THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 07 Agustus 2020

REFF - 3


I am just the kid and life is a nightmare…

I am just the kid and I know it’s not fair…

Nobody know how I’m alone in the world…

 

Usai menyanyikan salah satu lagu grup band Simple Plan tersebut, si pengamen langsung menyodorkan kolong topinya untuk menerima uang di antara para penumpang di bus yang masih belum berangkat itu. Meskipun udara siang itu begitu panas dan sesak, rupanya para penumpang tersebut cukup terhibur oleh nyanyian si pengamen tadi dan memberinya sedikit uang kecil.

“Hei, suaramu boleh juga!” komentar salah seorang penumpang.

Si pengamen belia hanya menanggapinya dengan senyuman, apalagi setelah menerima uangnya.

Setelah menerima uang seikhlasnya dari para penumpang, pengamen itu pun segera turun dan tampak tersenyum cerah di bawah teriknya matahari.

“Kid! Kiiiiid!” panggil seseorang yang membuatnya semakin riang. Rupanya seorang gadis berpakaian seragam SMA dan berkacamata. Orang yang memanggil tadi melambai kemudian berlari ke arahnya.

“Vio!” panggil si pengamen yang tak lain bernama Kid itu. Mereka pun saling menghampiri. “Kamu apa kabarnya? Kukira kita takkan ketemu lagi.”

“Baik-baik saja! Penghasilanmu lumayan, ya? Calon bintang, nih!” jawab gadis itu riang sambil mengintipi lembaran uang di tas pinggang Kid. “Aku tak pernah sebaik ini begitu bertemu denganmu.”

“Oh, ya? Kamu sendiri? Tambah tebal aja tuh kacamata,” Kid menggodai gadis itu.

“Habis, sibuk tugas-tugas di sekolah, sih!”

Senyuman Kid yang mekar hampir saja redup, tapi pemuda itu tetap berusaha tersenyum.

“Ingat nggak, Kid? Cita-cita kita berdua dulu itu. Kamu bercita-cita ingin jadi penyanyi dan aku ingin menjadi dokter.”

“Iya! Mana bisa aku melupakannya begitu saja? Tapi sepertinya, aku tak bakalan bisa. Kalau kamu pasti bisa. Kamu kan pintar.”

“Tapi suaramu kan bagus!”

“Iya, sih! Tapi ayahku tak suka kalau aku menyanyi. Katanya, membuat kepalanya pusing. Oh, iya! Bagaimana keadaan di sekolah? Bagaimana dengan teman-teman yang lainnya? Apa si Killer itu masih mengajar?”

“Tu-tunggu dulu, Kid! Pertanyaanmu itu masih bisa dibahas nanti karena sekarang ini ada seseorang yang mencari-carimu.”

“Hah? Siapa?” Kid mengernyit.

“Tuh!” tunjuk Vio menunjuk seorang wanita muda dan cantik. “Tadi ia bertanya padaku apakah aku pernah melihat dan mengenal seorang pengamen muda dengan tato kunci G di tengkuknya. Kebetulan sekali kan aku ke sini dan mencari-carimu, makanya ikut kubawa serta dia kemari.”

Kid memegang tato di tengkuknya. Ia lalu tertegun begitu menyadari siapa wanita itu ketika wanita itu mendekat. Begitu mereka berhadapan, Kid menganggukkan kepalanya  dengan hormat sementara wanita itu tersenyum.

“Anda rupanya. Ada perlu apa denganku?”

“Bisa kita bicara berdua?”

***

Bu Sonia pun mengajak Kid makan siang di sebuah kafe sambil mengobrol akrab.

“Maaf ya, Ibu mengajakmu jalan tanpa ada janji. Ibu hanya kesepian saja karena membutuhkan teman mengobrol, makanya Ibu mencari-carimu,” Bu Sonia mengemukakan alasan mengapa ia mencari Kid.

Kid menyambutnya dengan senyum. “Tidak apa-apa, Nyonya. Aku juga senang kok bisa bertemu dengan Nyonya.”

“Apakah gadis yang bernama Vio tadi pacarmu?”

Kid menggeleng. “Ah, bukan. Dia itu teman sekelasku di sekolah.”

Bu Sonia mengernyit. “Kau sekolah? Kelas berapa?”

“Baru tingkat awal.” Kid lalu menyebutkan nama dan lokasi sekolahnya.

“Tapi kenapa kamu bukannya belajar di kelas dan malah mengamen?”

Kid menggigit bibir menanggapi pertanyaan itu. Ia tak bisa menyembunyikan kemurungannya. “Aku … aku diskors karena belum membayar uang semesteran.”

Bu Sonia langsung menatapnya iba.

“Makanya aku ngamen seharian penuh untuk mencari uang agar aku bisa melunasinya,” Kid menambahkan.

“Sepertinya Ibu mengganggu waktumu, ya? Rupanya waktumu itu sangat berharga.”

Kid langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jangan seperti itu, Nyonya! Nyonya tidak mengganggu, kok. Lagipula tadi aku sudah dapat uang banyak. Sedikit lagi, aku pasti bisa masuk sekolah lagi,” ujarnya optimis.

Bu Sonia tersenyum menatap pemuda di depannya itu dengan haru. Kid tak menyadari tatapan itu karena sedang asyik menikmati makanannya. Bu Sonia pun jadi merasa belum saatnya dia untuk pulang segera.

***

hy! mampir yuk ke karya THIRTEEN yang satu ini, dijamin ngethrill bangetlah! cukup hanya dengan ngeklik gambar kover di atas ini menuju link novelnya. bagaimana sih rasanya terancam kematian selama 12 bulan saat usia 13 tahun? mampukah ia melewati usia selanjutnya? jangan lupa dukung ya, dijamin seru. makasih :=(D

0 komentar: