THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 21 Agustus 2020

REFF - 5

 

“Sialan! Berengsek kau, wanita sialan!”

Kid langsung mendengar suara geraman itu begitu memasuki flatnya. Dengan jantung yang berdegup kencang, dengan hati-hatinya ia mengintip ke dalam dan melihat ayahnya—Haya—sedang mabuk-mabukan seperti biasanya dan tampak berang.

Wajah bengis ayahnya kemudian membuat Kid takut. Tapi ia tak bisa mundur begitu saja begitu teringat ia harus segera menyiapkan makan siang. Dengan langkah kikuk, ia pun melintas melewati ayahnya dan bergegas ke dapur tanpa mengatakan apa pun. Ayahnya hanya memandanginya tajam, tapi Kid hanya bisa merasakan sorotannya tanpa berani melihatnya.

Kid mulai memasak untuk menyiapkan makanan. Ia membuka kulkas untuk mengambil beberapa bawang, telur, sayuran, dan tomat. Ia juga mengambil nasi di pemanas dan mulai meracik bumbu nasi goreng dengan memotong bawang, tomat dan sebagainya. Seketika bau harum yang menggiurkan merebak di dapur itu sementara Kid menghela peluh karena suhu yang semakin memanas.

Usai menghidangkan nasi goreng buatannya ke sebuah piring, ia pun berbalik untuk memberikannya pada ayahnya. Namun ia terkejut begitu ayahnya itu tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya.

“A-Ayah?” tegur Kid ketakutan karena melihat ayahnya melotot. “Ma-maaf baru pulang. I-ini makan siangnya, Yah,” katanya sambil menyodorkan piring.

Prang! Tapi ayahnya itu langsung mencengkram kerah bajunya hingga piring yang dibawanya terjatuh. Pria itu lalu menariknya mendekati wajahnya. Kid bisa mencium bau alkohol dari aroma napas lelaki itu.

Kid terkejut. Nasi goreng buatannya pun berhamburan ke lantai. “Ada apa, Ayah? Apa lagi yang membuat Ayah marah? Aku ada salah apa lagi?” Kid memberanikan diri untuk bertanya.

“Anak berengsek! Jangan coba-coba temui wanita itu lagi!” raung ayahnya marah.

“Ma-maksud Ayah, Nyonya Sonia? Kenapa? Dia baik kok, Yah!” sahut Kid gugup.

“Baik apanya?!” pekik ayahnya kalap. “Wanita itulah yang sudah membuat hidup kita menjadi seperti ini! Dia itu perempuan jahat! Dia itu perempuan panggilan dan perempuan panggilan itu adalah ibumu!”

Kid mengernyit. “Ayah bicara apa? Ibu?!”

“Iya, benar! Dia itu ibumu! Si Sonia itu adalah ibumu!” ayahnya mempertegas sambil mendorong Kid hingga terjengkang. “Jelas?!”

Kid tampak masih belum memercayainya. Tapi tak lama kemudian, akhirnya ia tersenyum juga. “Aku punya ibu?! Jadi aku masih punya ibu? Dan wanita itu adalah Nyonya Sonia?” Emosi yang ditimbulkan membuat Kid semakin mengembangkan senyumannya. “Pantas saja ia begitu baik padaku. Pantas saja … pantas saja ia mau bertemu dengan Ayah. Akhirnya aku punya ibu juga!” pekiknya riang.

Kid langsung beranjak berdiri dan berlari ke pintu. Ia begitu riang dan ingin segera menemui wanita itu lagi.

Tapi Pak Haya segera menghadang pintu. “Kau mau ke mana? Kau mau pergi ke mana, hah?!” pekiknya.

“Aku … aku ingin bertemu dengan Ibu! Aku mau ketemu dengannya!” seru Kid.

Tiba-tiba saja Pak Haya mengeluarkan sesuatu dari sakunya berupa pisau lipat! Ia terkekeh-kekeh. “Dengar ya, Kid! Sekali lagi kau bertemu dengannya, maka kau akan kubunuh,” ancamnya.

Kid tampak syok melihatnya. Ia melangkah mundur sambil menggeleng-geleng tak percaya.

“Aku akan membalaskan dendamku selama ini. Berani sekali dia itu menipuku dan kabur meninggalkan beban baru untukku. Kau sadar?! Bukankah dia itu sudah menyia-nyiakanmu?”

Kid terdiam. Ketegangan masih menghantuinya.

“Bukankah kau juga ingin membalaskan dendam? Gara-gara wanita itu, hidupmu jadi tak terurus begini. Ia meninggalkanmu denganku. Padahal aku sama sekali tak berniat mengurusmu. Dengar, tak ada yang mau mengurusmu sudah sejak dari awal karena kau bukanlah anak yang diinginkan.”

Pak Haya perlahan semakin mendekatinya sementara Kid melangkah mundur.

“Kelahiranmu adalah sebuah kesalahan besar! Seharusnya kau sudah menyadari hal itu sejak awal. Dan sekarang, kau mau menemui wanita itu dan mengakui siapa dirimu yang sebenarnya padanya? Begitu?!”

Wajah Kid memelas. “Ayah … kumohon—” rintihnya.

“Kau itu sudah terlalu cepat mengambil keputusan, Nak! Takkan adil kan kalau hanya dia saja yang tidak menderita? Buatlah dia sedikit merasakan kesedihan. Kau tahu kan apa maksud Ayah?”

“Tidak, Ayah! Jangan!” Kid bisa sedikit mengerti apa isi kepala ayahnya yang kotor itu.

“Hanya dengan ini, kita bisa membuatnya menderita. Hanya dengan kematianmu lah yang bisa membalas penderitaan kita yang disebabkan olehnya. Bukankah itu hukuman yang paling pantas diterimanya?!”

Kid menggeleng-geleng panik. “Tapi aku ini anakmu, Ayah! Sadarlah! Aku darah dagingmu sendiri!”

“Diam! Sejak dari dulu pun, aku ini tak pernah menganggapmu sebagai anak bahkan tak pernah mengharapkan siapa-siapa dari wanita panggilan itu! Jadi sekarang, sebaiknya kau lebih mendengarkan Ayah! Wanita tak bertanggung jawab seperti itu tak pantas mendapatkanmu lagi dan berbahagia setelah mencampakkanmu selama bertahun-tahun lamanya! Aku takkan menyerahkanmu padanya!” raungnya.

“Ta-tapi, aku yakin Ibu sudah menyesali kesalahannya, Yah!”

Pak Haya tersenyum bengis. “Oh, jadi kau tak marah akan apa yang kau alami seperti sekarang ini? Kita harus hidup berpindah-pindah dan berkali-kali diusir dari kontrakan karena tak punya uang? Kau juga jadi harus banyak kali pindah sekolah karena itu? Bahkan kau hampir saja dikeluarkan dari sekolah karena tak punya uang, sementara kau tahu tidak kalau dia itu hidup sejahtera dengan keluarga barunya?”

Kid meneteskan air matanya.

“Kid, kau ini anak yang tidak dianggap olehnya! Setelah membiarkanmu hidup terlunta-lunta seperti itu dan mengalami hidup yang berat, apa kau masih saja mau menerimanya setelah sekian lama kau mencarinya? Kasihan! Kau benar-benar menyedihkan! Hanya dengan kematianmu-lah yang bisa membuatmu berguna bagiku saat ini!”

Pak Haya lalu tanpa tanggung-tanggung lagi melayangkan pisau itu ke arah Kid. Kid tersentak dan berusaha menghindarinya. Tapi lengannya terkena tebasannya. Kid segera melarikan diri. Pak Haya mengejarnya dan tampak benar-benar kalap. Ia benar-benar serius ingin membunuh Kid!

“Toloooooong!!” lolong Kid ketakutan sambil menahan darah di lengannya yang terluka. Akhirnya ia terjebak di dekat jendela yang merupakan jalan buntu. “Tolong akuuuu!!”

***

 hay, mampir ya ke karya novel horor by THIRTEEN ini, bisa dibilang keunikan novel ini bagai kumcer sih, dijamin tak bikin bosen karna ceritanya akan lain-lain dalam satu episod, simak yuk dengan ngeklik gambar di atas. makasih kunjungannya ya :=(D

0 komentar: