THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 24 Agustus 2020

Finish

 

 

Belum ada yang pernah mengalahkanku dalam perlombaan lari ini: lari jarak jauh! Kali ini ada yang menantangku, sih. Aku sih terima-terima saja karena bagiku lari itu menyenangkan. Pasti seru, deh! Tapi penantangnya adalah si gendut Koko.

Hah?! Apa tak salah, nih? Tapi okelah kalau begitu mau kalian. Aku juga tak akan menganggap remeh dan tak akan mengalah sedikit pun. Namun rupanya aku salah. Si gendut ini rupanya bisa berlari sangat kencang! Aku tak menyangka rupanya ia lawan yang tak boleh disepelekan juga, ya.

Tapi kok bisa ya ia bisa berlari secepat itu? Ini sudah mencapai finish sih setelah tadi mati-matian. Teman-teman lainnya yang sudah gugur menyemangati kami. Riuh sekali, sih! Aku tak mau kalah. Kucoba mengencangkan lariku, aku ini tak boleh diremehkan loh kalau dalam kondisi terdesak seperti ini. Kemampuanku bisa lebih!

Aku terus berlari kencang. Tapi di luar dugaan, ia tak bisa dilampaui begitu saja sementara napasku sudah mulai habis. Tapi aku bisa mengisi kekuatan napas itu di jalan. Ya, ini memang kelebihanku yang bisa mengisi tenaga lebih saat terdesak, makanya aku jadi tak merasa capek sedikit pun apalagi ngos-ngosan. Semuanya bisa kuatur dengan baik.

Aku berlari lebih kencang lagi dan berhasil melampauinya. Sepertinya aku bisa menang lagi! Finish-nya sudah dekat, tuh. Sayangnya di tengah jalan, ia malah berhasil menyusul dan melampauiku lagi. Hebat! Napasku bahkan sudah habis. Kenapa ia bisa sehebat itu? Ia kan gendut!

Pokoknya aku tak boleh kalah dan memperjuangkan kemenanganku ini. Namun sayangnya, aku sudah tak sanggup lagi! Padahal sedikit lagi finish. Huh, mengesalkan! Kenapa sih ia bisa berstamina begitu mengalahkanku pas dekat finish begini?

Riuh sekali saat ia berhasil ke finish. Aku kalah! Tapi tak apa sih, hanya saja bikin gregetan karena sedikit lagi aku bisa mencapai finish-nya. Aku tetap tenang-tenang saja. Meski aku bertanya-tanya kenapa si gendut itu bisa mengalahkanku? Aku tak habis pikir, kenapa larinya bisa secepat itu. Tadi aku memang sulit mengalahkannya. Makanya aku gregetan.

Seru sih meski aku kalah. Rupanya lawanku seru juga, ya? Baru kali ini bisa mendapatkan yang begitu. Aku lalu berlari dengan entengnya ke kantin. Ya, apa-apa selalu berlari, deh! Sudah kebiasaan.

Di kantin, aku ngaso sejenak sendirian dan jajan. Riuhan anak-anak malah sampai ke sini segala. Mereka masih saja membicarakan pertandingan tadi. Duh, sebegitu serunya ya pertandingan itu meski aku kalah, sih. Tak apalah, namanya juga kompetisi!

Aku masih tenang-tenang saja di sini. Tapi ini baru pertama kalinya aku kalah. Pernah sih dikalah juga, tapi dengan orang kurus. Hump, kuberpikir kan seharusnya bisa dengan mudah mengalahkan si Koko itu. Tapi bukankah kuda nil juga bertubuh besar, tapi larinya cepat? Mungkin seperti itulah teorinya: jadi kalau gendut bukan berarti tak bisa berlari cepat, bukan?

Aku sampai dibicarakan di kantin segala. Orang-orang kantin malah memperhatikanku. Ya, di sini sih sudah seperti keluarga bagiku karena aku penyendiri. Tapi sayangnya, kok rasanya berubah ya semenjak aku kalah itu.

Aku lalu berlari keluar dari kantin dan masih mendengar kata-kata mereka tentangku. Duh! Aku bergegas menjauh. Apakah dikalahkan oleh orang gendut itu aib? Kenapa mereka membicarakannya seriuh itu? Aku tak apa-apa, kok! Aku hepi-hepi saja bertandingnya. Ya, kalau memang takdirnya Koko menang, memang kenapa?

Aku berlari untuk menyepi. Ya, aku sih memang orangnya penyendiri. Aku terus berlari menjauh dari riuhan itu dan tibalah aku di sebuah kelas kosong itu. Ya, kelas yang sudah lama tak dipakai itu. Aku selalu diam-diam masuk ke dalamnya lewat jendela untuk menyepi dan jauh dari keramaian.

Kelas itu memang sudah tak dipakai lagi. Isi kelasnya sangat berantakan dan kumuh. Tapi aku yang merapikan bangku-bangkunya yang masih layak digunakan. Aku biasa tidur-tiduran di sana. Ya, memang sih aku ini rada aneh!

Aku biasanya sih masuk lewat jendela yang tak berdaun itu. Tapi begitu kumelongok di dalamnya, sudah ada beberapa orang menduduki tempat itu. Hei! Iya sih, kadang aku melihat ada anak-anak di sana, entah dari kelas berapa saja. Tapi kok jumlah orang yang suka nongkrong di dalamnya semakin banyak, ya?

Dulu sih hanya ada beberapa saja. Ini ada yang aneh dan sepertinya kok mereka tak pernah berpindah dari kelas itu, sih? Aku ingin gabung. Tapi tunggu dulu sebentar! Kok firasatku jadi tak enak begini? Mereka mempersilakanku gabung, sih. Kan dulunya aku sendirian saja. Tapi kalau di kelas itu ada orang, ya aku tak masuk.

Apa aku bisa gabung, ya? Tapi bagaimana kalau aku gabung, aku tak bisa keluar-keluar lagi? Lagian mereka itu kan ganjil! Sepertinya mereka tak keluar-keluar dari sana semenjak lama. Apakah mereka sampai menginap di sini? Tapi untuk apa? Aku merasakan adanya bahaya. Ganjilnya, aku malah melihat Gani yang tak seharusnya sekolah di sini. Gani adalah salah satu pelari tangguh dari sekolah lain yang pernah bersaing denganku. Ia juga yang pernah mengalahkanku dulu dalam kompetisi lari. Ada apa ini sebenarnya?

Aku baru saja hendak memanjat jendelanya. Aku sudah separuh badan masuk. Tapi karena ragu, aku pun keluar lagi. Aku benar-benar takut kalau benar-benar disekap selamanya di kelas ini, seperti mereka yang aneh-aneh itu! Aku takut prasangkaku ini benar, maka aku pun menjauhi kelas itu. Ada yang tak beres dengan mereka di sana!

***

 apa sih yang beda dengan novel kumcer UMURKU 13 TAHUN DAN KAMU? tentu saja beda karna dikemas dengan unik, dengan cerita yang berbeda-beda pula, jadinya lebih seru dan ga ngebosenin. ga percaya? simak aja di aplikasi NOVELME. tinggal donlod kalo belum punya dan search judul di atas. dijamin memuaskan! :=(D

0 komentar: