjadi karena faktor dari luar tubuh si tokoh utama.
C. Man Against Nature
Secara harfiah diartikan sebagai manusia yang menentang alam. Walau rasanya nggak mungkin yang namanya makhluk hidup menentang alam yang memang dari sononya sudah diciptakan demikian (alur proses dan jalannya kehidupan) tapi kenapa tidak dibuat juga konflik tersebut? Misalnya tentang seorang manusia yang menentang dirinya harus mati setelah umurnya di dunia habis. Maka dia melakukan segala cara untuk menciptakan keabadian. Atau yang sederhana misalnya mengenai manusia yang tersesat di tengah hutan Amazon, di mana akhirnya dia harus bisa bertahan hidup di alam liar dengan segala upaya setidaknya sampai bala bantuan datang. Ini masih termasuk konflik eksternal, namun lumayan sulit untuk menggambarkannya agar menjadi menarik. Zombie Apocalypse pun saya rasa masih tergolong bentuk konflik ini. Karena alam sudah berubah demikian, dan si tokoh harus mampu bertahan hidup.
D. Man Against Self
Diartikan sebagai seseorang menghadapi dirinya sendiri. Misalnya rasa takut. Nah, inilah yang biasa kita sebut dengan inner conflict atau konflik batin. Konflik jenis ini sangat dibutuhkan untuk membuat hidup sebuah cerita yang isinya emosional. Seperti horor, romance tragis, dan lain-lain. Efek dramatisasi untuk segala genre juga seharusnya menyajikan inner conflict seperti ini. Pembaca akan lebih mudah terpengaruh emosinya saat inner conflict dideskripsikan dengan cara yang benar dan sesuai. Contohnya, cerita tentang seorang laki-laki pengecut yang demi menyelamatkan keluarganya yang dalam bahaya harus menentang dirinya sendiri dan berani melakukan sesuatu. Atau tentang seorang yang malas melakukan sesuatu namun ingin sekali menjadi orang yang lebih berguna bagi banyak orang. Konflik batin akan sangat terasa.
Nah, di samping ke-empat jenis konflik yang banyak dikenal dalam dunia kepenulisan, sebetulnya ada juga yang menambah-nambahkan jenis lainnya seperti Man Against Machine, Man Against Fate, dan Man Against Supernatural, yang sebetulnya masih bisa digolongkan sebagai turunan dari salah satu dari empat kategori di atas.
Wokeh, itulah bahasan saya minggu ini mengenai konflik di dalam cerita. Semoga bisa bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Bila ada kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kalian bisa juga memberikan saran, kritik, dan berdiskusi di kolom komentar agar bahasan ini bisa menjadi lebih sempurna lagi di masa yang akan datang.
"Hidup tanpa konflik. Di mana asyiknya?" - Glen Tripollo -
Sampai ketemu di Program PHP selanjutnya~! Ciao! >__
Pemateri & Penyusun,
KONFLIK DALAM CERITA
"Sebuah cerita tanpa konflik, bagaikan masakan yang seharusnya enak namun tak diberi garam."
Yak, itu kata-kata saya sih. Menurut saya, yang namanya sebuah cerita itu wajib banget dikasih konflik kalo pengen menarik minat baca banyak orang. Kecuali, tentunya, kisah pure komedi yang cuma menitikberatkan pada lelucon saja. Misalnya kisah dua orang anak sekolah di dalam kelas yang sedang ngobrol dengan kocaknya, gitu aja terus sampe selesai. Nggak ada konfliknya. Selucu apapun pasti bakal bikin boring. Jadi, cerita tanpa konflik rasanya akan sangat hambar.
Coba bayangin kisah tentang si A yang pengen keliling dunia. Si A udah punya uang cukup, udah beli tiket pesawat, jalan ke bandara pun ga kena macet, jadi bisa tepat waktu, ketemu kenalan cewek-cewek bule cakep di dalem pesawat, sampe tujuan dengan selamat, dan cita-citanya pun akhirnya tercapai dengan mudahnya tanpa masalah. Well, oke, happy ending, tapi, apa menariknya? Seandainya, ada kesulitan-kesulitan yang kita masak sedemikian rupa dalam perjalanan si A dalam mencapai tujuannya, pasti bakal jauh lebih seru.
That's why, kali ini saya mau menyampaikan beberapa hal yang saya ketahui mengenai konflik di dalam cerita.
---
Apa sih yang dimaksud dengan konflik? Kalo ditanya begini, saya bisa jawab dengan cara menyimpulkan berbagai pengertian yang disebutkan sama para ahli dan sastrawan di luar sana. Cukup satu kata aja. Konflik itu adalah pertentangan.
Apa yang bertentangan hingga membentuk suatu konflik? Banyak banget. Kalian kebelet ke WC, pada saat bersamaan adik kalian pengen ke WC juga. Kalian rebutan siapa yang duluan masuk WC, dari contoh sederhana itu saja sudah terbentuk yang namanya konflik.
Nah, karena penyebab konflik ini ada banyak, sedangkan yang terlibat konflik itu harus ada minimal dua objek yang saling bertentangan, maka konflik dibagi ke dalam beberapa kategori. Kategori tersebut adalah:
Man against Man (Seseorang dengan seseorang)
Man against Society (Seseorang dengan masyarakat)
Man against Nature (Seseorang dengan alam)
Man against Self (Seseorang dengan dirinya sendiri)
Jangan terlalu terlena dengan kata "Man" sebagai penamaan kategori konflik, karena "Man" di sana artinya universal. Bukan cuma mengarah pada cowok, tapi juga segala jenis manusia atau makhluk apa pun yang menjadi tokoh di dalam cerita kita. Saya coba jabarkan lagi satu per satu, ya.
A. Man Against Man
Secara harfiah bisa diartikan seseorang melawan seseorang, atau tokoh utama melawan tokoh lainnya, protagonis melawan antagonis. Whatever. Pokoknya, kedua pihak yang bertentangan harus sesama makhluk hidup. Apa aja yang mendorong terjadinya konflik antar makhluk hidup ini? Yang paling standar dan berlaku di kebanyakan karya fiksi adalah pertentangan niat atau tujuan. Yang satu maunya A, yang satu maunya B, nggak saling toleransi atau karena ternyata harus berbentrokan di satu waktu tertentu akhirnya berantem deh.
Tentunya, yang menang adalah yang bisa mempertahankan keyakinannya, lebih kuat, atau lebih cerdas. Konflik jenis ini juga termasuk ke dalam salah satu contoh dari konflik eksternal. Oh ya, mikirnya jangan cuma terbatas pada konflik berantem gebak-gebuk yah. Karena, pada cerita romance sekalipun, bila cewek dan cowok yang saling mencintai namun terbatas suatu pemikiran masing-masing yang bertentangan akhirnya bisa jadi konflik juga.
B. Man Against Society
Secara harfiah diartikan sebagai seseorang melawan suatu kebudayaan, perkumpulan, atau apapun yang merupakan buah dari ciptaan manusia yang membentuk suatu kebiasaan atau kumpulan besar atau bisa juga paradigma masyarakat dan juga sikap umum di dalam suatu komunitas. Ini merupakan turunan dari "Man Against Man" yang mana yang diperangi bukan orangnya secara langsung melainkan menentang apa yang dihasilkan oleh orang tersebut.
Misalnya gini, di masa depan ada orang yang memberlakukan aturan kejam kalau perempuan itu harus dimusnahkan. Lalu, muncul sang tokoh utama "wanita" yang berusaha menjatuhkan peraturan tersebut dengan cara mencari pendukung dan memerangi si pembuat aturan. Atau bisa juga seorang yang menentang kemajuan teknologi (misalnya membuat robot untuk menggantikan kerjaan yang biasa dikerjakan manusia) karena khawatir akan berdampak buruk ke depannya. Intinya, lawan konfliknya bukan hanya satu orang, tapi satu society atau masyarakat umum. Konflik jenis ini juga masih termasuk ke dalam konflik eksternal, atau konflik yang terjadi karena faktor dari luar tubuh si tokoh utama.
C. Man Against Nature
Secara harfiah diartikan sebagai manusia yang menentang alam. Walau rasanya nggak mungkin yang namanya makhluk hidup menentang alam yang memang dari sononya sudah diciptakan demikian (alur proses dan jalannya kehidupan) tapi kenapa tidak dibuat juga konflik tersebut? Misalnya tentang seorang manusia yang menentang dirinya harus mati setelah umurnya di dunia habis. Maka dia melakukan segala cara untuk menciptakan keabadian. Atau yang sederhana misalnya mengenai manusia yang tersesat di tengah hutan Amazon, di mana akhirnya dia harus bisa bertahan hidup di alam liar dengan segala upaya setidaknya sampai bala bantuan datang. Ini masih termasuk konflik eksternal, namun lumayan sulit untuk menggambarkannya agar menjadi menarik. Zombie Apocalypse pun saya rasa masih tergolong bentuk konflik ini. Karena alam sudah berubah demikian, dan si tokoh harus mampu bertahan hidup.
D. Man Against Self
Diartikan sebagai seseorang menghadapi dirinya sendiri. Misalnya rasa takut. Nah, inilah yang biasa kita sebut dengan inner conflict atau konflik batin. Konflik jenis ini sangat dibutuhkan untuk membuat hidup sebuah cerita yang isinya emosional. Seperti horor, romance tragis, dan lain-lain. Efek dramatisasi untuk segala genre juga seharusnya menyajikan inner conflict seperti ini. Pembaca akan lebih mudah terpengaruh emosinya saat inner conflict dideskripsikan dengan cara yang benar dan sesuai. Contohnya, cerita tentang seorang laki-laki pengecut yang demi menyelamatkan keluarganya yang dalam bahaya harus menentang dirinya sendiri dan berani melakukan sesuatu. Atau tentang seorang yang malas melakukan sesuatu namun ingin sekali menjadi orang yang lebih berguna bagi banyak orang. Konflik batin akan sangat terasa.
Nah, di samping ke-empat jenis konflik yang banyak dikenal dalam dunia kepenulisan, sebetulnya ada juga yang menambah-nambahkan jenis lainnya seperti Man Against Machine, Man Against Fate, dan Man Against Supernatural, yang sebetulnya masih bisa digolongkan sebagai turunan dari salah satu dari empat kategori di atas.
Wokeh, itulah bahasan saya minggu ini mengenai konflik di dalam cerita. Semoga bisa bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Bila ada kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kalian bisa juga memberikan saran, kritik, dan berdiskusi di kolom komentar agar bahasan ini bisa menjadi lebih sempurna lagi di masa yang akan datang.
"Hidup tanpa konflik. Di mana asyiknya?" - Glen Tripollo -
Sampai ketemu di Program PHP selanjutnya~! Ciao! >__
Pemateri & Penyusun,
Glen Tripollo aka. Kucing Setan
FB: http://www.facebook.com/GlenTripolloID
TW: http://www.twitter.com/GlenTripollo
Blog: http://glen-tripollo.blogspot.com/
======================================================================
JASA EDITING NASKAH BERHADIAH (remake)!
Menulis adalah kegiatan dan hobi yang sangat menyenangkan dan
digemari oleh banyak orang—belum lagi kalau tulisan itu dibukukan hingga dapat
dibaca oleh masyarakat luas. Kamu bercita-cita ingin menjadi penulis dengan
menuangkan idemu dalam bentuk sebuah buku yang berkualitas?
Namun, sekadar ditulis saja tak cukup untuk melengkapi kualitas tersebut. Diperlukan pula tata bahasa yang sesuai dengan EYD. Masih merasa lemah dalam kualitas EYD? Oleh karena itulah, Menulis Bukti Hidupku siap membantu dengan menyediakan jasa editing naskah dalam bahasa Indonesia agar isi bukumu semakin berkualitas!
Setiap naskah memerlukan proses
editing sebelum dijual. Tapi tidak semua penulis bisa melakukan editing
naskahnya dengan baik. Ia memerlukan bantuan jasa editing naskah. Teman-teman
penulis yang membutuhkan jasa, akan mendapatkan editing meliputi koreksi EYD seperti
misalnya :
·
Kalimat
yang salah atau kurang,
·
Tajwid
bahasa (pelafalan huruf dan kata),
· Kata penghubung apa bagusnya digunakan,
· Kata depan (di, ke),
·
Kesalahan
ketik (typo),
·
Kalimat
baku dan tak baku,
·
Penggunaan
huruf kapital (huruf besar), huruf miring dll,
·
Penggunaan
tanda baca yang tepat seperti elipsis, petik ganda, petik tunggal, tanda hubung
seperti en-dash dan em-dash dsb,
·
dan
masih banyak lagi…
Proses editing naskah sangat perlu dilakukan sebelum naskah itu diterbitkan karena bisa saja terjadi kesalahan yang tidak disengaja mau pun salah tulis, juga ketidaktahuan penulis tentang EYD yang baik hingga selalu ditolak oleh penerbit mayor karena tata penulisan yang masih kacau.
Misalnya penulis menulis “Karen sedih karena Miyung
mengacuhkan dirinya”. Kenapa harus sedih dalam konteks kalimatnya? Mungkin
penulis salah paham hingga mengira kalau arti kata “mengacuhkan” adalah
“mencuekin”. Padahal arti kata “acuh” adalah “peduli”. Siapa yang masih salah
memaknai salah satu kata yang sering disalahartikan ini?
Selain itu, masih banyak kesalahan penulisan lainnya. Apa
kalian merasa menjadi salah satu penulis yang membutuhkan bantuan jasa editing
naskah kami?
Editing yang kami lakukan tidak meliputi isi naskah seperti
misalnya pengecekan kebenaran isinya. Dalam editing,
kami juga tidak akan mengubah gaya tulisan, makna, dan alur cerita yang kamu
tulis.
Apa untungnya mencari jasa editing naskah
sendiri? Dengan mencari jasa editing naskah sendiri, tentu saja file hasil editing secara otomatis akan
menjadi milik penulis sepenuhnya. Beda kalau diedit secara langsung oleh
penerbit karena file hasil editingnya
tak akan diberikan.
Hanya dengan TARIF JASA EDITING sebesar Rp 200.000 (DUA
RATUS RIBU RUPIAH) untuk maksimal 100 hal (format A4, font TNR 12, spasi 1.5,
margin normal), kamu bisa mendapatkan hasil editing naskahmu hingga bisa
mempelajari kesalahan/kelemahan tata kepenulisanmu sendiri. Jadi sekalian bisa
belajar EYD secara mandiri, kan?
Nb: Bagaimana dengan tarif di atas
100 halaman atau jauh di bawah 100 halaman? Harga santai, kagak lebay. Dinego
aja, Say. Pasti bisa, Say. Dinego sampai oke di-DM. Cincay!
Tak semua penulis menyadari EYD itu
penting dalam menulis. Padahal hal itu sangat mempengaruhi baik dan buruknya
tata penulisan mereka agar pembaca dapat memahami tulisan seorang penulis. Baik
dan buruknya tata kepenulisan itu merupakan bukti serius atau tidaknya penulis
itu berkarya. Jika tak teliti dalam EYD, penulis hanya menulis kata yang tidak
berarti.
Misalnya penulis menulis kalimat “aku sanksi padamu”, hingga
membuat pembacanya salah tangkap makna kalimatnya karena arti “sanksi” adalah
“hukuman”. Seharusnya ia menulis “aku sangsi padamu” yang berarti “aku ragu
padamu”.
Dengan menggunakan jasa kami, kami
tidak bertanggung jawab atas isi dan konten yang ada di dalam naskah tersebut karena
merupakan tanggung jawab penulis naskah seutuhnya. Selain itu, penulis juga harus mencantumkan dalam bukunya
kalau sudah terbit nanti bahwa penyunting naskah/pemerhati aksara bukunya
adalah MENULIS BUKTI HIDUPKU.
BONUS:
Jasa editing naskah kami ada
bonusnya, loh! Tiap naskah yang masuk akan mendapatkan lembaran koreksi yang
bisa dipelajari (jadi tak hanya menerima file
hasil revisi naskahnya).
Bonus yang bisa dipilih seperti modul
kumpulan penerbit terbaik di Indonesia, kumpulan tips menulis, dll (hanya untuk
naskah yang maksimal 100 halaman). Bisa juga mendiskusikan soal penerbit
tujuan, tentang pembenahan tulisan yang kami kerjakan, dll. Kami akan bantu
sebisanya dari rekomendasi penerbit mayor, semi indie/semi mayor sampai penerbit
indie/self publishing yang sesuai dengan isi naskah kalian.
Kenapa ada bonusnya? Ya, ini sebagai
apresiasi karena kalian mau mencintai dan peduli pada kualitas naskah sendiri,
mau memperjuangkannya terbit sebaik-baiknya dan tak asal jadi untuk terus
mengurusnya sampai ke tangan pembaca, serta sebagai ucapan terima kasih karena
kalian mau memercayakan kami sebagai penyunting aksara naskah kalian.
Semua bisa didapatkan hanya dengan
tarif normal dua ratus ribu rupiah saja, loh!
Contoh naskah yang sudah sukses kami sunting aksaranya
seperti:
-
novel
Penyesalan (Alimudin Lewenussa).
-
novel
Tabir Kehidupan (Alimudin Lewenussa).
-
Dll…
Punya naskah yang mau diterbitkan? Ingin melakukan self
editing, tapi merasa kurang memahami EYD atau tak punya waktu karena kesibukan
yang menggunung?
Silakan kontak kami di sini untuk mendiskusikannya:
-
Facebook
(DM only) : ARIESKA ARIEF (add dulu, yah! Karena kalau belum berteman, DM nya
masuk ke spam.)
-
WA : 085 399 566 422 (jangan ditelepon, yah! Biasanya kalau nomor
asing, aku gak angkat.)
:=(D
0 komentar:
Posting Komentar